18 : Luhan

519 59 78
                                    

Pemakaman.

Satu tempat yang menyeramkan bukan karena hantu atau hal lainnya, melainkan kenyataan bahwa ini tempat terakhir orang-orang tersayang tidur nyenyak. Kedua tungkai kakiku terasa keram ketika menginjak langkah terakhir tepat di depan makam bernisan,

'Oh Baekhyun'.

Kedua tanganku mengepal. Kusembunyikan di balik punggung.

Shixun-ge berjongkok di makam itu.

Dia mengelus nisan berhias bunga lily yang segar.

"Dia meninggal saat usianya 10 tahun."

Aku kembali tertegun.

"Ta-tapi..." aku membantah. "Waktu itu, aku ingat sekali dia masih bayi merah dan meninggal di pelukanku. Shixun-ge... Tolong jangan mengada-ada."

Aku mengetahui kenyataannya, namun aku masih mengais kejujuran suamiku. Aku ingin memaafkannya bila dia jujur atas segala kebohongannya.

Bukannya seperti ini.

"Tidak, sayang," jawab suamiku. "Oh Baekhyun, anak sulungmu, meninggal diusia sepuluh tahun karena kecelakaan."

Mataku melebar.

Bukan karena terkejut, tapi tercengang pada segala kebohongan suamiku.

"Sepuluh tahun? Usia sama saat Chanyeol kecelakaan dan amnesia?"

"Benar," angguk Shixun-ge.

"Tapi, Gege... Bagaimana bisa bayi yang kuanggap meninggal di pelukanku bisa meninggal di usia sepuluh tahunnya? Apa selama ini.. kau membohongiku?"

"Mianhae... Aku hanya tak rela kau merawat bayi yang bukan anakku. Jadi aku membuat skenario dengan meninggalnya anak sulungmu. Padahal, aku menyerahkannya pada ayah kandungnya---Oh Sehun."

Dia berdiri, berusaha meraihku, tapi aku malah menampar pipinya keras.

Dia menatapku tak percaya. Kemudian matanya sayu menyendu.

Aku menggelengkan kepala, terheran-heran betapa kejinya seorang Wu Shixun.

Beberapa detik lalu aku mendapat pengakuan dosa dari suamiku sendiri. Itupun diliputi kebohongan lainnya.

Aku terluka.

Aku ingin meronta, bahwa aku muak dengan segala kebohongannya.

Semua perkataannya persis ucapan Sehun-oppa, namun Baekhyun yang meninggal diusia sepuluh tahun bukanlah kebenaran!

Shixun-ge? Sebegininya kau membohongi istrimu sendiri?

Aku menangis. Tidak kuat lagi pada semua kenyataan ini.

Belasan tahun aku dibodohi bagai keledai. Aku dianggap apa oleh suamiku sendiri selain pelacur?

Ya Tuhan... Mengapa aku memilihnya sebagai suamiku?

Kuikuti saja alur kebohonganmu, Gege.

"Jadi, selama ini, anak sulungku belum meninggal waktu bayi? Jadi... Aku sama saja dengan menelantarkan anakku? Anakku waktu itu butuh ASI-ku dan kau memisahkan kami?! Gege... Lihatlah dirimu sendiri, dan ukur kadar KEJAHATANMU PADAKU DAN ANAKKU!"

"Maaf, Xiao Lu, aku---"

"Gege, kau benar-benar iblis!"

"Ya, aku tahu."

"Aku ingin kita bercerai."

Saat itulah, air mata Shixun-ge pecah.

Mengalir, membasahi ketampanannya.

Two in One (HUNHAN GS) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang