᭒: karena katanya sang senja mendengar.
dibelenggu dengan radang hati yang bergejolak dan hangatnya bayu menyapa di sekat-sekat yang kini tertutup rapat, ah, terlepas begitu saja kendati baiknya alam semesta mempersatukan keduanya.
hiruk pikuk persoalan rumit diatasi, bait-bait puisi, maraknya emosi tanpa antisipasi wajar membuat nalar dan otak tak bisa berpikir jernih, berjalan begitu saja melewati siluet senja di atas pasir putih. terhalau sinar jingga, melayang bersama rona-rona yang terlihat manis namun rasanya pedih.
rasanya ingin meledak saat itu, sepasang adam dan hawa yang dahulunya selalu selajur pikir, kini telah terpecah-belah bagai beling kaca berserakan di lantai. penaka tingkap kaca yang jatuh begitu saja, menghantam ubin lantai, namun keduanya tidak bisa menyatu.
kali ini arah jalan mereka berbeda. salah satu dari hatinya telah berubah. seseorang yang berdiam telah lama namun tidak pernah dianggap ada. tidak, athar tidak pernah menganggapnya tidak ada. dia hanya ... tak menyukai kehadirannya.
menurut semesta, atharwa dan nadera itu benang yang utuh dan tidak akan putus. tapi mana tahu mereka kalau sesuatu siap menerjang kapan saja dan memisahkan mereka berdua di bagian manapun. ujung atau tengah? hei, bahkan alam raya tidak menjanjikan mereka akan bersama selamanya.
hatinya bak roti lapis yang berlapis-lapis. kendati rapuh, dengan cepat dapat kembali pulih seperti sediakala. seperti pohon beringin yang rimbun, sebagai tempat berteduh bagi paksi-paksi dan si gemar patah hati. di belakangnya masih ada langit penuh dengan awan, awan lagi, awan lagi.
tersusun dari gumpalan mega bagai kapas, begitu lembut. awas untuk menyentuh, karena rapuh. pelik untuk digapai, terlalu jauh.
bersama langit jingga di atas pelak warna biru segar yang sadarnya kusam. bulat sempurna bagai bola ping-pong, lembayung warnanya ditatap penuh dengan pandang kosong.
mulutnya terkatup, tak sanggup bicara.
lain kali tak akan dibiarkannya kalau-kalau ada badai menerjang lagi, sebuah pesawat kertas mendahului untuk menjemput. tidak ada lagi berebut posisi, beradu emosi dan opini membuat semuanya kian menjadi.
penyesalan benar akan muncul setelah amarah diluapkan mentah-mentah.
tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain pasrah. menatapnya dibawa arus ombak, menari-nari di antara letupan gelembung, berdansa ria tanpa air muka bahagia. terhantam terumbu karang serta merta pendar senja memaparkan sinarnya tepat di gelombang anila.
yang bisa dilakukan aelius petang itu, memasrahkannya pada sang jingga. berharap lembayung menyelamatkan gadisnya. berharap-harap masih berjumpa-- walau sekian purnama jaraknya.
senja, gurat jingga, apapun namanya, atharwa titip dia, ya? dijaga. agar kapan-kapan tetap bisa kubawa keliling pulau dewata. agar hangat sekat jarinya masih bisa kurasa. kugenggam, tidak akan berani kulepas lagi selamanya.
katanya, senja selalu mendengar hati yang sedang rapuh. dan kepingan beling hati itu mencoba percaya walau kedengarannya sekadar khayalan belaka. karena sudah tak kuat lagi, tangisnya meluruh.
hai, ini part terakhir yang aku publish sebelum aku mau log out akun dan pindah akun. dan kalau ada yang baru baca, maaf banget ini aku gabisa lanjutin hehe. i put my new account in my bio. thank you,
- nana <3
KAMU SEDANG MEMBACA
ceritera rasa.
Fanfic🌊 mari, kuajak terbang naik pesawat kertas atau pilau emas. kemudian kita mengawang angkasa di atas samudera. // ft. 나재민 // ON-GOING © skiesilents, 2020