Ending

19.2K 580 18
                                    

Cintanya yang begitu besar membuat hatiku luluh untuk memulai hidup kembali denganmu pasangan hidupku.

Wani

  Ia menemaniku di kantor, aku menatap ia yang sedang makan kebab dengan cemberut. Ia melihat ke arahku dan memuji diri sendiri, entah kenapa aku ingin mencubit pipinya. Mata kami bertatapan, ia memegang tanganku. Lalu mulai berbicara, agar aku kembali menjadi istrinya kembali.

"Wani aku tau, bahwa kamu masih belum mempercaiku.... aku yakin bahwa Wani masih trauma dengan diriku tapi satu yang aku bisa janjikan untukmu bahwa aku akan selalu menjadi orang yang sangat mencintaimu".

"Abang bilang Abang mencintaiku, kenapa Abang berselingkuh?" Ucapku bergetar, aku melihat tanganya.

"Wani... tatap mata Abang... apa Abang berbohong menurut Wani..."

"Aku tak tau" ucapku mencoba memalingkan wajah dari Aiman.

"Aku akan melihatkan buktinya"

   Aiaman menyalakan handphonenya dan memintaku untuk menonton sebuah video, dimana ada seorang lelaki yang mengaku bahwa anak yang di kandung Nayla adalah anaknya dan Aiman juga memutarkan video Nayla yang menangis ketakutan mengaku bahwa ia menjebak Aiman.

"Benar... benar aku memang menjebakmu tapi semua ini salahmu karena kamu menghianati cintaku, jika aku tak memilikimu kamu juga tak boleh di miliki siapapun" .

  Aku menatap Aiman setelah melihat video itu, aku memeluk Aiman dan menangis. Rupanya semua ini kesalah pahaman, pantas saja rasa di hatiku untuknya tidak berubah sedikitpun.

   Sekarang kami sedang di mobil, aku memegang tangan Aiman dan menciumnya. Rasanya sekarang aku bisa menyalurkan kerinduanku tanpa penghalang lagi. Aiman melihat ke arah sekilas ke arahku dan tersenyum sambil mengendarai mobil.

  Setelah sampai di gedung apartemen dan naik lift, Aiman terus memelukku dan mencium puncak kepalaku. Aku tersenyum, ia mencium pipiku. Setelah keluar dari lift, ia langsung mengendongku dan membuka pintu apartemen. Namun pintu apartemen telah aku tukar, Aiman malah membawaku ke apartemennya dan menundukkan aku di sofa.

  Ia menatap mataku lekat-lekat dan aku tersipu malu, menduk ke arah bawah, ia menggeser-geser batang hidungnya padaku. Aku merasa geli, dan memejamkan mataku ia mengelus pipiku dengan lembut dan mulai mengecup bibirku.

"Wani bukalah matamu dan pandang ke dalam mataku".

"Tapi aku masih malu..." Ucapku namun Aiman mengecup kedua mataku yang tertutup, ia memelukku dengan erat.

   Mungkin inilah bentuk rasa rindu kami, aku bahagia dengan semua hal ini. Allah memberikan jawaban yang selama ini terbesit dalam doaku, jujur sekarang kami dapat menuangkan semua isi hati kami. Setelah melaksanakan sholat malam, kami berbicara sampai subuh hari. Tak ada percakapan yang membosankan, memandang wajahnya sebelum tidur dan melihat wajahnya setelah bangun tidur seperti resky yang terindah di berikan Allah ke padaku.

  Mungkin karena kami menghabiskan semalam dengan berbicara, membuat Aiman tidur setelah sholat subuh. Aku lebih memilih untuk membuatkannya teh panas dan sarapan pagi untuk di makan. Aku membuat nasi goreng dan omlet telur, sebagai sarapan pagi kami.

  Aiman bangun dengan mata sedikit tertutup dan berjalan sambil memelukku dari belakang, ia menyadarkan kepalanya di pundak ku dan melihat apa yang sedang aku masak.

Adikku Jodohku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang