💘Happy Reading💘
.
.
._______________
"Sudah siap, nak?" tanya Ibu Cia sambil mengetuk pintu kamar anaknya.
Cia meninggalkan kegiatannya yang sedang merapikan riasan wajahnya dan menuju pintu kamar untuk membukannya.
"Tinggal bentar bu," jawab Cia kembali menuju meja riasnya. Ia menghadap cermin untuk memastikan penampilannya sempurna. Dari cermin itu, Cia melihat Ibunya yang sedang melihat dirinya.
Setelah selesai, Cia berbalik dan tersenyum ke Ibunya. Malam ini, Andreas dan orang tuanya datang untuk melamar Cia secara resmi kepada orang tua Cia. Saat ini Cia sangat gugup dan merasakan jantung berdetak semakin cepat.
Saat Cia dan Ibunya sudah sampai di ruang tamu, di sana sudah ada Andreas dan orang tuanya. Cia bersama Ibunya duduk didekat Ayah dan adiknya. Malam ini hanya keluarga inti saja.
Andreas menatap Cia dengan senyuman dan Cia hanya mencuri pandang saja.
"Sebelumnya, perkenalkan saya Reno Rahendra, Ayah dari anak kami Andreas Alvaro Rahendra. Kami datang ke sini untuk melakukan niat baik. Anak saya, Andreas Alvaro Rahendra ingin meminang anak dari Bapak dan Ibu, Lalisa Gracia Putri." Pak Reno memulai pembicaraan. Cia saat ini merasakan jantung berdetak berkali-kali lebih cepat.
Cia memandang Ayahnya yang terlihat sangat serius. Ia juga memandang ke arah Andreas yang saat ini duduk dengan tegap. Terlihat saat ini Andreas siap dengan apa pun jawaban yang diberikan oleh Ayah Cia.
"Kami benar-benar menyambut kedatang niat baik keluarga Pak Rahendra. Tapi, jawaban ada di tangan anak kami." Ayah Cia menatap ke arah anaknya. "Bagaimana, nak?" tanya Ayahnya.
Cia membenarkan cara duduknya. Ia menatap Andreas dan menganggukkan kepalanya pelan. "Iya saya bersedia," ujar Cia pelan.
Semua yang ada di sini kompak mengucap syukur. Rasanya saat ini perasaan Cia sangat bahagia.
"Untuk tanggal pernikahan serahkan kepada orang tua. Kalian tidak keberatan, kan?" tanya Mama Andreas.
"Iya Mbak saya setuju," ujar Ibu Cia.
Cia dan Andreas hanya bisa mengangguk setuju untuk hal tersebut. Lebih baik orang tua saja yang menentukan, Cia dan Andreas mempercayakan hak tersebut kepada orang tuanya, karena mereka lebih tahu dan berpengalaman untuk menentukan yang terbaik untuk anak mereka.
"Kalau begitu ayo kita makan malam dulu," ajak Ayah Cia dan kemudian menyuruh Istri dan anaknya untuk mengambilkan makanan untuk makan malam.
****
Lina, Nina, Ani, Fika, Boby, Reza, dan Indra berkumpul dengan cara melingakar. Di tangan mereka masing-masing terdapat satu buah undangan yang serupa, tetapi hanya beda nama dan tujuan undangan tersebut. Di sana tertera nama mereka masing-masing.
Undangan yang berwarna hitam bertinta emas itu sangat elegan dan indah yang membuat mereka kaget dan tertegun. Mulut Nina dan Lina sampai terbuka lebar memandang undangan tersebut yang mereka dapatkan dari office boy. Katanya undangan ini dari CEO mereka Andreas Alvaro Rahendra.
"Ehh buset, cepet banget temen kita yang satu ini kawin," ujar Nina memulai pembicaraan untuk mencairkan keadaan yang sempat hening sambil membolak balikkan undangan tersebut.
"Nikah Nin, lo mah kawin mulu. Nikah dulu baru kawin," sahut Lina membenarkan.
"Ya pokoknya itulah," ujar Nina sambil mengibaskan tanggannya.
"Acaranya lusa lagi nih. Terus Cia nggak masuk, kan? Jadi ini alasan dia bilang nggak masuk kerja," ucap Ani.
Andreas dan Cia mengambil cuti mereka untuk 3 hari kedepan. Mereka harus. Mereka harus menyiapkan semua yang menyangkut pernikahan mereka supaya di hari H semuanya sudah siap. Mereka sengaja juga untuk menyebar undangan ke karyawan mendekati hari H pernikahan mereka.
"Ummh. Yah, hati gue potek nih lihat Cia dan Pak Andreas bakal nikah," ujar Nina mendramatis. Nina menatap undangan pernikahan yang ada di tangannya dengan hati yang tercabik-cabik. Ya walaupun ia sudah ikhlas pak Andreas bersama dengan Cia.
Lina dan Ani menepuk dan menusap punggung Nina dengan pelan. "Sudah Nin. Mungkin emang pak Andreas bukan jodoh lo. Di luaran sana banyak cowok yang lebih dari pak Andreas. Nggak usah nangis gitu," ujar Lina yang melihat mata Nina sudah berkaca-kaca sambil memandang undangan pernikahan itu.
"Terus kita bakal jarang dong ketemu sama Cia. Mungkin dia nggak bakal dikasih kerja lagi deh sama pak Andreas," ucap Nina memandang teman-temannya.
"Udah-udah, nanti kita sering ajak dia buat kumpul. Udah jangan sedih, lo kayak bebek aja kalau gitu." Nina yang mendengarnya hanya mencebikkan bibirnya dan mendelik ke arah Reza yang tadi berbicara. Meliahat tingkah temannya yang aneh itu membuat mereka tertawa.
***
TBCGimana guys untuk part ini? Seperti biasa komentarnya. Udah siap nggak ceritanya menuju TAMAT? Tinggal 1 part lagi nih terus TAMAT. Tetap tunggu ya kelanjutannya. Jangan lupa votenya juga guys 😊.
Lalisa Gracia Putri
Andreas Alvaro Rahendra (Andreas)
.
.
.(7-Juni-2020)
*Next to part 34*
KAMU SEDANG MEMBACA
Andreas & Cia (TAMAT)
General Fiction[Follow akun ini sebelum membaca ya] Bagaimana jika seorang wanita mengejar cinta seorang laki-laki? Dan lebih parahnya lagi laki-laki itu ternyata tidak menyukainya? Apa yang akan terjadi dengan kisah percintaan keduanya? "Mau nggak jadi pacar ak...