Prolog : Sehun

2.6K 124 9
                                    

Mencintai dua pria adalah kesalahan fatal, karena faktanya, hanya satu hati yang kau miliki untuk diberi. Parahnya, hanya cintaku yang kau ragukan sementara dia kau pilih tanpa ragu.

Aku tahu aku hanyalah pria pengecut karena kabur darimu. Aku juga memisahkan diri bersama anak kita yang kau anggap tiada. Tapi, ingat tekadku ini baik-baik! Jika kau mendekat padaku lagi, saat itulah aku benar-benar merebutmu darinya. - Sehun

.

.

.

.

.

PROLOG : Sehun

.

.

.

.

.

Orang-orang selalu berpikir, pria berparas tampan pasti bernasib baik. Banyak wanita yang akan tertarik pada pria tersebut, juga mengeruk harta dan vagina mereka jika pria tampan itu mau. Semua orang yang pernah kutemui pun berucap sama, berpandang sama, bahwa aku adalah pria tampan, pemilik masa depan cerah dengan wanita cantik dihidupku.

Dan wanita itu adalah Wu Luhan.

Sayangnya, bagiku, dia tak lebih dari wanita murahan. Dia hanya tersenyum mengasihaniku saat aku bertaruh pada masa depanku. Di mana keluargaku membuangku hanya karena aku 'berusaha merebut kekasih hati anak kesayangan mereka'. Luhan merenggut semuanya, lalu mengusirku dari hatinya dengan berdiam diri dan menerima pinangan kakak kembarku.

Tidakkah hidupku ini lucu?

Aku tak menyangka Luhan dan kakak kembarku bersengkokol menggerogoti cintaku. Mereka bertingkah sok canggung di depanku, tapi saling menaut cinta di balik punggungku.

Aku pria, tapi mengapa aku selemah ini hanya karena wanita?

Aku mencoba untuk tidak mengingat insiden delapan bulan lalu. Sembari menguatkan hatiku, yang kini memaksa untuk menerima eksistensi kakakku. Dia berdiri di depanku, mengejekku lewat kerlingan mata hazelnya, meneliti seberapa payahnya tampilanku saat ini.

Aku hanyalah remaja miskin yang bekerja sebagai office boy. Hm, aku tahu itu. Aku pun tidak punya waktu mengikuti mode pakaian dekade ini. Yang kuinginkan hanya meneruskan hidup tanpa perlu sentuhan wanita. Yah... Itu lebih baik daripada menjadi pengangguran.

Parahnya, aku bekerja di perusahaannya.

Perusahaan kakakku,

Wu Shixun.

"Luhan sudah menjadi istriku. Dan sebagai suaminya, aku tidak mau menerima anak itu apapun yang terjadi."

Dengkuran halus khas bayi begitu menenangkan dadaku. Bayi di pelukanku belum berumur dua hari. Dia baru saja keluar dari inkubator. Tubuh lemahnya berada dalam gendonganku. Dia asyik tidur sambil sesekali mengulas cengiran. Aku sedikit canggung saat menggendongnya. Ragu, apakah gendonganku nyaman untuknya atau tidak.

Kupandang nanar kakakku.

"Ti...tidak bisakah kau berpura-pura dia anakmu juga?" kataku pahit, memohon iba pada kakakku agar menerima anakku. Dengan itu, bayi mungil secantik ini bisa berada di pelukan orang tua lengkap. Bukannya padaku yang kini sebatang kara. Remaja pengecut. Remaja miskin. Remaja dengan masa depan suram tanpa kejelasan.

Two in One (HUNHAN GS) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang