02 : Sehun

857 88 25
                                    

"Oppa... Aku mencintaimu."

Dan detik ini aku tersadar.

Wanita di bawahku kembali mengendalikanku [01].

Aku menegakkan badan.

Memperbaiki pakaianku dan berkata, "mian... Nyonya Wu. Saya tidak bisa."

Mata Luhan melebar syok.

"Kenapa...?"

"Serahkan kuncinya pada saya. Saya mohon."

Setelah tampilan kami rapi, aku terlebih dahulu keluar dari kamar itu dan mendapat tatapan aneh dari rekan kerja sesama OB. Aku tahu, selain dibully, gosip murahan tentangku yang menggoda istri Presdir merebak ruah ke permukaan. Mereka semakin membenciku. Aku juga semakin membenci diriku sendiri karena sempat lemah pada rayuannya.

"Sehun-oppa..."

Aku masih tahan atas segala tudingan yang disematkan di kepalaku. Mereka boleh menganggapku serendah pekerja seks. Toh, apa yang diharapkan pria miskin sepertiku?

Dan sampai saat inipun, aku menganggap Luhan adalah awal dari segala kesialanku.

Dia terus mengejarku. Lancang menarik lenganku.

Lancang mencium dan mengulum bibirku di depan umum.

Aku membalasnya kasar. Tak peduli orang-orang melihat kami. Luhan mulai kehabisan nafas. Aku tak peduli. Buat saja dia terkulai lemah hanya karena lumatanku. Kueratkan rangkulanku di pinggangnya, menabrakkan selangkangan kami, sekali lagi menebalkan telinga atas hinaan mereka padaku.

Aku mengigit bibir bawah Luhan. Hingga berdarah. Membengkak. Tapi aku hanya memandangnya acuh. Tak lagi menghamba seperti dulu.

Aku berbisik tepat di depan bibirnya, namun mataku berkilat seakan menertawakan seseorang.

Dia adalah Wu Shixun, kembaranku, yang kini memandang kami dengan raut sekaratnya.

"Kau tidak lebih dari sekedar pelacur, Wu Luhan!" Desisku.

"Kau bilang apa... Oppa?" tanyanya getir. Matanya berkaca-kaca.

Tapi bibirku hanya tersenyum sinis untuknya.

Setelah itu aku berbalik pergi. Keluar gedung dan menembus hujan.

Mungkin orang lain menganggapku lemah dan pengecut. Seharusnya aku lebih memperjuangkan Luhan. Bukannya kabur tanpa penjelasan lebih lanjut atau menuntut. Tapi percuma. Aku terlanjur kecewa. Sikapnya pada Shixun seakan melemparku ke kenyataan, bahwa Luhan hanya menginginkan tantangan dan kenikmatan jika bersamaku. Luhan tidak mencintaiku. Dia memperalatku.

Lebih jelasnya... Dia menjadikanku semacam tantangan, membuatnya berdebar lewat menegangnya hubungan terlarang.

Kini aku mengerti.

Aku hanyalah pria bodoh dalam mencintai.

"Luhan..."

Two in One (HUNHAN GS) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang