"Bagi gue cowok ganteng itu cuma ada 5, Ayah, Kim Taehyung, Kim Jongin, Lee Min Hyung sama Devano Argasaputra a.k.a jodoh masa depan gue. Yang lain lewat!"
- Dari gadis petakilan yang mengaku jatuh hati pada paras ganteng -
***
Sehabis meghrib Raya berputar mengelilingi sudut demi sudut supermarket yang kata orang paling lengkap yang ada di dekat perumahannya. Hanya untuk membeli satu buah marshmellow yang sebenarnya ada di meja dekat kasir itu sendiri.
Dengan memakai kaos putih polos yang panjang dengan celana training warna polkadot dan rambut hitamnya yang dia biarkan tergerai, penampilan Raya jadi terlihat natural apalagi wajahnya yang apa adanya tak memakai polesan sedikitpun.
Semua orang sadar Raya itu cantik, gemesin, imut dan cocoklah untuk jadi pacarable. Tetapi kalau sudah melihat tingkah lakunya yang asli semua pasti bakal mundur perlahan. Karena aslinya dia manja, cengeng, bodoh, pemalas, petakilan, dan ucapannya bar-bar.
Setelah puas menikmati AC yang dingin itu selama 15 menit lamanya Raya memutuskan untuk menyudahi saja. Dia berjalan menuju arah kasir. Tangannya mengambil 5 buah marshmellow dan langsung menaruhnya di meja kasir.
"Sudah mbak, tambah apa lagi?"
"Jangan ajarin gue boros dong Kakak, itu aja cukup."
Petugas kasir itu hanya tersenyum dan mengarahkan satu barkod untuk di scan. Raya hanya mengamati hasilnya lewat komputer satu yang memang di tujukan untuk pembeli.
"Kenapa kemarin gak dateng?"
Suara itu tiba-tiba terdengar dari arah belakang tetap di telingannya. Raya merinding sekaligus takut, dengan hati-hati dia menoleh untuk melihat siapa yang berbicara dengannya.
Cowok itu memakai kaos putih dengan kemaja flanel warna biru yang sengaja tidak di kancingkan dipadukan dengan celana jeans dan sepatu warna putih. Dia punya wajah tampan, tubuhnya yang atlestis dan tinggi cukup mampu menarik perhatian para gadis. Bahkan Raya sadar kalau Mbak kasir tadi juga terpana melihat kedatangannya.
Cowok itu tersenyum tipis ke arahnya. "Hai?"
Raya diam tak menjawab sapaan cowok itu. Tubuhnya berbalik menatap kembali ke arah kasir.
"Berapa Mbak?"
Ucapan Raya menyadarkan Mbak Kasir tadi untuk mengalihkan pandangannya dan kembali fokus bekerja. Sudah Raya duga, pesona cowok itu memang luar biasa tetapi sayang Raya benci cowok itu.
"Totalnya 60ribu Mbak."
"Biar gue aja." Ucap cowok tadi sembari mengambil uang di dompet hitamnya.
Raya bahkan tak bisa mengatakan apapun saat cowok itu yang membayarnya. Dia hanya bisa menurut dengan hati tidak ikhlas.
Meraih kantung kresek warna putih berisi belanjaan Raya, cowok itu juga mengenggam tangan Raya untuk mengikutinya. Lagi, Raya hanya bisa menuruti begitu saja dengan hati tak ikhlas.
Sampai di depan supermarket Raya menghentikan langkahnya sembari menghempaskan tangannya agar terlepas dari genggaman cowok itu dan setelah terlepas dia mengambil cepat belanjaan miliknya.
"Lo kenapa di sini?" Tanya Raya dengan nada yang tak santai.
Cowok itu malah tersenyum tangannya bergerak untuk mengacak gemas rambut Raya. "Gak boleh gue nemuin pacar sendiri?"
"Terserah lo, gue mau pulang."
"Ray, lo masih marah sama gue?" Ujar cowok itu menahan tubuh Raya agar tidak pergi.
"Gue gak marah, punya hak apa juga gue marah."
"Lo punya hak, lo pacar gue Ray."
Raya berdecak, dia kesal bukan karena tingkah cowok itu yang sesuka hatinya jalan berdua sama gadis lain tapi karena Raya tak suka cowok yang saat ini menyandang status sebagai pacarnya ini muncul di hadapannya.
Raya benci Sandy--nama dari cowok itu. Raya sengaja belum memutuskan Sandy karena dia belum bisa membuat Devano jatuh padanya.
"Kasih gue waktu." Raya menjawab singkat sembari pergi dari hadapannya.
Sandy membiarkan Raya pergi, dia tak menahan. Lagipula dia sadar jika dirinya salah tapi dia sama sekali tidak tahu alasan di balik sikap Raya yang sebenarnya bukan karena gadis lain tapi karena memang Raya membenci Sandy sedari awal dia menerimanya sebagai pacar.
****
Raya berjalan masuk melewati gerbang yang kali ini masih terbuka lebar. Hanya gara-gara hari ini hari kamis, Raya jadi rela berangkat pagi demi menghindari berurusan dengan Pak Egas guru Agama yang super ketat gak bisa di salahkan.
Bahkan biasanya jam 7 kurang 10 menit Pak Egas sudah stay berdiri di depan pintu kelas. Saking disiplinnya, beliau selalu berangkat sampai di sekolah jam 6 pagi. Hanya 3 x Raya pernah berhadapan dengan Pak Egas dan dia kapok.
Kalau hukumannya cuma lari sih, Raya pikir bukan masalah serius. Tetapi hukuman Pak Egas bukan hanya lari tapi juga memberi tugas untuk pelaku murid yang terlambat menghapalkan surat Ar-Rahman dan wajib menyetorkan di jam istirahat atau pulang sekolah jika tidak hapal maka konsekuensi yang harus di terimanya adalah dengan penurunan nilai rapor di mata pelajarannya.
Kan gak elit kalau mata pelajaran Agamanya jadi jelek. Bisa-bisa Raya kena ceramah dan ujungnya di masukin ke pondok. Gak mau ya, dia mau hidup bebas tanpa aturan.
"Semalem gue ketemu Sandy." Ujar Raya setelah duduk dan menaruh tas punggunya ke dalam loker.
Melodi yang sudah duduk anteng dengan membaca novel tebal menoleh. "Terus?"
"Gue mau putus, tapi gue cinta sama Devano."
"Kenapa sih lo benci banget sama dia, dia kan ganteng."
"Benci gak perlu alasan logis, yang gue tau hati gue benci."
Melodi menutup novelnya, dia menaruh novel itu ke dalam laci dan menggerakkan badannya menatap Raya. Sementara gadis itu saat ini malah lesu, kepalanya bersender pada kursi dengan mata memejam.
"Dia itu ganteng, banyak yang mau jadi pacarnya."
Raya menegakkan kembali tubuhnya menatap tajam ke arah Melodi. "Bagi gue cowok ganteng itu cuma ada 5, Ayah, Kim Taehyung, Kim Jongin, Lee Min Hyung sama Devano Argasaputra a.k.a jodoh masa depan gue. Yang lain lewat!"
"Jung Jaehyun, Park Chanyeol, Huang Zitao, Suho, Lucas, Jungkook, Haechan, Kang Daniel, dan siapalah itu, gak ganteng?"
"Gantenglah, mereka tetep ada di hati gue, yang gue maksud kan 5 cowok yang gue prioritasin."
"Iqbaal Ramadhan, enggak?" Ucap Melodi lagi. "Bukannya dulu lo ngefans banget sama dia?"
"Iya, tapi lo kan tau jiwa fangirls gue itu udah melekat banget, gue gak bisa cuma fokus sama satu bias. Makanya gue harus bikin prioritas."
"Serah, pulang sekolah jangan lupa ada kegiatan yang lo pilih mulai aktif."

KAMU SEDANG MEMBACA
ABU-ABU
Novela JuvenilSemakin lo mengabaikan gue, semakin gue gigih ngejar lo. Karena kodratnya cowok ganteng emang harus disukai. Itu wajib, udah tertulis dalam undang-undang yang di sah-kan semua kaum hawa. -Dari gadis petakilan yang mengaku jatuh hati pada paras cowo...