Honey Moon

12.2K 521 4
                                    

Sepertinya Allah Mulai Menjabah Doaku Buktinya Aku Selalu Melihat Kamu di Setiap Ujung Jalanku Bukankah Ini Artinya Bahwa Kita Adalah Takdir Yang Sudah Tertulis   

    Jepang adalah pilihan nenek, mama dan papa. Sebab ia pikir sekarang sedang musim semi dan bunga sangat cantik di Jepang, aku sebenarnya tidak terlalu setuju karena cukup jauh dan aku masih ada ujian.

"Nek... bisakah kita pergi ke tempat yang dekat saja, seperti pantai atau pegunungan di sekitar sini.."

"Jika terlalu dekat, bukankah itu tidak akan menjadi hal yang special" ucap papa terhadapku dan Aiman membantuku.

"Papa ... Wani ada ujian, jika terlalu jauh dia tidak bisa belajar dan hanya menghabiskan waktu di jalan. Nenek, papa dan mama ingin cucu, kalau habis di jalan bagaimana kami bisa memberikan cucu".

"Uhug...uhug...".

"Wani kenapa batuk ?"

"Tenggorokan sedikit kering nek, aku ambil air kebelakang dulu".

"Baiklah".

  Aku mengambil air dan langsung meminumnya, walaupun itu hanya alasan seharusnya ia tak mengatakan itu. Kenapa kebohongan kami semakin bertambah-tambah, jika mereka tau kami hanya berpura-pura. Pasti nenek, papa dan mama sangat kecewa. Setelah aku di kamar, aku mulai berbicara dengan Aiman. Semoga ia mencari solusi, tampa membohongi keluarga ini. Sebab apapun yang dilandasi kebohongan tak akan berakhir dengan bahagia dan hanya akan ada kekecewaan.

"Bang... aku mohon, kita jangan menambah kebohongan lagi".

"Wani... aku hanya ingin membuat nenek, papa dan mama bahagia..."

"Wani... tau... Abang lalukan semua ini untuk membuat nenek, papa dan mama bahagia, namun jika mereka tau kita hanya berbohong maka nenek, papa dan mama akan sangat menderita".

"Bagaimana jika kita mengubah kebohongan ini menjadi kenyataan?"  Ucap Aiamn dan menatapnya dan menggelengkan kepala  karena aku takut aku salah dengar.

"Kamu punya Nayla..." Ucapku yang memastikan perkataan yang ia ucapkan padaku.

" Benar, aku punya Nayla... " namun aku tak ingin mendengar kelanjutan yang ia katakan.

   Aku meninggalkanya dan masuk ke ruanganku sambil  memegang dadaku dan jantungku berdegup dengan kencang, aku menggeleng kepalanya dan menangis tanpa suara.

"Wani... sadar, kamu tau bahwa kamu bukan perempuan yang ia cintai berhenti berharap " ucapku dalam hatiku.
******

  Aku tidur di tempat tidurku dan melihat ke arah ruangan rahasia tersebut, apakah aku tak bisa menjadi pria di hatimu Wani. Jika kamu memintaku untuk meninggalkan Nayla, mungkin aku akan meninggalkannya demi bisa menjalani rumah tangga bersamamu.

  Namun aku bukan pria beruntung yang ada di hatimu, pria itu yang selalu ada di hatimu. Kau selalu tersenyum, tertawa saat bersamanya. Apakah aku harus melepaskanmu? sungguh aku tak rela. Tapi jika itu takdir kita, aku ingin kau bahagia bersama orang yang kamu cintai.

   Adzan subuh berkumandang, aku bangun dan melihat Wani sedang solat. Melihat wajahnya begitu tenang dan begitu bersih membuatku tau bahwa setiap hari akan lebih berharga saat bersamanya, bukan semakin membencinya namun cintaku padanya semakin bertambah. Tapi apalah dayaku, aku bukan pria yang ada di hatinya dan akan datang hari dimana ia akan meninggalkanku.

"Bang... mau sholat"

"Ia.. aku ambil air wudhu dulu"

  Aku melihat Wani berjalan kembali masuk kedalam ruangan itu, saat solat aku berdoa jika Wani adalah jodohku maka bantu aku untuk bersamanya.

Adikku Jodohku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang