Chapter 27

8.6K 1.3K 49
                                    


"Mana yang tidak jago? Itu skornya hampir 400 poin!" seru Donghyuck ketika melihat papan skor di belakang ring permainan basket menampilkan angka 382.


"Biasa saja ah," balas Mark.


"Kalau skor Kak Mark biasa saja lalu aku apa?" Donghyuck merengut, menunjuk papan skornya sendiri yang menampilkan angka 166, berkedip-kedip tanda game over.


Mark tertawa, menepuk pelan pundak Donghyuck, "tidak apa-apa, ayo kita main permainan lain."


Donghyuck, masih agak kecewa dengan skornya sendiri, diam saja 'diseret' oleh lelaki yang lebih tua ke mesin permainan lain di arcade yang mereka datangi.


"Hey, aku mau main itu!" kata Donghyuck tiba-tiba. Matanya berbinar-binar melihat permainan yang selalu dipakai orang lain kini sedang kosong. Sedangkan wajah Mark agak memucat ketika menyadari permainan apa yang dimaksud Donghyuck. Sebelum dia sempat berkata apa-apa, Donghyuck sudah memasukkan dua koin ke dalam mesin tersebut.


"Ayo, Kak! Sini ikut main!" Donghyuck menarik tangan Mark untuk berdiri di sebelahnya, lalu dia memilih mode permainan untuk dua orang.


"Aku tidak bisa main ini, Hyuck," Mark mengusap tengkuknya ragu. Seumur-umur, dia belum pernah mencoba bermain game dance sama sekali.


"Tapi aku sudah memasukkan dua koin."


Mark yang tidak tahan pada tatapan memelas Donghyuck akhirnya mengangguk, "oke satu kali saja ya."


"Yes!" Donghyuck bersorak kecil lalu langsung sibuk memilih lagu di mesin di depannya.




Tidak sesuai janji, Donghyuck kembali mengajak Mark bermain game dance tersebut dua kali hingga lelaki yang lebih tua berakhir kelelahan. Ini sudah seperti main satu babak badminton, napas Mark terengah-engah. Tapi dia tidak menyesal karena sekarang Donghyuck tersenyum lebar karena puas bermain.


"Sekarang mau makan, Kak?" tawar Donghyuck. Dia prihatin juga melihat Mark seperti habis lari marathon, walau dia terkejut juga bahwa Mark tidak terlalu buruk dalam game dance tadi.


"Um, boleh."




Mark dan Donghyuck lalu mengunjungi salah satu restoran di mal tersebut. Restoran itu menjual ayam goreng khas Korea yang lumayan terkenal. Mereka berdua duduk di kursi yang dekat dengan jendela, jadi mereka bisa melihat langit sore yang mulai menggelap dari balik gorden tipis.


"Tempat ini mengingatkanku pada sesuatu," kata Mark.


"Apa?" tanya Donghyuck. Seingatnya, dia dan Mark tidak pernah makan bersama di restoran itu sebelumnya.


Time Controller | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang