DELAPAN

227 7 0
                                    

"Nyaman belum tentu baper, baper gak mesti ujungnya cinta dan sekedar sayang gak bisa jadi jaminan seseorang untuk saling memiliki."

- Bagas Rafendra

***

Ketiga cowok yang saat ini tengah berdiri di depan papan tulis itu hanya berdiam menatap ke sembarang arah dengan malas. Sementara wanita setengah baya yang menjadi guru Sejarah itu menatap satu persatu murid didiknya dengan cermat.

Mulai dari pojok kanan ada Bagas, murid yang terkenal polos, tidak pernah neko-neko tapi kadang kelakuannya suka aneh. Baju seragam terlihat rapi dengan muka kusam dan rambut yang tidak di sisir. Tas punggung warna merah berpaduan dengan krem yang menempel di punggungnya terlihat ringan seperti tak berisi.

"Tumben kamu sendirian?"

Bagas mendongak menatap guru Sejarah atau yang seringkali di panggil Bu Set dengan kedua alis terangkat. "Siapa, saya?"

"Ya memang mata saya ini tertuju pada siapa?" Balas Bu Set masih terus menatap tajam Bagas.

"Awas nanti jatuh cinta, Bu." Sahut Samuel yang berada di tengah-tengah.

Bu Set hanya melirik saja tanpa berniat mau membalas ucapan Samuel yang ikut-ikut itu. "Pacar kamu kemana!" Tanya Bu Set pada Bagas.

"Nah itu, duduk manis di bangku nomer 3." Samuel manjawab sembari menunjuk ke arah Ashila yang mendadak gugup.

Pandangan Bu Set berputar ke arah tepat di mana Ashila berada, gadis cantik dengan pipi tembem dan tubuh yang tidak terlalu tinggi. Begitu tau kalau gadis itu sangat gugup, Bu Set kembali menatap ke arah Bagas yang hanya diam saja.

"Saya pikir kamu sama Raya."

"Mereka friendzone, Bu!" Seru Samuel dengan semangat mesti sedari tadi terus di kacangi oleh Bu Set.

Bagas langsung saja menendang kaki Samuel yang mudah terjangkau. Sementara Samuel malah terkekeh saja, dia kemudian menatap Ashila.

"Sori Shil, canda doang." Ucap Samuel pada Ashila yang hanya mendapat balasan senyum doang.

"Siapa yang nyuruh kamu nyerocos?" Ujar Bu Set dengan judes membuat Samuel kembali diam.

Kemudian pandangan Bu Set beralih pada satu murid didiknya yang berdiri si pojok kiri. Tampilannya rapi, muka ganteng, tinggi sempurna, badan tegap, rambut macho dengan tas hitam di punggungnya yang keliatan berisi.

"Devano, kenapa setiap pelajaran saya yang pertama kamu selalu terlambat?"

"Ada urusan." Dengan singkatnya Devano membalas.

Ya, cowok itu memang Devano dan dia punya kebiasaan setiap jam mata pelajaran yang pertama adalah Sejarah, Devano pasti akan terlambat. Tetapi tidak juga, akhir-akhir ini Devano sering terlambat masuk.

"Jaga bengkel apa kedapatan orang mampir karena kebanan?" Bu Set sengaja menyindir dengan alasan-alasan yang selama ini Devano pakai setiap kali terlambat.

"Nunggu gebetan gak dateng-dateng." Kali ini bukan Samuel yang bicara melainkan Bagas.

Perkataan itu sengaja Bagas lontarkan untuk menyindir temen di sebelahnya, bukan tertuju pada Devano.

"Terserah kalian, sana duduk! Pusing saya lama-lama." Ucap Bu Set berjalan menuju meja guru untuk mengambil balsem karena kepalanya mendadak pusing.

"Nanya siapa yang jawab siapa, giliran di tanya malah diem." gumam Bu Set.

Ketiga cowok itu juga nurut, tanpa kata lagi mereka berjalan menuju bangku masing-masing. Namun sepertinya ada yang berkurang dari seisi kelas ini.

ABU-ABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang