Again

3.8K 529 59
                                    

Disinilah Taeil diruangan putih berbau obat, Dirinya enggan pulang dan bersikeras untuk menemani Doyoung. Padahal Doyoung memintanya untuk kembali dan Doyoung bisa meminta Taeyong untuk menemaninya. Dan sudah hampir 3 hari Taeil menemani Doyoung, yang berarti Taeil rela meninggalkan pekerjaannya demi Kim Doyoung?

"Hyung hari ini aku sudah boleh pulang, Hyung pulang saja tidak apa-apa. Hyung sudah 3 hari menemaniku, aku jadi tidak enak. Aku janji setelah ini aku akan lembur" Doyoung berusaha menyakinkan Taeil.

"Tidak, kau pulang bersamaku Doyoung" Taeil tetap menolak segala perintah Doyoung sedari awal Doyoung dirawat.

"Setidaknya temui Haechan, bukankah dia juga sakit? Kurasa Haechan membutuhkan Hyung" Doyoung terus menyuruh Taeil untuk pergi. Bukannya tidak nyaman, tapi Doyoung jadi tidak enak pada semua terutama Haechan yang merupakan sugar baby Taeil bukan? Pasti Haechan iri karena Taeil lebih memilih untuk menemani Doyoung.

"Baiklah, ada benarnya juga yang kau bilang. Harusnya aku ke Haechan sekarang untuk melihat keadaannya. Kalau gitu aku pergi, kabari aku kalau  tidak ada yang menjemput" Taeil mengusak lembut rambut Doyoung sebelum melesat pergi.

"Harusnya aku menyuruhnya dari kemarin" Doyoung memutar bola matanya.

Setelah itu Doyoung melamun, memikirkan apa yang diucapkan Taeil tempo hari lalu. Ada yang ingin mencelakainya? Kenapa? Padahal Doyoung merasa tidak berbuat salah pada siapapun. Jika itu perbuatan rekan kerja yang dikalahkan oleh Taeil, harusnya bos nya bukan yang diserang bukan malah sekretaris nya. Sungguh malang nasib Doyoung, yang sekarang malah terjebak kedalam kehidupan seorang Moon Taeil. Ditambah Taeil terlihat sangat frustasi setelah kejadian Haechan dan Dirinya, sangat aneh bagi Doyoung. Dimata Doyoung, Taeil terlihat sangat cemas entah kenapa. Suaranya juga sedikit meninggi saat menelpon seseorang yang Taeil suruh untuk menjaga Haechan. Bukannya menguping tapi Taeil sangat protektif ke Haechan dari semua yang Taeil bicarakan dalam telepon nya.

Lamuannya buyar sesaat pintu kamarnya dibuka oleh seorang laki-laki yang membawa bucket buah yang masuk kedalam ruang rawat inap Doyoung.

"Bagaimana keadaanmu, maaf aku baru bisa menjenguk" laki-laki itu meletakan apa yang Ia bawa di meja yang tak jauh dari Doyoung.

"Ah Jungwoo, aku baik-baik saja. Tidak perlu repot-repot" Doyoung mengusap tengkuknya.

"Apa sakit?"

"Humm.. untung saja Taeil hyung segera membawaku ke Rumah Sakit. Mungkin kalau tidak, sampai sekarang aku masih belum sadar." Doyoung menampilkan senyum khasnya.

Jungwoo tersenyum, "Lain kali lebih hati-hati Doyoung."

"Aku pergi dulu, ada meeting yang harus aku pimpin. Dah Doyoung" Jungwoo pergi terburu-buru.

Doyoung merinding saat melihat bucket buah yang dibawa Jungwoo, sepertinya Dirinya trauma oleh makanan pemberian orang lain.
.
.
.
Doyoung memutuskan untuk pulang sendiri tanpa menghubungi Taeil. Lagipula kondisinya sudah jauh lebih baik, naik taksi pun tidak masalah.

"Ke apartemen xxxx ya pak" Doyoung memilih untuk duduk dibelakang, karena dirinya bisa lebih leluasa.

Diperjalanan hanya suara dari AC mobil yang terdengar, Doyoung menyadari kalau ini bukan jalan menuju apartemen nya. Genggaman ponsel ditangan melemah, kemudian pandangannya menjadi gelap.
.
.
.
Doyoung tersadar dari pingsannya, tubuhnya tidak bisa digerakan, matanya ditutup oleh sebuah kain hitam. Doyoung berusaha melepaskan ikatan ditangan dan kakinya.

"Hei siapapun tolong aku!" Doyoung berteriak semampu yang Ia bisa. Tapi tidak ada jawaban, melainkan suara pintu yang terbuka menjadi jawabannya.

Kain yang menghalangi pengelihatan Doyoung dibuka. Doyoung berusaha menyesuaikan pandangannya hingga tersadar jika Dia telah diculik.

✔️Four Seasons [Taeil X Doyoung] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang