Chapter 6

13.4K 2.1K 176
                                    


Rapat hari itu akhirnya selesai juga. Donghyuck menghembuskan napas lega karena untungnya dia tidak disuruh berbicara apa-apa. Beberapa anak memutuskan pulang dan beberapa lainnya berencana pergi ke mal terdekat untuk makan siang.


"Kau mau ikut makan siang, Chan?" tanya Yangyang yang duduk di sebelahnya.


Donghyuck nampak berpikir sebentar. Barusan mamanya mengirim pesan bahwa kedua orangtua dan adiknya pergi ke taman kota di sisi lain kota. Sialnya, Donghyuck lupa membawa kunci rumah.


"Aku ikut deh," jawabnya.


Donghyuck ingin marah pada dewi fortuna, atau dewi infortuna?, karena lagi-lagi dia merasa dipermainkan. Dia sekarang sedang duduk di kursi restoran korea di mal dekat sekolahnya. Masalahnya bukan karena makanannya tidak enak, atau Yangyang dan Renjun yang duduk di kedua sisinya, atau bahkan Ryujin dan Yeji yang duduk di ujung meja, tapi sosok yang sekarang duduk di depannya, hanya terhalang meja. Mark Lee.


Dari tujuh orang yang ikut makan siang bersamanya, kenapa harus Mark yang duduk di depanku? batinnya.


Nampaknya Renjun menyadari sikap Donghyuck yang agak aneh. Dia tidak ikut mengobrol, tapi makanannya juga hanya diaduk-aduk dari tadi. Renjun lalu menyenggol lengan Donghyuck, "kenapa, Chan?"


"Tidak apa-apa," jawab Donghyuck, tidak mau mendongak karena tidak mau bertatap mata dengan Mark, "cuma lagi tidak lapar saja."


Renjun mengangguk saja, walaupun dia tau Donghyuck bohong. Selama jadi teman sekelas, mana pernah Donghyuck menolak tawaran jalan bareng ke kantin. Renjun lanjut menghabiskan supnya yang tinggal setengah sambil mengobrol dengan Jeno yang duduk di depannya.


Beberapa menit kemudian, sebagian besar dari kelompok itu sudah selesai makan. Ryujin dan Yeji sudah memutuskan pamit duluan untuk pergi berbelanja.


"Renjun, habis ini aku boleh ikut pergi denganmu tidak?" tanya Donghyuck dengan suara pelan.


"Maaf, Haechan," ekspresi Donghyuck langsung berubah, "aku akan ke rumah Jaemin setelah membeli bahan dekor."


"Ya, aku ikut saja, boleh ya, please?" Donghyuck mulai memasang wajah memelas, "di rumahku tidak ada orang dan aku lupa membawa kunci."


"Uh, sebenarnya," jawab Renjun, "aku akan ke rumah Jaemin bersama Jeno, dia bawa motor ke sekolah tadi."


"Yah," Haechan cemberut. Dia tau dia tidak bisa memaksa Jeno memboncengnya juga, bisa-bisa mereka ditilang polisi karena naik motor cengtri.


"Maaf ya, Chan."


"Ikut kita ke arcade aja, Chan!" ajak Yangyang.


"Siapa saja yang ikut?" tanya Donghyuck.


"Aku, Kak Hendery, dan Kak Mark," jawabnya.


Donghyuck sudah berniat menolak saat mendengar nama Mark disebut, tapi kalau dipikir-pikir lagi, lebih baik jalan bersama mereka daripada kelantang-kelinting sendiri menunggu orangtuanya pulang.

Time Controller | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang