08 : Shixun

611 68 42
                                    

MINATKU MENULIS FF HILANG.

BAHKAN CUMA REPOST DOANG RASANYA BERAT BANGET...

MAAF YA, AKU GAK BISA UP TIAP HARI ATAU DALAM WAKTU BERDEKATAN 🥺🙏

Oke, met baca!

.

.

.

.

.

Sesuai janjiku, sepulang anakku dari sekolah, aku yang menjemput Chanyeol dan mengantarkannya bertemu teman bernama 'Baekki'. Katanya, si Baekki ini dirawat di rumah sakit yang sama dengan Kyungsoo. Kalau bukan karena Jongin mengabariku bahwa Kyungsoo sudah pulang, mungkin aku bisa sekalian menjenguknya. Tapi biarlah, itu bisa dilakukan nanti sepulang dari rumah sakit.

"Temanmu itu sakit apa sampai kau harus menemuinya di rumah sakit?"

Chanyeol mengendikkan bahu sambil bermain PSP. "Aku tak tahu," dia melirikku dari jok sampingku. "Demam, mungkin?"

Aku meruntuhkan bahuku. Dasar Chanyeol, apa dia mengenal gadis incarannya hanya sebatas saling menyapa?

Sesampainya di basemen rumah sakit, Chanyeol buru-buru membuka pintu mobil dan berlari ke gedung rumah sakit. Aku mengerang kesal saat Chanyeol tak menggubris panggilanku. Dia seakan tuli, dan aku kewalahan akibat kegesitannya.

Chanyeol punya ingatan kuat melebihi anak seumurannya. Contohnya, dia hafal rute sekolah menuju rumah dan sebaliknya dalam sekali penjelasan. Selain itu, dia tidak mudah melupakan nama dan wajah orang. Jadi kupikir, dia takkan tersesat walau kubiarkan.

Dan lihat saja, kami sudah ada di depan sebuah kamar inap. Aku cukup percaya pada Chanyeol kalau dia mengarahkanku ke kamar yang tepat.

"Apa ada Baekki di dalam, Chan?" sedikit meragu aku bertanya.

"Pasti ada, pa! Ayo buka!"

"Iya-iya, dasar bocah." gerutuku. Lalu tersenyum kecil melihat kesenangannya.

Aku membuka pintu perlahan dan sedikit mengintip. Sayangnya aku tak menemui siapapun kecuali ranjang kosong dan selimutnya tertata rapi. Kulebarkan pintu agar Chanyeol leluasa melihat. Binar mata dan senyum sumringahnya luntur seketika.

"Tidak ada Baekki?"

"Apa kamu salah kamar, Chan?"

"Tidak, pa! Aku yakin ini kamarnya..." Chanyeol merengut tak suka.

Sedetik kemudian dia menangis tanpa isakan.

Chanyeol tipe anak tahan mental. Jadi, ketika aku melihatnya menangis hanya karena seorang gadis kecil, aku terpana.

Aku berjongkok untuk menyamai tinggi badan kami. Akupun mengelus kepalanya dan berkata pelan,

"Coba kita tanya Suho-ahjussi, mungkin dia tahu temannya Chanyeol di mana."

"Ah iya!" Murungnya Chanyeol berubah senyum merekah. "Papa benar. Aku pernah lihat Suho-ahjussi keluar dari kamar ini. Ayo pa!"

Two in One (HUNHAN GS) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang