Lanjut?
Sekuy lah....!.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Sebuah mobil melaju kencang membelah jalanan Kota. Tidak bisa di pungkiri, kecepatan mobil itu terus menerus bertambah. Sepertinya sang pengemudi baru saja menukar nyawanya dengan kucing, dia bahkan tidak peduli dengan rambu-rambu lalu lintas. Tujuannya hanya satu yaitu menenagkan diri.
"Heh kutu air, lo kalo mau mati jangan ngajak kita-kita dong"
"Buset dah yan santai Napa, masih mau idup nih gue"
Kedua penumpang ini mulai panik, pasalnya sang pengemudi malah semakin gila menambah kecepatan mobilnya.
Juna mendengus kesal, kedua tangannya sedari tadi menggenggam erat pengangan di atas kepalanya. Ia menatap kesal ke arah teman seperjuangan disampingnya ini. Sebenarnya di mobil ini ada empat orang hanya saja makhluk di sampingnya ini sepertinya siap mati jika sang pengemudi benar-benar kehilangan akal sehatnya.
Fakhri yang duduk di samping pengemudi sedari tadi sudah merapalkan berbagai macam do'a sampai do'a buka puasapun ia sebut. Entah apa yang ada di otak temannya ini sampai-sampai membawa mobil dengan kecepatan penuh. Sekarang ia menyesal karena ikut dengannya dan kabur dari acara arisan bunda.
"Udah sans aja, Bryan nggak bakal mau ngajak mati lo berdua. Kalian masih banyak dosa."
Sungguh, kalau saja yang mengucapkan kata-kata ini adalah Fakhri maka Juna tidak segan untuk menendangnya keluar Dari mobil sekarang juga. Fakhri yang masih komat kamit menoleh kebelakang dan menatap horor kearah temannya yang baru saja berkomentar.
"Rey, kalo aja ini nggak di mobil dan Bryan masih waras gue bakal sentil ginjal lo". Racau Fakhri, ia bahkan tidak peduli dengan tatapan jengah Rey, sekarang yang harus ia lakukan yaitu menenangkan Bryan agar menghentikan mobilnya meskipun ia harus kena bogeman terlebih dulu.
Ciittt...
Mobil di rem secara mendadak bahkan Fakhri belum sempat mengomeli kelakuan sahabatnya itu. Juna Dan Rey yang duduk di kursi penumpang meng-aduh kesakitan setelah kepala mereka menghantuk kursi di depan. Begitu juga dengan yang ada di jok depan.
Saat ingin mengeluarkan protes mereka bertiga terkejut. Pasalnya sang pengemudi sudah hilang dari pandangan. Pintu mobil masih terbuka membuat ketiganya menyusul keluar.
Mereka berhenti di sebuah tempat yang cukup sepi, Bryan terlihat berdiri di depan pembatas jalan yang menghadap langsung ke sebuah sungai di bawah Sana. Tidak ada yang dilakukannya, sangat jelas kalau pria ini tengah kebingungan dan sedikit emosi. Meskipun ditutupi dengan wajah datarnya.
Inisiatif yang bagus, Rey mencoba menghampirinya dan berdiri di samping pria bersurai hitam itu. Ia juga ikut menatap lurus kedepan.
"Gue tau lo ada masalah, tapi sesekali lo boleh berbagi sama Kita-kita. Itu gunanya sahabat yan".
Tidak banyak merespon Bryan hanya menghela nafas dan mulai menunduk melihat ke arah sungai berarus deras dibawahnya.
"Bener Kata Rey, lo harus cerita kalo ada masalah. Jangan ngajak mati kaya tadi, Kesian Juna belom dapat karma"
Kali ini Fakhri yang angkat bicara meskipun yang keluar tidak jauh Dari banyolan."Enak aja! Eh ubi, lo tuh yang mestinya dapat karma. Utang cilok mang ujang aja belom bayar"
"Sembarangan paku payung, gue nggak pernah ngutang! Buk Rini tuh yang Sering!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine
Teen FictionPada awalnya semua baik-baik saja. Tidak ada kecanggungan ataupun perasaan peduli. Semua berjalan normal, dua orang manusia yang tidak saling mengenal lebih lanjut hanya tahu tentang nama dan bersekolah di tempat yang sama. Di pihak Hanna ia hanya...