"Gak bermaksud menghilang, hanya sekedar ada perlu yang tak bisa dijelaskan."
- RRA
*****
Hari ini Raya berangkat siang. Sejak kemarin dia memang ada perlu, kesibukannya itu sudah mendapat ijin dari pihak kepala sekolah tapi sengaja di sembunyikan atas kemauan Raya sendiri.
Jam 8 Raya baru akan masuk ke dalam kelas. Jam pelajaran pasti sedang berlangsung di sana. Untung saja jam pertama adalah jamnya Pak Agung selaku guru Ekonomi sekaligus yang menjabat sebagai kepala sekolah. Raya tidak perlu panjang lebar menjelaskan guru itu pasti sudah paham.
Lebih dulu mengetuk pintu kelas sebelum masuk. Ragu tapi dia tak punya pilihan lain. Malu sama anak kelas tapi bukan Raya dong namanya kalau harus menyerah begitu saja.
"Assalamualaikum." ucap Raya membuka pelan pintu kelasnya dengan hati dagdigdug. Takut jadi pusat perhatian meski memang sudah tau itu resikonya.
"Waallaikumsalam." kompak seluruh kelas menjawab salamnya.
Raya hanya tersenyum sembari berjalan mendekat ke arah Pak Agung untuk memberi salam tangan. Pandangan anak kelas langsung kaget begitu melihat Raya namun mereka tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun karena menghormati Pak Agung. Bukan takut tapi mereka menghormati posisi Pak Agung. Guru itu selama ini selalu baik, ramah, dan tidak pernah macam-macam oleh karena itu mereka hormat.
"Pak, maaf terlambat." ucap Raya sembari menyalami tangan Pak Agung sesuai semestinya.
"Gak papa, langsung duduk aja, kita lanjut materi." jawab Pak Agung ramah mempersilahkan Raya untuk langsung duduk.
Raya mengangguk, segera berjalan menuju ke bangkunya. Berusaha menghindari tatapan tajam dari teman-temannya yang berusaha bertanya lewat kode mata. 'Dari mana aja lo' kurang lebih seperti itu.
"Kenapa?" Deva bertanya lirih ketika Raya sudah duduk.
Lebih dulu membuka buku mata pelajaran, "ada urusan."
"Kata Bagas, rumah lo kosong."
"Iya," jawab Raya memberi jeda. "Gue di rumah baru."
"Pindahan?" ucap Deva terkejut tapi masih dengan nada yang lirih sehingga hanya mereka yang mendengar.
"Gak juga."
Sementara Deva hanya beroh ria saja dan memutuskan kembali fokus menyimak materi. Pelajaran terus berlanjut dengan tenang.
****
Rupanya hari ini sekolah mendadak ada rapat dan mengharuskan para guru membuat kebijakan dengan memulangkan siswa lebih awal dari biasanya.
Bel pemberitahuan pulang berbunyi, semua murid berhamburan keluar dengan senang. Sementara di bangku depan pojok, dua gadis yang tengah membereskan buku-bukunya tersebut di hampiri oleh tiga laki-laki yang sudah siap untuk pulang.
"Ray, kemana aja lo kemarin." tanya cowok yang berpenampilan rapi tapi rambut acak-acakan dengan menenteng paperbag berisi buku, dia Samuel.
"Sampai ada yang mendadak khawatir gitu sama lo." lanjut Melodi seakan menyindir seseorang yang kali ini tengah asik bermain ponsel dengan posisi berada di antara kedua temannya.
Seseorang itu Bagas, yang semula sibuk dengan ponselnya kali ini mendongak menatap Melodi dengan alis terangkat tinggi.
"Apaan lo, nyindir gue?"
"Kenapa, lo ngerasa kesindir?" balas Melodi. "Bener dong kata gue."
"Lo sengaja ngilang ya, Say?" ucap satu cowok yang sedari tadi diam menyimak sengaja ingin menghentikan perdebatan. Badge namanya menunjukkan sederatan huruf abjad Iqbaal Desputra. Panggil saja dia Iqbaal.
Iqbaal yang punya kebiasaan tidur di jam pelajaran dan ngacir ke kantin di waktu jam kosong atau istirahat cuma untuk nyari gosip. Gak pernah beli jajan tapi selalu minta jajan sama anak-anak kelas khususnya yang cewek. Anak orang kaya nomer satu di kelas ini tapi selalu bersikap biasa saja.
Satu-satunya cowok yang memanggil nama Raya dengan nama Saya. Iqbaal, sahabat karibnya Bagas juga Samuel. Mereka bertiga CS tapi Iqbaal selalu berpisah sewaktu-waktu dengan alasan kesibukannya sendiri yang mau cari gosip baru.
"Gak bermaksud menghilang, hanya sekedar ada perlu yang tak bisa dijelaskan." jawab Raya.
"Lo liburan kan?" tanya Iqbaal lagi.
"Iya, Qib." Raya menyebut nama Iqbaal dengan Qib atau Qibal. Alasannya simpel, Raya hanya mengikuti Iqbaal yang tidak pernah memanggil namanya dengan benar.
"Oleh-oleh mana Say, kemarin gue titip piyem sekilo pokoknya!"
"Kan gue udah bilang, gue gak ke Bandung."
"Permen karet deh, gak mungkin kalo lo gak berenti di supermarket beli minum." ucap Iqbaal lagi.
"Serius lo liburan?" sahut Bagas kemudian.
"Haluannya Qibal doang itu." jawab Raya menutup resleting tasnya dengan rapat.
"Mana ada gue halu, lo cerita ke gue tadi malem." protes Iqbaal sedikit menunjukkan ekspresi wajah drama. "Lo juga udah janji mau beliin gue bakpia kacang ijo."
"Lo gak sehat, Baal." Samuel menabok pelan kepala Iqbaal. "Mau lo piyem, bakpia apa permen karet!"
"Permen karet rasa strowberi satu pack, janji lo Say."
"Iya nanti, gue beli dulu." Raya memakai tas punggungnya dan bersiap untuk berdiri.
"Nah gitu, Saya emang terdesbest." Iqbaal mencolek dagu Raya.
Sementara Raya cuma menaikkan satu alisnya tinggi. Ucapan Iqbaal terdengar seperti sedang memuji dirinya sendiri.
"Lo muji diri sendiri apa gimana sih, kok gue jadi bodoh ya?" sahut Samuel sembari memegang lengan Raya supaya tak pergi dari sini.
Niat ingin berkata agar samuel melepaskan tangannya, Samuel sudah lebih dulu memotong.
"Ngopi dulu ayo, Baliq traktir." ucap Samuel semangat.
Perlu di ingat bahwa terkadang tidak ada orang yang sanggup menyebut nama Iqbaal dengan baik dikarenakan kebiasaan Iqbaal yang juga tidak bisa menyebut nama mereka dengan baik dan benar.
Samuel kemudian menoleh ke arah Melodi. "Lo ikut sekalian temenin Raya."
"Eh tapi--
"Ah lama lo Say!" potong Iqbaal cepat menarik Raya agar berjalan lebih dulu.
Alhasil mau tak mau Raya ikut. Kalau sudah begini caranya mau sekuat apapun cari alasan, Raya gak pernah bisa terlepas dari rencana Samuel apalagi kalau udah melibatkan Iqbaal. Entah apa kali ini yang akan mereka lakukan.
"Ayo Mel," ajak Samuel kemudian menatap Bagas. "Ajak Ashila kalau lo merasa jomblo."
"Sam tapi gue mau--
"Udah buruan!" ucap Samuel lagi mendorong bahu Melodi agar mengikuti langkah Iqbaal dan Raya yang sudah agak jauh.
Meninggalkan Bagas dengan wajah tak mengertinya yang terlihat begitu polos. Rencana mereka awal tidak begini, kenapa tiba-tiba Samuel dan Iqbaal jadi keluar plan?
Tujuan mereka sebenarnya hanya untuk mengintrogasi Raya sampai cewek itu mau bicara. Terutama maksud ucapan Melodi yang mengatakan Raya ke rumah barunya dan sikap Pak Agung yang sama sekali tidak menanyakan alasan keterlambatan Raya dengan jelas.
Kenapa akhirnya jadi begini?
KAMU SEDANG MEMBACA
ABU-ABU
Teen FictionSemakin lo mengabaikan gue, semakin gue gigih ngejar lo. Karena kodratnya cowok ganteng emang harus disukai. Itu wajib, udah tertulis dalam undang-undang yang di sah-kan semua kaum hawa. -Dari gadis petakilan yang mengaku jatuh hati pada paras cowo...