Lima Belas

62 4 4
                                    

"Kalau Lo nyuruh gue mundur, gue maju. Tapi kalo tiba-tiba semesta menjungkirbalikkan dunia kita, ada kemungkinan gue yang mundur."

- Raya si Ratu Bucin (Devano)

****

Hidup itu tidak akan berhenti hanya di satu titik. Selama Bumi masih berputar, kisahnya akan terus berjalan mengitari seluruh poros yang ada di dunia ini. Atau bahkan berbalik arah untuk membuat semua keadaan berbanding terbalik dari yang sebelumnya.

Mungkin hari ini atau yang selama ini berada di pusat perhatian semua mata, suatu saat bisa jadi jatuh ke dalam kubangan yang semua orang gak sudi walau hanya sekedar melirik.

"Dan lo sebagai manusia, jangan terlalu songong. Dunia gak akan terus-menerus berpusat di lo."

"Udah ceramahnya?" Sembari menghentikan langkah, Devano berputar menghadap ke arah Raya yang sedari tadi ngoceh soal hidup, takdir, dan seluruh semesta.

"Belum," jawab Raya polos matanya menatap teduh tatapan elang dari Devano. "Harusnya sih gitu."

"Lanjutin." Devano kembali berjalan mendahului Raya tanpa aba-aba.

"Gue tau telinga lo budek kalau gue yang ngomong," sindir Raya tak mengikuti langkah Devano yang menjauh darinya. "Tapi selama lo masih ganteng--

"Raya gak akan pernah mundur apapun alasannya." Sahut Devano memotong cepat kalimat Raya tanpa menoleh ke arahnya.

"Kata siapa?" Raya tersenyum senang saat mendengar namanya tersebut oleh Devano meski dengan nada yang gak enak. Kapan lagi cowok itu mau nyebut nama Raya, iya nggak?

"Kalau Lo nyuruh gue mundur, gue maju. Tapi kalo tiba-tiba semesta menjungkirbalikkan dunia kita, ada kemungkinan gue yang mundur." lanjut Raya berbalik arah meninggalkan Devano dengan arah yang berlawanan.

Sementara Devano mendadak menghentikan langkah, cowok itu reflek berputar dan melihat Raya yang kali ini meninggalkan dirinya persis seperti dirinya yang selalu meninggalkan Raya, tanpa permisi.

Devano tau kemana tujuan Raya, cewek itu pasti akan kembali pada tujuan awalnya. Kembali menyusul Bagas--teman zona nyamannya Raya. Tapi beberapa detik kemudian senyum sinis muncul di wajah Devano.

"Aturan cinta itu bukan punya lo, tapi Bagas." Lirih Devano lalu kembali melanjutkan langkahnya mengabaikan tujuan awalnya menyusul Raya.

Siapa yang peduli soal foto itu? Devano tau Raya tidak akan pernah melakukan hal yang akan merugikan dirinya sendiri dan juga seseorang yang berarti untuknya. Devano tau tapi kenapa dia tetap menyusul Raya?

Hanya Devano sendiri yang tau alasan dibalik semua ini.

****

Orang bilang persahabatan lawan jenis selalu gagal atau dalam kata lain, satu di antara mereka akan terjebak yang namanya jatuh cinta. Semua orang memahami bahwa pendapatan itu kebenarannya mutlak 80% dan bukti selalu terjadi di depan kisah mereka sendiri.

Bahkan Raya, gadis yang saat ini tengah nyender di bahu Bagas pun tahu sebuah kenyataan kalau yang namanya hidup tak pernah lepas dari yang namanya sebelah pihak atas nama cinta. Dia melihatnya tapi dia menutup mata, mendengarnya tapi berusaha menjadi tuli, mengingatnya tapi berusaha melupakan setiap detiknya dan tetap menjalaninya tanpa pernah merasakan apapun permasalahannya.

"Gue mau mundur, Gas." Ujar Raya tiba-tiba membuat seseorang yang tengah ia senderi itu menghentikan aktivitasnya dan melirik kearahnya.

"Bohong banget lo," jawab Bagas memberi jeda. "Seorang Raya mau mundur dari Devano itu hal yang teramat mustahil."

Raya menegakkan tubuhnya, mencoba duduk dengan benar dan melotot ke arah Bagas yang seakan sedang meremehkan dirinya.

"Gue ga selemah itu, gue bisa kok tapi guenya aja yang belum mau."

"Mau buktiin?"

"Boleh!" Jawab Raya cepat. "Detik ini juga gue buktiin."

Bagas tersenyum menatap Raya, kepalanya menggeleng pelan dan kembali melanjutkan aktivitasnya tanpa berkata apapun lagi.

"Tapi gue gak bisa sendiri." Ujar Raya lagi.

Mendengar hal itu perasaan Bagas jadi tidak enak, dia enggan menoleh ke arah Raya tapi gadis itu memaksa dirinya dengan cara memegang kedua bahu Bagas sehingga mau tidak mau dia harus menoleh menatap Raya.

"Gue butuh Lo dalam hal ini, Gas." Lanjutnya.

Bagas terdiam beberap detik, menatap manik mata Raya dengan dalam. Ada keseriusan dalam tatapannya saat mengatakan hal tadi. Dia bisa saja membantu Raya apapun itu tapi kembali pada posisinya, Bagas sadar ada seseorang yang harus ia jaga perasaannya.

"Gue gak bisa, Ray." Tolak Bagas melepas paksa tangan Raya agar menjauh darinya. "Sori, gue ada perlu, Ashilla udah nunggu gue."

Raya berdecak, bibirnya manyun dan bola matanya berputar kesal. "Gue cuma mau minta tolong sama Lo buat pantau dia selama gue ngilang. Gue gak minta aneh-aneh!"

"Apapun itu, gue gak mau ikut andil. Belajar dewasa Ray, jangan libatin orang lain untuk setiap masalah atau rencana yang Lo punya." Jawab Bagas mulai bangkit berdiri, bersiap ingin meninggalkan Raya.

"Satu pesen gue, jangan aneh-aneh." Lanjut Bagas sebelum akhirnya dia mulai beranjak meninggalkan Raya.

Sementara Raya cuma cemberut kesal. "Konyol banget lo!"

Masa iya dia sanggup mengabaikan Devano bahkan berniat menghilang? Ya Tuhan bantu Raya, Raya ga sanggup kalau harus menghadapi sendiri.

"Lo itu temen gue, tapi Lo selalu ada aja alasannya kalau gue butuh menyangkut hati, jiwa dan raga gue." Raya menatap punggung Bagas yang makin menjauh darinya.

Raya sadar sih, ada cewe lain yang saat ini bersanding dengan temannya itu. Tapi kan cuma pacar, pacar bisa putus kapan saja. Lagian kenapa sih, Bagas harus pacaran?

ABU-ABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang