⸙ mendung rindu di desember kelabu

91 12 2
                                    

sebelum membaca, bisa dibilang ini flashback yaaa. ke beberapa bulan yang lalu, bulan paling pas buat merindu, desember kelabu.

enjoi <33


TERIK matahari membakar kulit kusam yang seharian pula dibakar asap, debu dan sinar baskara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TERIK matahari membakar kulit kusam yang seharian pula dibakar asap, debu dan sinar baskara. sekujur tubuhnya pegal-pegal sebab seluruh tenaganya dikuras habis-habisan. ingin sekali memutar waktu sampai ke titik nadera baru bangun. itu terasa lebih manusiawi.

karena habis bangun, biasanya nadera tidur lagi. kalau dibangunin bilangnya lagi lima menit! tapi realitanya bisa sampai lima jam. pemalas julukan yang paling pas buat nadera. gadis itu sih terima-terima saja kalau disebut begitu, karena nadera yakin bukan dia saja yang kayak gitu.

yang sedang baca ini, misalnya. juga yang nulis.

pernah nadera berharap-harap kalau di kotanya bisa turun salju. tapi boro-boro ada salju, hujan saja sedang jarang singgah akhir-akhir ini. sekali lagi nadera ingin putar balik waktu ke bulan oktober sampai april waktu hujan lagi turun deras-derasnya.





seperti hari itu, desember kelabu. seriat tak kunjung singgah merenggut hujan. becek di mana-mana, sekali hirup wangi petrikor tercium keras di indra. di bulan desember hujannya beda, selalu terasa lebih suram dan mencekam dari biasanya. nadera menerka, "apa langit sedang marah, ya?"

kemudian terdengar suara yang membalasnya, "daripada mikir tentang langit begitu mending ngirim harapan,"




nadera menoleh. "hah?"

ada sagara.

"ngirim harapan ... ke siapa?"

kemudian langkah taruna itu mendekat. "ke angkasa, dong. aku pernah baca artikel katanya kalau langit sedang mendung dan wajahnya kelihatan muram, harapan kita akan terkabul."

nggak tahu saja sagara diam-diam nadera menahan tawa. "ah! kamu kok percaya begituan, sih."

"ya ... nggak percaya juga. aku pengin nyoba aja dari dulu. tapi takut."

"terus ngapain ajak-ajakin nana segala kalau kamu sendiri takut?"

"ya 'kan kalo sama kamu jadinya berdua, aku takutnya nggak sendirian."

"sagara cemen."

"kamu cengeng,"

setelah itu hening mengisi kekosongan. meneduh di bawah rintik hujan yang tak kunjung reda, menapak di atas pasir putih yang bertebaran mengisi presensi kosong sebagian dunia. dunianya. huru-hara manusia yang sibuk berteduh di belakang sana. namun di bawah naungan langit kelabu nadera dan sagara masih berdiri di bibir pantai, merajut sesuatu yang dijuluki renjana. renjananya juga.

masih di desember kelabu, di hari yang sama, dengan mega yang mengepul di atas berdua, juga sepasang adam dan hawa yang seperti pasangan di istana.

ceritera rasa.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang