#12

327 44 29
                                    

Shilla mengacak rambutnya frustrasi ketika mencoba memahami serentetan angka dan simbol-simbol mata pelajaran fisika yang sama sekali tidak ia mengerti apa artinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shilla mengacak rambutnya frustrasi ketika mencoba memahami serentetan angka dan simbol-simbol mata pelajaran fisika yang sama sekali tidak ia mengerti apa artinya.

Shilla heran deh, dengan ilmuwan-ilmuwan jaman dulu yang sering banget bikin penemuan-penemuan. Apa mereka nggak ada kerjaan banget ya sampai-sampai benda seremeh semprotan obat nyamuk saja diamati untuk diketahui tekanan dan kecepatan cairan yang mengalir dari balik pipa? Apa Newton nggak pernah sekali pun merasakan betapa serunya naik kora-kora di Dufan karena semasa hidupnya hanya dihabiskan untuk mengamati kedua balok yang saling diam dan pada akhirnya mengklaim bahwa mereka berdua mempunyai gaya dan percepatan? Atau Archimedes yang juga nggak pernah merasakan euforianya ketika berhasil memasukkan bola ke dalam ring basket pada game street basketball di timezone karena semasa hidupnya hanya digunakan untuk mengamati batu dan peniti yang sengaja diapungkan di atas air?

Hih, pokoknya Shilla heran banget sama orang-orang jaman dulu yang—kalau boleh sedikit lancang sedikit sih—gabut banget karena justru mengamati hal-hal nggak jelas di alam daripada menikmati waktu mereka untuk bersenang-senang. Shilla jadi kasihan.

Baiklah. Sudah cukup Shilla menyalahkan orang-orang yang kelewat cerdas itu. Kali ini ia kembali berusaha memahami teori relativitas khusus yang diciptakan Einstein diikuti dengan postulat-postulat aneh yang bikin otak dangkalnya makin tidak karuan. Apa-apaan lagi coba, si Einstein ini? Ngapain juga meneliti benda-benda yang bergerak dengan kecepatan melebihi kecepatan cahaya? Memangnya di dunia ini hal-hal kayak gitu penting banget dipikirkan? Bikin ribet diri sendiri aja!

Tapi sayangnya ... Shilla harus tetap bisa! Soalnya hasil ujian mata pelajaran fisikanya kemarin ternyata berada di bawah rata-rata. Untung saja sekolahnya sudah biasa mengkatrol nilai-nilai para siswa yang tidak memenuhi standar, dengan syarat harus menaikkan nilai mata pelajaran yang tidak tuntas itu di semester depan. Kan nggak elit banget kalau cewek cantik macam Shilla ini nilainya zonk! Apa yang bakal dikatakan orang-orang coba?

Oke ... Shilla ... lo harus bisa ....

"Kelajuan cahaya di dalam ruang hampa ke segala arah adalah sama untuk semua pengamat ... yang ... anjir! Nggak bisa gue nggak bisa! Susah banget!" geramnya frustrasi sambil menutup buku cetak fisika tebal karangan Marthen Kanginan karena dirinya tidak kunjung hapal dengan postulat absurd Einstein yang bikin kepalanya makin migrain. Aduh, kalau begini sepertinya Shilla tidak memiliki harapan lagi. Shilla tidak bisa belajar sendiri! Shilla harus diajari orang yang lebih mengerti!

Atau Shilla minta Kyra agar mengajarinya saja, ya? Eh tapi, Kyra kan juga sama seperti dirinya, tidak lulus di mata pelajaran fisika. Tuh kan! Emang fisika tuh jadi mata pelajaran paling menyebalkan buat semua orang! Anak pintar macam Kyra saja mendapat nilai rendah di mapel itu! Padahal, Kyra termasuk yang rankingnya tinggi seangkatan! Nggak tahu lagi deh apa esensinya fisika diciptakan!

Menidurkan diri di atas ranjang, Shilla menimang-nimang siapakah yang cocok buat ia jadikan guru fisika dadakan. Ia mengabsen teman-teman sekelasnya satu persatu dalam hati, mencoba mencari siapakah yang seingatnya kemarin lulus di mata ujian fisika. Tapi ternyata ....

Love LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang