Sepasang kaki di bawah meja sejak tadi tak bisa diam. Jari-jemari kuat miliknya juga ikutan bergerak menguarkan keresahan. Beberapa kali Farhan melirik jam tangan dan layar ponselnya. Desahan napas dikeluarkan kasar dari mulut yang terbuka sembari menyandarkan punggung di kursi.
"Sori, tadi ada sedikit report yang tanggung dikelarin," sapa Wafi menarik kursi lantas menempatinya. Tak lama seorang waiter datang membawakan dua gelas minuman dingin kemudian berpamitan setelah mereka mengucapkan terima kasih. "Udah dipesan juga ternyata. Tahu aja aku lagi kehausan." Wafi langsung menyedot minumannya hingga sisa setengah gelas.
"Mas ..."
Wafi menjilat bibirnya yang basah sebelum menatap bola mata hitam yang tampak gelisah. "Ada apa?"
"Hem, mengenai niatan Mas Wafi yang --"
"Nanti aja bahasnya kalau aku ketemu sama Bapak kamu. Di sana aku akan jelaskan secara gamblang kalau kamu mau tanya-tanya," sela Wafi menyesap lagi minumannya.
"Jutru hal itu nggak bisa dibicarakan secara umum bersama orangtuaku, Mas, makanya aku minta kita ketemuan," kata Farhan serius.
Ada sesuatu yang tak beres dari tekanan bicara Farhan. Memilih menyandarkan punggung Wafi menatap lekat meminta penjelasan.
"Alara Nafisah adalah perempuan yang selama ini aku ceritakan sama Mas. Dia juniorku yang selama ini aku cintai diam-diam."
Sekejap manik biru samudra itu menghunus retina bola mata kelam miliknya. Farhan seakan tengah dikuliti dengan kecurigaan mutlak. "Wow! Beneran aku nggak sangka. Allah benar-benar pembuat skenario terbaik."
Farhan memandang aneh karena mendapatkan kilau cerah dari bola mata menyejukkan itu. Bahkan Wafi menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah lengkungan senyum.
"Tunggu apa lagi? Cepat hubungi Paman Bahar! Ini kesempatan emas bisa bersanding dengan perempuan yang selama ini hanya kamu bisa kagumi diam-diam meski dia dekat dengan kamu," usulnya antusias. Tentu saja Wafi senang mendengarnya dan meminta Farhan untuk segera menikahinya.
Farhan adalah senior kampus di atas Lara 2 tahun. Dari yang Wafi ketahui jika sepupunya sudah menyukai dari pertama Lara masuk kampus. Hampir satu tahun Farhan mencurahkan kegalauan mengenai perasaannya pada Wafi. Sayangnya, Farhan enggan memberitahu nama perempuan yang diminatinya karena beralasan belum resmi memilikinya.
Selama 2 tahun Farhan memendam perasaannya pada Lara. Sebagai senior satu jurusan dia cukup dekat, keduanya sering bertemu di perpustakaan. Wafi juga tahu jika Farhan akan mengungkapkan perasaannya bila sudah selesai skripsi dan berencana serius karena sudah lulus dan siap bekerja.
"Nggak semudah itu, Mas."
Kening Wafi mengernyit. Senyum di bibirnya hilang sekejap. "Maksud kamu?"
"Aku memang cinta sama Lara. Tapi bukan berarti harus berkorban sejauh ini, Mas. Dia korban pemerkosaan dari tiga laki-laki biadab." Farhan menunduk. Kedua tangannya mengepal bertumpu di atas paha.
"Seperti yang kamu bilang, perempuan itu korban. Ini kesempatan untuk menunjukkan ketulusan cinta kamu," sahut Wafi menekan.
Farhan mengusap kasar wajahnya. "Nggak bisa. Aku nggak bisa. Bapak dan Ibu pasti nggak akan merestui."
"Kalau memang cinta kamu lebih besar, kamu pasti bisa menyakinkan orangtua agar direstui. Apalagi Paman Bahar yang paham agama. Beliau nggak akan menilai sepicik itu," kata Wafi meyakinkan.
"Nggak semudah itu, Mas. Masalahnya untuk menjadi menantu di keluarga kita harus perempuan baik-baik tanpa cacat. Apalagi Lara ..." Farhan menggeleng. Dadanya terasa nyeri sekali. Ia pernah berniat untuk melegalkan status perempuan itu, tapi sayangnya Lara mendapat kemalangan. Farhan yang tahu merasa terpukul sekaligus kecewa. Mau memikul beban Lara tapi dia belum siap karena masih berniat meraih cita-cita dalam karier.
"Dia sempurna," desis Wafi dengan ekspresi dingin. Manik birunya tampak berkilat menahan sesuatu. "Bagaimana sifat Lara yang selama ini kamu kenal?"
Farhan mulai tak nyaman dengan interogasinya. "Baik. Dia lucu dan enerjik. Itu yang aku suka."
"Apalagi?"
"Dia juga sayang banget sama ibu dan adiknya. Makanya dia bekerja keras dan nggak pernah mikirin urusan asmara."
"Lalu?"
"Lara nggak pernah peduli pada laki-laki kaya yang menyatakan cinta padanya." Farhan tersenyum skeptis mengingatnya.
"Nikahin dia!" Wafi bukan bermaksud ingin menarik uluran tangannya menolong Lara. Ia hanya ingin memberi kesempatan Farhan merealisasikan cintanya.
"Mas ..." Farhan memijat pelipisnya yang berdenyut sakit. Kenapa bisa kakak sepupunya menjadi pemaksa menyangkut masa depannya. Sejenak memejamkan mata sebelum mengambil keputusan. "Aku mau nikahin Lara kalau dia masih suci."
"Pengecut!" umpat Wafi sinis. Kemudian beranjak gusar meninggalkan Farhan yang menatap nyalang padanya.
Farhan tampak kacau. Memandangi gelas minuman miliknya yang masih utuh. Dalam sejarah hidupnya ia baru kali ini menerima umpatan kecewa kakak sepupunya. Ingatannya bergulir pada masa silam. Ketika laki-laki blasteran bermata biru samudra datang bersama orang kepercayaan ayahnya. Wafi dijemput langsung dari Belgia pasca kedua orangtua dan adik laki-lakinya tewas kecelakaan pesawat.
Affandhi Yasser, ayahnya Wafi keturunan jogja-pakistan adalah staff pengajar di salah satu perguruan tinggi Belgia. Sedangkan Michelle Kugelmann, Ibu kandung Wafi asli Belgia hanya seorang ibu rumah tangga yang telah menjadi mualaf.
Dari lahir sampai kelas 2 SMP Wafi tinggal di Belgia. Orangtuanya meninggal kecelakaan perjalanan dinas ke London bersama Aditya Fahrezi adik laki-laki Wafi yang masih berusia 6 tahun.
Karena takut dengan pergaulan bebas sebab tidak ada keluarga yang seiman di sana. Akhirnya Wafi remaja yang hampir depresi kehilangan ketiga orang yang disayangi diajak pulang ke Tanah Air untuk tinggal bersama paman Bahar di Jogja yang tak lain adik kandung ayahnya.
Farhan Syahreza adalah putra tunggal dari Baharuddin Yasser dan Hana Pertiwi. Saat itu Farhan masih berusia 5 tahun, sedangkan Wafi 13 tahun. Itulah mengapa hubungan keduanya sangat dekat karena sudah sejak kecil Wafi menyayangi Farhan yang usianya dekat dengan Alamrhum adiknya.
Farhan tersenyum getir, sesungguhnya ia merasa terbakar akibat mulutnya yang berkata demikian. Farhan mengakui bahwa dia memang pengecut. Laki-laki yang sudah menjadi kakak baginya pastilah sangat kecewa akan keputusannya. Namun, Farhan memang sudah memikirkan berulang kali untuk mengabaikan cinta yang dulu digaungkan suci dalam hatinya.
Sejak peristiwa memilukan itu ramai di kampus, Farhan bertekad membuang jauh rasa yang pernah tersimpan apik dalam kalbunya untuk segera musnah. Lenyap tak bersisa. Alara Nafisah ... bukan ditakdirkan untuknya. Meski bisa saja ia mendobrak dan menjelma menjadi penawar luka perempuan yang diketahui tengah terpuruk dalam kubangan kehancuran. Farhan tak berniat lagi untuk mengejarnya.
"Maaf ... maaf."
.
.
.
.Mau tau karakter tokoh dan liat video ala trailer Wafi~Lara bisa follow instagram 📲
*Sabtu, 27-Juni-2020
EL alice
KAMU SEDANG MEMBACA
Duka Lara (series) ✔
Romance#bukanceritareligi "Jodoh itu cerminan diri. Bukan dengan mata manusia biasa pantulan diri kita terlihat. Tapi cermin Allah yang menilainya. Allah yang memantaskan dengan siapa kita berjodoh. Dan kamu ... adalah pilihan Allah yang dipantaskan menjad...