Pelarian

8.5K 394 9
                                    

   Kakiku terasa gemetar melihat pria yang akan di jodohkan denganku adalah Abang Aiman, mataku gemetar, jantungku berdetak kencang dan memori foto-foto ia berzina bersama Nayla berputar kembali di otakku.

  Aku tak bisa memikirkan apapun, selain melarikan diri. Aku langsung berlari ke luar restoran ini, suaranya jelas terngiang  di telingaku. Ia terus memangil-manggil namaku, aku menyetop taksi dan segera naik.

   Aku melihat ke arah belakang, ia sedang mencoba mengejar taxi ini, walaupun tak terkejar. Aku menangis di dalam taxi, entah apa yang terjadi pada diriku. Aku sedih, namun aku juga rindu memeluknya, mendengar suaranya dan menatap mata sendunya.

   Khadijah menelponku, aku tak mengangkatnya dan mematikan telponku. Aku belum siap untuk menerima kenyataan, tentang dia. Rasa itu masih jelas di hatiku, bahkan perasaanku padanya tak berkurang karena waktu. Namun rasa itu semakin besar dan menjadi racun di hatiku.

  Aku benci diriku yang masih mencintainya begitu besar, bahkan semua kesalahannya seakan hilang dalam memori ku. Aku harap ini hanya mimpi dan bentuk kerinduan aku padanya, tapi semuanya nyata.

   Hatiku mulai bertanya-tanya, apakah ia sengaja kesini untuk mencariku dan mengatur perjodohan denganku. Jika memikirkan itu, bodohnya aku memiliki perasaan sedikit senang saat memikirkan hal itu. Aku menggelengkan kepala, setelah sampai di apartemen. Aku masuk ke kamar yang masih gelap, aku menangis di kasur.

*****

  

  Khadijah dan Thoriq, meminta hutang penjelasan pada Aiman. Aiman membuka suaranya.

"Wani adalah istriku ..."

"Apa kamu mantan suami Wani yang berengsek itu? pantasan Wani langsung kabur" ucap Khadijah yang terbawa emosi, sebab ia mengetahui luka yang di tinggalkan mantan suami sahabatnya.

"Ia masih istriku dan aku sangat mencintainya"

"Aiman kau benar-benar suami Wani, aku mendengar suami Wani berhianat dan hanya memanfaatkannya".

"Benar aku memanfaatkannya..." Khadijah yang mendengar perkataan itu langsung menyemburkan jus dalam gelasnya ke wajah Aiman.

" Kau tau betapa menderitanya Wani menjalani hidupnya, walaupun ia tersenyum pada kami namun senyum itu palsu..." Khadijah mulai menangis dan Thoriq memeluk istrinya.

"Aiman apa kamu menjalankan hubungan dengan Nayla?" Tanya Thoriq, sebab ia tau bahwa Aiman sangat mencintai Nayla di jaman kuliah dahulu.

"Awalnya aku memang tidak mencintai Wani dan berpikir bahwa pernikahan kami hanya sebatas kontrak dan akan berakhir. Namun aku menyadari betapa aku mencintainya dan membutuhkannya dalam hidupku, kalian boleh melempariku, menamparku dan menhujatku ... tapi aku mohon bantu aku memberbaiki hubungan kami yang harus berakhir karena kesalahpahaman"

   Mata Aiman mulai berkaca-kaca, Thoriq menyadari bahwa sahabatnya ini sungguh mencintai Wani. Namun Khadijah masih marah dan tak ingin membantu hubungan Wani dengan Aiman.

"Aku tak akan membiarkan Wani kembali denganmu, seharusnya kau menyangi, mencintai Wani dengan sepenuh hatimu tapi kau malah berselingkuh dengan cinta pertamamu dan menganggap cinta Wani hanya persinggahan bagimu..."ucap Khadijah yang mulai menangis, hatinya pasti juga hancur melihat orang dicintai bermain dengan wanita lain.

"Aku memang salah ..." Ucap Aiman lalu ia berdiri dari kursi dan duduk memohon di lantai restoran.

"Aku mohon..." Khadijah yang melihat ketulusan mata Aiman menjadi sedikit ragu dan melihat ke arah suaminya dan suaminya mengangguk.

"Kita bantu mereka sayang"

"Ini alamat Wani dan ini yang bisa aku bantu.."

  Aiman langsung mengambil alamat yang di berikan padanya dan mengendarai mobil secepatnya, ia sampai di alamat yang di berikan Khadijah. Aiman diam berdiri di depan pintu apartemen Wani, tanpa mengetuk pintu ia duduk sambil menyandarkan diri di depan pintu.

"Ya Allah.. terimakasih" ucap Aiman, sedangkan di dalam kamar Wani masih menangis.

   Wani bangun dari tidurnya, ia terkejut bangun setelah melewatkan Subuh. Ia langsung berlari ke kamar mandi dan mengambil wudhu, setelah sholat subuh Wani merasa bersalah karena keteledorannya sholat. Karena memikirkan kesakitan ya ia melupakan kewajiban sebagai hamba Allah, seharusnya ia banyak beristighfar dan bersyukur atas rahmat yang di berikan Allah padanya.

   Karena tak ingin memikirkan hal yang buruk, Wani memilih untuk membersihkan apartemennya. Sebab sekarang jadwal libur kerjanya, jika ia melakukan rutinitas mungkin ia akan berhenti memikirkan Aiman.

   Suara banyak orang terdengar dari luar, ia membuka apartemennya dan jasa pindahan apartemen membawa barang-barang.

"Apa aku akan mendapatkan tetangga baru?" Ucap Wani sambil tersenyum ke arah jasa pindahan barang apartemen tersebut.

  Wani kembali sibuk membersihkan seluruh ruangan di dalam rumahnya, ia membersihkan lantai, jendela dan debu di rak-rak. Wani membaringkan dirinya dilantai setelah menghabiskan harinya untuk membersihkan apartemennya. Ia tersenyum lega, sebab kelelahan yang ia rasakan mampu untuk melupakan permasalahan yang berkecimpung di hatinya.

"Aku ingin bahagia" ucap Wani sambil mengadahkan tangannya ke arah atap apartemennya.

********

   Aiman tersenyum sambil melihat pemandangan apartemennya, daerah apartemen barunya seperti di isi oleh keluarga. Bahkan taman bermainnya di penuhi anak-anak.

"Apa ini yang kamu lihat ?" Aiman tersenyum, sambil menatap foto pernikahan dulu bersama Wani.

  Foto tersebut mereka masih terlihat ogah-ogahan dan tak ada cinta di mata mereka, namun Aiman berjanji bahwa ia akan memperbaiki semuanya dari awal dan membangun pernikahan yang Samawa bersamanya.

"Sayang tunggu aku... aku akan memperbaiki semuanya ".

   Aiman memutuskan untuk menetap dulu di Turki, sampai ia bisa membawa istriknya kembali ke tanah air. Ia menelpon ayah, ibu dan nenek. Sepertinya ibu, ayah dan nenek tau dimana keberadaan Wani selama ini. Namun mereka merahasiakan karena rasa kebersalahan mereka telah menikah Wani dengan Aiman tampa rasa cinta.

******

  Pov Aiman

   Aku sedang berbicara dengan nenek, nenek memintaku untuk kembali ke Indonesia dan berhenti melukai perasaan Wani yang sudah tenang.

"Nenek minta kamu pulang, berhenti melukai Wani dan nenek mengakui semua kesalahan nenek yang memaksa kalian menikah tampa ada cinta" nenek mulai menangis setelah mengatakan itu.

"Nek ... ini bukan kesalahan nenek dan Wani adalah pilihan yang tepat untukku, ini salahku yang tak dapat menjaga keluargaku".  Tangis nenek mulai terdengar, ia tersedu-sedu.

"Aiman pulanglah dan jangan hancurkan perasaan Wani lagi, nenek tak sanggup melihat ia hancur lagi".

"Nek aku berjanji tak akan membuat Wani terluka lagi, aku hanya ingin nenek, ayah dan ibu mendoakan aku dapat hidup bersama dengan Wani lagi" ucapku sambil menangis.

   Nenek mematikan telponya, aku tau bahwa nenek, ayah dan ibu masih belum percaya padaku. Namun aku akan membuktikan janjiku, aku akan kembali membawa Wani ke rumah kita.

Guys tekad Aiman untuk kembali bersama Wani sangat kuat, apakah Wani akan luluh dengan Aiman atau menolaknya dan menemukan seseorang.

Yang penasaran dengan ceritanya, selalu berikan vote🐈🐈🐈🐈

Adikku Jodohku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang