FOLLOW akun utk dapetin notif klo tiap update!
Dipertegas lagi #bukanceritareligi
Happy Reading!
.
.
.
.
.Waktu sudah menunjukkan lewat dari jam 11 malam. Masih terlihat beberapa jenis kendaraan yang terparkir dengan barisan yang merenggang. Kedua bola mata biru samudera miliknya tengah memindai sekeliling area yang cukup sepi. Langkah kaki yang terus berpijak cukup terburu-buru ke dalam kawasan mall ternama di area tersebut.
"Kalian ngapain di situ?!"
Dua pemuda yang terlihat masih berstatus pelajar itu terkejut akan suara berat nan tegas menginterupsi kegiatannya. Makin gugup saat dirasa dua laki-laki bertubuh jangkung hendak mendekatinya.
"Gak usah diladenin. Paling bocah labil yang mau curi helm."
Laki-laki bermata biru itu menatap lekat pada kendaran putih roda dua matic berstiker Spiderman. Ia menoleh sebentar ke arah temannya. "Kalau gitu kita samperin aja lalu bawa ke pos keamanan."
"Kita ada urusan penting, loh. Dan ini buru-buru." Iqbal berdecak. Urusan sepele begini kenapa mereka harus ikut campur.
Dengan terpaksa mengikutinya. Begitu jarak mereka tinggal beberapa meter lagi, kedua pemuda itu berlari kencang ke arah parkiran bawah. Iqbal menahan bahu sahabatnya yang berencana mengejar. Bersyukur niat mulia laki-laki itu tertahan oleh suara ponsel yang berisikan pesan penting.
"Pak Wijaya udah nunggu kita. Waktunya nggak banyak, kita harus segera ke ruangannya."
Iqbal terkekeh pelan. "Baik, Kangmas Wafi bule. Dari tadi juga udah diajak buru-buru tapi dicuekin," cibirnya.
Laki-laki blasteran Pakistan-Belgia-Jogja itu hanya menoleh sekilas sambil terus melangkah. "Lo coba hubungi security di sini. Minta cek keadaan parkiran tadi. Siapa tahu ada pengunjung atau karyawan yang kehilangan sesuatu." belum sempat diprotes, ia sudah memberikan titah mutlak. "Jangan anggap sepele. Kita nggak tahu kapan akan mendapatkan musibah. Siapa tahu dari kejadian ini kita bisa mendapat sesuatu yang berhaga di masa nanti."
Jika sudah begitu, Iqbal hanya bisa manut dan pasrah. Tak ada yang bisa dilakukan untuk menolaknya. Karena semua yang dikatakan baru saja bagaikan petuah rohani bimbingan konseling buatnya.
"Yup, ini gue coba hubungi. Lo masuk aja duluan. Nanti gue susul." Iqbal mengeluarkan ponsel dari dalam saku bersiap menghubungi seseorang.
Wafi mengangguk lalu memasuki ruangan yang sebelumnya dipersilakan oleh asisten staff di sana.
***
Jalan raya waktu dini hari sangatlah bebas. Tak ada kebisingan dari klakson-klakson yang saling bersahutan seperti dalam keadaan lalu lintas macet. Alunan musik jazz mengalun santai merelaksasi kepenatan kedua laki-laki yang menatap fokus pada jalanan.
"Besok mau ikut jenguk Armand lagi?" tanya Wafi menoleh sebentar sambil mengemudi.
"Kayaknya nggak bisa. Gue mau anter Shafira ke toko buku. Udah dua kali gue ingkar nggak nemenin dia," sahut Iqbal tak semangat.
Wafi mengangguk. "Terus kapan?"
"Apanya?"
"Halalin Shafira."
Iqbal mendengkus, "Lain, deh, yang udah mapan. Pertanyaannya berat, Bro!"
"Gak ada yang salah sama pertanyaan gue. Kalian udah lama pacaran. Emang nggak kasian gantungin status anak gadis orang? Kalau gue jadi bapaknya Shafira, lo udah gue blacklist dari daftar calon menantu idaman," sindir Wafi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duka Lara (series) ✔
Romance#bukanceritareligi "Jodoh itu cerminan diri. Bukan dengan mata manusia biasa pantulan diri kita terlihat. Tapi cermin Allah yang menilainya. Allah yang memantaskan dengan siapa kita berjodoh. Dan kamu ... adalah pilihan Allah yang dipantaskan menjad...