Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SANGKALA waktu mempercepat segalanya. ketika patera dan puspita hanya sekadar fatamorgana. kalau saja saat itu athar tidak membiarkan nana pulang sekolah sendiri, mungkin dirinya tidak akan ada di sini.
lembayung jingga mulai terlihat, kegelisahan mulai tersirat. "ini nana ke mana, sih?" bingung athar.
hal yang paling tidak athar suka, menyerah dan pasrah. dia sudah menyusuri hampir ke seluruh pelosok kota untuk mencari gadis kecilnya. tapi nihil.
dengan tatapan nanar dan langkah tungkai yang terlihat lesu, sehelai patera mendarat tepat di depan kasutnya. athar bertumpu pada telapak kaki, menggaet patera itu.
berpikir. bahkan sehelai patera bisa dengan mudah lepas dari tangkainya. kehilangan sesederhana ini?
athar melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda. kali ini benar-benar memohon pada semesta untuk mengembalikan arunika-nya.
baru setengah jalan dari kediamannya tadi, pandangannya kini terpaku pada nona yang sedang menekuk lutut di depan gapura.
itu nana.
dia mendekat, "nana, ngapain sih? dicariin tau, gak?" athar ikut melipat satu lututnya agar bisa menyejajarkan wajahnya dan nana.
"na," tidak ada yang menyahut. hulu gadis itu masih disimpan dalam lipatan lutut.
"nadera, udah mau sandikala." tegur athar sekali lagi. lengan athar menjamah hati-hati kepala si gadis.
nana mendongak, namun diluar dugaan wajahnya malah terlihat senang bukan main. "ini buat kak athar yang nyuruh nana pulang sendirian!" serunya dengan nada meledek.
dunia berhenti sebentar, bumi agaknya berhenti berputar.
"na?!" durja athar kini sudah seperti orang konyol yang dengan mudahnya dibodohi.
jari nana mencubit pipi kanan athar. "kalau ini buat kak athar yang katanya gak mau nyari nana kalau hilang, ahaha."
perasaan athar yang tadi membuncah ingin merengkuh sudah sirna. lama-lama ingin sekali dia membungkam mulut gadis itu dengan tisu.
senja di atas sana ikut menertawakan, meluruhkan semua sedu sedan. momen seperti ini harusnya di abadikan dalam cawang harian.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TUNGKAINYA melangkah di bantala. gelora rasa bahagia menyerbak dalam dada. kalau saat-saat seperti ini, tidak dapat dilewatkan tanpa es krim, ya 'kan?
waktu sudah menunjukkan pukul enam sore, seharusnya mereka sudah tiba di griya tapi masih bisa saja mampir ke kios pak damar untuk membeli es krim.
pak damar itu jual berbagai kebutuhan sehari-hari, sih, sebenarnya. tapi menjual makanan juga, salah satunya es krim. athar katanya sudah langganan lama di sana, jika berbincang dengan pak damar sudah seperti anak dan ayah.
boleh tanya, gak? es krim favorit kalian kalau sedang panas-panasnya rasa apa, nih? kalau nana suka vanila, tapi tidak bisa memungkiri kalau cokelat itu rasa terbaik yang pernah ada.
kalau athar ... cah bagus yang satu itu jangan ditanya, pernah suatu hari nana usil campur tangan dengan kepribadian athar tapi malah berakhir dengan—
"kak, kalau nana 'kan suka rasa vanila sama cokelat, nih. kalau kak athar suka apa?"
"kakak? kak athar suka ... suka nana,"
demi apa, semesta, bagaimana caramu mendidik salah satu insan Tuhan yang satu ini? apa memang dia ditakdirkan membuat hati rasanya ingin melarikan diri dari bumi?
"ish! bukan gitu, maksudnya suka rasa apa?"
"kak athar sukanya kopi, yang paling pahit. kayak realita kehidupan, na."
nana mendengus, ingin mengelak tapi benar juga pernyataannya. kadang hidup memang sepahit itu.
namun yang namanya nana ya tetap keras kepala, tidak mau mengalah sebelum mendapatkan jawabannya. "tapi ini es krim, gak ada yang pahit."
"hmm, yang manis, ya?"
nana mengangguk, sedang athar berkira-kira jawaban apa yang akan diberikannya.
"na!" perjalanan mereka petang itu tertunda karena athar yang berhenti dengan sekonyong-konyong.
bukannya mendapat jawaban, nana malah dibuat naik pitam. "apa?" sahutnya sedikit kesal.
athar menoleh dengan raut wajah seriusnya, "kakak belum lama menemukan fakta baru!"
dahi nana mengerut bingung, "fakta apa? bulan mengorbit matahari?"
"bukan, na. setelah kak athar pikir-pikir, ternyata kamu tuh lebih manis dari es krim."
setelah itu, kalian bisa tebak apa yang terjadi? athar, si oknum yang sudah membuat kardia seorang nadera pergi, sekarang telah melarikan diri. mencoba kabur di depan sana dengan kaki.
sekarang siapa yang bisa membantu hati nana yang sudah penaka mayapada pada suasana tengah dilanda amukan prahara?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
나나:: temen-temen.. nyantol ga sih ceritanya skdksksk