9

49 2 0
                                    

Hari ini adalah hari senin, dimana hari yang paling di hindari dari sebagian siswa/i. Menurut mereka hari senin adalah hari yang penuh penderitaan. Padahal hanya di suruh berdiri tegak, tidak berperang seperti para pahlawan. Mereka hanya mementingkan kulitnya yang akan berubah warna karna paparan sinar matahari, padahal matahari pagi itu sehat. Ada juga yang takut make up nya luntur, skincare mahalnya sia-sia. Itulah remaja zaman sekarang.

Dan Nadya salah satu orang yang termasuk kedalam golongan itu. Kini Nadya sedang merengek tidak jelas, karna Amanat pembina upacara yang begitu panjang. Sedangkan Amanda dan Dhita pusing mendengar dumelan dan rengekan Nadya sedari tadi.

"Buru kek ngoceh mulu, sia-sia skincare gue!" yap, begitulah omelan Nadya.

"Manda! Dhita!" rengek Nadya.

"paan si Nad!" ucap Amanda dan Dhita berbarengan.

"muka gue merah gitu ga? Gue takut, kulit gue kan sensitif kalo kena sinar matahari. Apalagi gue lupa bawa sunscreen. Gabisa tacap, omaygattt gabisa banget! Kalau muka gue ada kerutan gimanaaaaaaa! Huaaaaaaaaaaaaa!"

"alay banget si Nad, untung bukan temen gue lo!" sahut Amanda dengan malas.

"Dit, temen lo karungin sono! Terus bawa pulang. Pusing gue dengernya"

"ogah gue Man!" ucap Dhita enteng.

Seperti itulah kebiaasan Nadya saat upacara tak pernah berubah. Sedangkan Amanda dan Dhita, mereka slalu menanggapinya dengan malas. Mereka jijik dengan ke-alayan Nadya. Namun jika tak ada bocah satu itu mereka merasa kesepian. Apakah itu yang di namakan sahabat?.

Akhirnya setelah satu-jam setengah lebihnya mereka berada di lapangan. Kini akhirnya sudah kembali ke kelasnya masing-masing. Namun berbeda dengan Amanda dkk. Mereka malah pergi ke kantin untuk membeli minum.

Namun Nadya tak henti-hentinya untuk berkaca. Sampai membuat Dhita gedeg melihatnya.

"lo gabosen liat wajah lo itu Nad?, iya gue tahu bahkan seantero dunia juga tahu kalau muka lo itu emang mirip banget kaya orang utan. Jadi berhenti berkaca, gue eneg liatnya!."

"DHITAAAAAAAA! APA LO BILANG? GUE CANTIK GINI, SEENAKNYA LO MALAH NYAMA-NYAMAIN GUE SAMA SODARA LO ITU! JELAS-JELAS LO YANG LEBIH MIRIP" kesal Nadya menggebu-gebu, sedangkan Amanda hanya menahan tawanya. Kini ia hanya menunggu drama hariannya akan di mulai.

"Hah? Apaaa?, gue mirip jeni blackpink? OH JELAS DONG NADYAAA. Seujung dunia juga udah tau, tanpa lo harus treak-treak gitu." ucap Dhita degan santai. Ia sangat senang mengganggu Nadya sampai kesal seperti ini.

"ngomong noh, ama TONG SAMPAH!" ucap Nadya kesal.

"udah kek gausa ribut, sama-sama satu keluarga juga ributtt mulu!" kini Amanda yang bersuara, untuk melerai kedua sahabatnya itu.

"maksud lo, satu keluarga apaan Man?" ucap Nadya dan Dhita, yang entah mengapa bisa kompak.

"orang utan." ucap Amanda dengan enteng, tanpa menatap mereka berdua. Kini ia sedang sibuk dengan ponselnya.

"AMANDAAAAAAA!!!" ucap mereka berdua geram.

"paan sih berisik! Lo berdua." ucap Amanda malas.

                                        ***

Kini Amanda, Nadya, dan Dhita sudah kembali ke kelas mereka. Sudah hampir setengah jam, namun tak ada guru yang masuk, ternyata bukan hanya kelas dirinya, namun semua kelas bahkan anak IPS pun sama.

Amanda kesal, saat dirinya lagi bersemangat untuk belajar, tapi malah free class. Dan sebaliknya saat dirinya sedang malas namun tak ada satupun mapel yang kosong. Ia gabut, bete, boring, kesel. Semua bercampur aduk. Karna sedari tadi ia hanya menjadi obat nyamuk Nadya dan Dhita. Sedari tadi mereka berdua sedang tertawa, akibat menggibah salah satu orang yang Amanda tidak tahu itu. Sebenarnya ia ingin membaca novel yang baru kemarin ia beli dan belum sempat ia baca. Namun keadaan kelas sangat ramai, membuatnya tidak konsentrasi untuk membaca.

The First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang