Suami Istri Beneran

12.6K 509 4
                                    

 Adakah Satu Peluang Untukku Menjadi Sercecah Harapan dan Cinta di Hatimu Mungkin Harapanku Terdengar Sedikit Egois Menginginkanmu Setelah Semua Yang Terjadi  

       Memang akhir-akhir ini hubunganku dengan Wani sedikit canggung, namun aku ingin kami kembali ke awal.  Aku meletakkan secarik kertas di depan pintu, untuk meminta maaf dan mulai berdamai. Wani keluar dan melihat surat di lantai lalu membacanya, ia membuka surat tersebut dan berisi.

Wani aku minta maaf soal kemarin, aku melihatmu tertidur di sofa dan ingin mengangkatmu ke kamar. Namun kamu bangun dan terjadi hal yang tak kita inginkan, mulai saat ini aku ingin kita mulai berdamai dan seperti adik dan kakak seperti dulu lagi.

" Kapan dia menjadi pria yang baik seperti ini?" Wani mengetuk pintu kamarku dan memberikan surat yang aku tulis untuknya.

"Apa maksud surat ini?" Wani menyodorkan surat yang aku tulis untuknya.

"Seperti yang ada di dalamnya" ucapku tersenyum sambil memandang wajahnya yang dapat meneduhkan hatiku.

"Kenapa kami tiba-tiba bersikap baik padaku, apa karena Nayla?" ucapnya dan aku sedikit mengerutkan kening dan menjentik keningnya.

" Aw... ini sakit prof. Aiman kamu gila, kenapa melakukan hal yang tidak seperti kamu " ucap Wani dan aku tersenyum sambil mengelus puncak kepalanya.

" Bukankah aku selalu seperti ini dan apa aku salah jika aku berlaku seperti ini pada istriku yang mengemaskan ini " 

" Ada apa dengan akting ini, prof. Aiman kamu membuat saya merinding lagian tidak ada nenek, papa dan mama jadi prof. Aiman tidak perlu bersandiwara lagi " ucapnya dan aku pura-pura tertawa dengan pernyataanya.

" Wani ... Aku hanya ingin kita kembali menjadi saudara seperti dahulu, walaupun pada akhirnya kita berpisah" ucapku walaupun kata-kata ini sungguh mengiris hatiku.

"Baiklah, alasannya cukup dapat diterima" wajahnya yang berbicara dengan datar dan aku jelas melihat disana tak ada tempat bagiku.

"Ayo kita keluar cari makanan" ucapku dan ia tersenyum.

"Aku ambil tas dulu" Wani mengambil tasnya dan aku menatap punggunya yang menjauh bahkan perasaan ini sudah membuatku takut membayangkan masa depan dimana kamu sudah tak ada lagi.

   Aku lebih memilih untuk mengendarai motor, dulu saat aku SMA aku sering mengantarnya ke sekolah menggunakan motor. Harapan bahwa saat kamu menikahiku akan ada kenangan indah, aku ingin mengukir kenangan itu sebelum kita berpisah. Kamu keluar dan berjalan masuk ke mobilmu dan membunyikan klakson. Aku mengetuk kaca mobilmu dan memberimu isyarat untuk keluar, kamu tampak sedikit bingung namun keluar dari mobil.

" Bukankah prof. Aiman mengajak saya untuk makan kenapa masih berdiri tidak masuk ke mobil " ucapnya sedikit cemberut dan melihat raut wajahnya membuatku gemas sendiri.

"Wani... ingat dulu aku sering antar kamu ke sekolah pakai motor tuanya kakek".

"Ingat, itu pertama kali aku masuk SMP dan telat".

"Iya dari dulu kamu emang sering kesiangan".

"Prof. Aiman, saya sering bangun tepat waktu kok..."

"Kita udah sekamar dua bulan dan aku belum melihat perubahannya".

"Aku tidak telat, hanya saja saat mau pergi ke tempat apapun aku sedikit panik".

"Sudahlah, aku sudah mengenalmu luar dalam".

"Prof. Aiman, anda tidak mengenalku dan kita jarang berbicara apa kamu lupa?".

"Berhenti memanggilku prof. Aiman kita tidak ada di kampus, bukankah kita belajar untuk menjadi saudara lagi".

Adikku Jodohku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang