//
Kita bagai bongkahan batu imajinasi yang terjebak pada konstelasi semesta. Seolah terselip dalam hancur leburnya dunia saat krisis paling parah. Merangkak, menggelepar, menengadah berharap belas kasih air hujan.
Bersandar pada dinding-dinding kaca optis tembus pandang yang bisa pecah kapan saja. Berpegangan pada ambang batas, terombang-ambing pasang surut suratan takdir.
Sesakit dan semenyedihkan itu.
Tapi aku tetap menginginkanmu.
[15.57]
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeruji Imaji
Poetry#4 on Poem (26/06/20) #3 on Poetry (18/06/20) #2 on Prosa (21/06/20) Rima aksara seorang jelata, yang terjebak pada tiap-tiap relung manusia, perlahan menyeruak, tamak.