#23

252 38 55
                                    

Kendaraan roda dua Jevan berderu membelah jalanan menuju sebuah restoran cepat saji di tengah kota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kendaraan roda dua Jevan berderu membelah jalanan menuju sebuah restoran cepat saji di tengah kota. Laki-laki itu langsung meluncur begitu membaca pesan dari Ara saat ujian mata kuliah terakhirnya hari ini selesai. Pujaan hatinya itu mengabari kalau acaranya sudah selesai, bermaksud meminta tolong Jevan untuk menjemputnya.

Iya, sejak kejadian Ara hujan-hujanan dua hari berturut-turut sampai sakit waktu itu, Jevan jadi sering mengantar jemput gadis itu. Karena enggan berdebat lebih lanjut, Ara pun iya-iya saja akhirnya. Meskipun kadang ia tetap membawa kendaraannya ke kampus jika jadwal kuliah keduanya terpaut jauh atau saat ia memang sedang tidak ingin diantar.

Tadi, Ara bilang kalau salah satu teman sekelasnya yang berulang tahun hari ini mau mentraktir beberapa teman akrabnya—termasuk Ara—sekaligus merayakan berakhirnya UAS pertama mereka di bangku kuliah ini. Jadi, begitu keluar dari ruang ujian, Ara bersama teman-temannya langsung menuju ke sebuah restoran yang semua menunya berupa junk food itu.

Sampai di restoran tempat Ara dan teman-temannya berada, Jevan langsung menuju ke tempat yang tadi Ara sampaikan. Laki-laki berjaket merah itu langsung menangkap eksistensi gadisnya yang terlihat sedang bergurau dengan teman-temannya. Tanpa ragu, Jevan langsung menghampiri meja mereka.

"Eh, Jev!" Gadis itu melambaikan tangan ketika menyadari kehadiran pacarnya. Ia bangkit dari duduknya, berdiri di samping Jevan. "Kenalin, ini Jevan," ujarnya.

Teman-teman Ara tersenyum ramah. Dilanjutkan dengan gadis itu memperkenalkan mereka pada Jevan yang mengulas senyum tak kalah ramah. Sebenarnya, tanpa dikenalkan pun mereka sudah tahu siapa itu Jevan. Cowok itu lumayan tenar dan beberapa kali terlihat di fakultas mereka untuk menjemput Ara. Tapi, ya, namanya juga basa-basi.

"Udah selesai belum, Ra?" tanya Jevan.

"Udah, kok. Ini mereka pada bawa kendaraan jadi tadi katanya nungguin aku dijemput kamu dulu pulangnya."

"Oh, gitu ... makasih, ya, udah nemenin Kiana," kata cowok itu pada lima orang teman Ara.

"Iya, santai aja kali." Salah satu dari dua cowok yang ada di situ bangkit lalu menepuk bahu Jevan singkat. Ia beralih menatap Ara. "Balik, ya, Ra."

Setelah itu, teman-teman Ara yang lain juga ikut pamit. "Dadah! Hati-hati, ya, semuanya!" ujar Ara melepas kepergian mereka.

"Yuk, mau langsung pulang?" Jevan memastikan.

"Kamu nggak mau makan dulu? Belum makan, 'kan?"

"Hm ... boleh, deh."

Ara membiarkan Jevan memesan makanannya sendiri. Ia duduk di meja dua kursi yang dekat dengan kaca, menghadap langsung pada jalanan yang ramai oleh kendaraan yang berlalu lalang.

Tak butuh waktu lama, Jevan kembali dengan nampan berisi pesanannya. "Ini jadinya kamu nonton aku makan, dong?"

Gadis di depannya itu terkekeh. "Nggak apa-apa, lah. Kan biasanya kamu yang nonton aku makan."

Love LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang