Mobil sedan hitam berhenti tepat didepan sebuah apartemen di distrik mewah kota Seoul. Malam yang cukup pekat disertai angin musim gugur cukup membuat menggigil dan mengaburkan pandangan Mingyu dari perhatiannya kesekitar."Kau ingin mampir?" Mina bersua kala mendapati Mingyu tengah menaruh atensi pada apartemennya.
"Ahh itu, maksudku tidak" Mingyu dibuat tergagap, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal "tapi kenapa kau kesini? Apa tidak sebaiknya pulang ke dorm?" Pertanyaan yang sontak membuat Mingyu hendak merutuki mulut sialannya. Raut wajah gadis itu seketika berubah, meski langsung ia tutupi dengan senyum manis dan kalimat perpisahan
"Kalau begitu aku pamit. Mingyu~ssi terimaksih banyak atas pertolonganmu hari ini. Dan untuk ucapan syukur dariku, aku harap kau bisa datang kapan-kapan kesini untuk makan bersama. Aku yang memasak, dan kau cukup makan. Setidaknya agar tidak ada hutang budi diantara kita" Mina sekali lagi tersenyum simpul, membuat Mingyu berpikir nampaknya gadis itu suka sekali tersenyum. Dan lagi- 5 tahun berada di Korea sepertinya cukup membuat Mina mengetahui banyak kosa kata yang sulit. Mingyu cukup terkesima.
"Baiklah, jaga dirimu. Wanita tidak seharusnya terluka kau tau" Mingyu mendapati kekehan pelan dari si gadis Myoui, dan disusul dengan anggukan pelan darinya. Hal semacam ini yang entah kenapa bisa membawa Mingyu pada titik dimana ia ingin waktu dihentikan. Bahkan, bertemu dan bisa menolong orang terkasih didepannya saja sudah amat beruntung, dan ini- ia bahkan ditawari makan malam bersama. Haahhh, rasanya Mingyu benar-benar ingin menyatakan perasaannya sekarang. Persetan dengan kondisi hati gadis Myoui yang mungkin masih terguncang pasca skandal kencan yang menimpanya, Mingyu tidak peduli itu.
"Selamat malam" Mina berujar pelan, sebelum memutuskan keluar dari mobil Mingyu, memberi salam hormat sebelum kemudian tersenyum tulus. Saat Mingyu mulai melajukan mobil, Mina melambai ramah yang terlihat dibalas oleh Mingyu dari dalam sana.
Mata Mina mengikuti pergerakan mobil Mingyu hingga lazim menghilang dipersimpangan jalan. Lelaki itu rupanya memang hangat, seperti yang sering Mina dengar dari beberapa member. Sangat berbanding terbalik dengan penampilan dan image ketika berada di panggung. Yaaa setidaknya Mina sependapat dan merasa senang ketika percakapan mereka tiba-tiba terasa sangat hangat. Atau entahlah, Mina hanya berpikir demikian; Mingyu tidak buruk juga.
Melihat suasana yang begitu sepi membuat Mina tersadar bahwa jam telah menunjukkan pukul 11 malam. Angin musim semi terasa semakin dingin, sedikit banyak berhasil membuatnya bergidik. Mina memutuskan untuk melangkah pelan memasuki area apartemen. dan sepertinya penjaga akan segera berganti shif mengingat beberapa dari mereka bahkan berkemas pulang. Sesekali Mina menunduk sopan kepada siapa saja yang ia lewati, meskipun dibalik penyamarannya namun tetap saja Mina ialah dirinya yang rendah hati.
Lift terbuka membawa satu dua manusia yang tampak sibuk dengan seragam kantorannya; sepertinya mereka akan lembur lagi. Tak dapat dipungkiri, kehidupan di Seoul mengharuskan orang-orang bekerja lebih giat untuk hidup nyaman. Mina menghembuskan napas sebelum masuk kedalam lift dan menekan tombol 14.
Lagi-lagi disaat sendiri seperti ini Mina harus teringat pada nasibnya. Nasib yang seolah tidak berhenti membawa takdir buruk, bahkan hingga hari ini. Mina tersenyum miris, percakapan di dorm kembali terngiang di otaknya. Apakah pada akhirnya ia akan menyerah, dan berbalik menjadi Mina yang pengecut? Satu tetes, dua tetes air mata jatuh membasahi pipi si gadis Myoui. Tidak cukup sampai disana, ingatan tentang petisi yang dibuat Nayeon dan Sana juga menamparnya keras.
Keheningan itu kini telah diisi isak tangis teramat perih dari belah bibir Mina. Seperti- luka ditubuhnya tidak lebih menyakitkan dari kata-kata menusuk yang beberapa jam lalu ditorehkan oleh Nayeon dan Sana dihatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
No More
Fanfictionpada akhirnya, kita menyerah. Tujuan yang sempat kita gambarkan bersama kini lenyap tak bersisa. Bukan lagi buram, melainkan hancur berkeping. Untuk itu, jangan menepi ataupun kembali. Sebab aku tidak akan membuka tanganku untukmu lagi. Namun, teru...