7 ; It Hurts

1.1K 225 18
                                    

Suara berat milik Jaemin masih terngiang di kepala Lia. Gadis itu menatap langit-langit kamar sambil memegang dada kirinya yang terasa nyeri. Lia tidak menyangka akan ditolak secepat ini.

Pemuda itu bahkan langsung meninggalkan Lia setelah hanya mengatakan maaf. Sangat tidak sopan pikirnya.

Padahal gadis itu pun melakukan hal yang tidak sopan seperti diam-diam membuntuti Jaemin.

Seperti yang semua orang ketahui, Lia cukup ambisius ketika menginginkan sesuatu. Apapun yang ia inginkan harus ia dapatkan.

Biasanya semua terasa sangat mudah, dan tidak perlu bersusah payah mendapatkannya. Namun, berbeda untuk kasus kali ini.

Apakah Lia harus menyerah saja?

Pikiran seperti itu melayang di otaknya sebelum buyar oleh suara ketukan pintu kamarnya yang keras.

"Adek? Kamu ngapain sih dari kemarin ngurung diri terus, kalo makan juga harus diantar ke kamar dulu baru mau makan, ada masalah ya?"

Suara seorang wanita terdengar dari luar kamar membuat Lia bangkit dari posisi tidurnya.

"Gapapa mi, iya ini adek keluar deh,"

Ketika membuka pintu, Lia menemukan Yujin yang sudah tersenyum hangat.

"Beneran kamu baik-baik aja? Kok gak ngampus?" tanya Yujin sambil mengelus rambut panjang milik anak bungsunya.

Lia menggeleng, "hari ini free class, cuma ada sedikit tugas aja dari dosen,"

"Adek bisa anter makanan ke kantor abang? Nanti mami nyuruh Pak Kim anterin. Kasian abang lagi sakit tapi tadi maksain ngantor,"

Lia sedikit terperengah karena itu berarti ia harus pergi ke restoran dan kemungkinan akan bertemu dengan Jaemin.

Gadis itu mengigiti bibir bawahnya, merasa belum siap jika bertemu Jaemin.

Kakinya melangkah cepat ke arah ruang kantor, tempat di mana Junhong seharusnya berada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kakinya melangkah cepat ke arah ruang kantor, tempat di mana Junhong seharusnya berada. Dengan penuh kewaspadaan, Lia melirik arah dapur dan berharap Jaemin tidak tiba-tiba muncul dari sana.

Setelah mengetuk pintu, Lia mendorong pintu kecoklatan di hadapannya dan langsung menemukan Junhong sedang berkutat dengan laptop di meja kerja.

"Bang? Masih sibuk banget?" tanya Lia.

Junhong mengangguk tanpa memandang Lia. Samar-samar ia melihat wajah pemuda itu yang benar-benar pucat dengan mata sayu akibat kelelahan.

"Abang makan dulu yuk? Aku bawain bubur ayam buatan mami," ujar Lia lembut.

Junhong mengangkat kepalanya, melirik Lia yang mulai menyiapkan kotak makan di atas meja.

"Mulut abang rasanya pahit, ada buah gak?"

"Oh ada kok! Mau apa?" Lia menunjukkan beberapa buah yang ia pegang.

"Apel deh, kupasin ya dek? Abang mau ke toilet dulu sekalian ngecek depan," Junhong berdiri, dan keluar dari ruangan setelah menerima anggukan dari Lia.

Ruang kantor seketika sunyi, sesekali hanya terdengar suara dari pisau yang mengikis kulit apel yang kemerahan itu.

Lia sedang berusaha membelah apel ketika terdengar decitan pintu yang terbuka, disusul suara seseorang yang sangat ia kenali, suara berat yang merasuki pikirannya sejak kemarin.

"Pak, saya bawakan daftar bahan makanan yang-" kalimatnya terhenti saat yang terlihat di dalam kantor bukan Junhong tetapi Lia.

Nafas Lia tertahan begitu melihat sosok Jaemin di ambang pintu sedang menatapnya terkejut.

"Akhh!"

Melihat darah segar yang menetes dari telapak tangan Lia, Jaemin langsung menghampirinya dan menutup luka sayatan itu dengan sapu tangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat darah segar yang menetes dari telapak tangan Lia, Jaemin langsung menghampirinya dan menutup luka sayatan itu dengan sapu tangan.

Lia menatap pilu pada Jaemin yang berlutut di hadapannya setelah membawa antiseptik dan perban dari kotak P3K, lalu membersihkan darah di tangannya.

Gadis itu akan menarik tangannya tetapi ditahan oleh Jaemin, "jangan gerak, biar gue obatin dulu,"

"Kenapa lo bantuin gue?" ujar Lia lemas, hatinya mendadak perih melihat Jaemin.

Gadis itu menghela napas, kemudian berucap kembali, "mending lo gak usah bantu gue kalo cuma karena kasian. Gue gak butuh rasa kasian,"

"Lagipula, gue gak mau ngerepotin lo dengan perasaan gue yang bisa baper karena ginian doang,"

Jaemin sempat terdiam, kepalanya terangkat melihat Lia yang memalingkan muka. Pemuda itu tidak mengerti, memangnya Lia seserius ini? Sedikit banyak perasaan bersalah meliputi dirinya, ia tidak berpikir akan benar-benar melukai hati Lia.

Setelah selesai membalut luka, Jaemin berdiri, tangannya terangkat menyentuh puncak kepala Lia dan mengelusnya pelan. Gadis itu mengerjap merasa terkejut.

Di luar, sejak tadi Junhong melihat semuanya. Begitu Jaemin keluar dan memasuki dapur, Junhong kembali mengintip ke dalam kantor dan menemukan Lia hanya menatap balutan perban di tangannya.

 Begitu Jaemin keluar dan memasuki dapur, Junhong kembali mengintip ke dalam kantor dan menemukan Lia hanya menatap balutan perban di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedang berusaha menyelesaikan story ini, vote+comment kalian bisa buat aku makin semangat bikin part selanjutnya loh ✨🌺

Silver Spoon ft. JaeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang