HARI ini tidak seperti biasanya. gemuruh yang berusul dari cakrawala, membuat baskara yang seharusnya berada di atas kepala harus undur dari tugasnya. terlihat virga di atas langit sana, lalu setelah itu titik-titik air mulai menghujani mereka yang selalu berdua.
wangi petrikor tertangkap oleh indra penciuman seorang nadera. ini adalah favoritnya, tapi tidak bagi athar yang berkebalikan. mungkin yang dilakukan athar kalau sedang turun hujan, ditemani kopi hangat, duduk di dekat jendela lalu merangkai prosa.
perasaannya kian membuncah saat si gadis terhenyak dengan rintikan hujan yang semakin lebat. merutuki dirinya, kenapa dia tidak bisa menaungi si gadis dari rengasnya hujan?
"duh, kak, tambah deras!" seru nana, berusaha melindungi dirinya dengan mendekat pada athar.
athar melepas ranselnya, lalu dipakainya untuk meneduhi hulu nana. ah athar itu, padahal sendirinya juga kebasahan.
mereka kebingungan mencari tempat untuk berteduh, begitu juga dengan insan lain di sekitar mereka yang kemudian berhamburan.
adam dan hawa itu berjalan lebih jauh dari sebelumnya, sampai menemukan halte bus yang lumayan ramai sudah dihuni orang yang tujuannya sama seperti mereka.
nana cemberut, "yah. cuman sisa satu, kak, yang kosong." lesunya ketika menyadari tempat duduk yang tersisa hanya satu.
"ya udah. duduk sana," kak athar menunjuk tempat duduk itu dengan dagunya.
"terus kak athar duduk di mana? jangan ninggalin nana."
"duduk aja, na. nggak bakal kakak tinggalin kamu," nana mencoba percaya walau tidak jarang kak athar sering bertindak berbalik dari omongannya.
nana duduk. pandangannya masih terpusat pada athar yang sedang memukul pelan bagian depan ranselnya sebab terkena guyuran hujan tadi. duh, nana jadi merasa bersalah.
kak athar menatap nana, lalu mendekatinya. benar-benar tidak ada tempat duduk, sudah penuh. orang-orang di sekeliling mereka ricuh, mendiskusikan kapan hujan reda agar mereka bisa berhenti berteduh.
athar duduk bertinggung di depan nana, menghadap ke jalanan yang masih saja dihiasi hujan tak kunjung
henti.nana di belakangnya mencureng, "kak athar nggak capek duduk gitu?" tanyanya.
"enggak na, udah diam."
keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, mungkin menikmati sedikit lelah yang masih terasa sebab berjalan lumayan jauh dari sekolah.
nana melabuhkan telapak tangannya di pucuk kepala athar, mengacaknya pelan. "pasti pusing ya, kak? harusnya tadi tas kak athar dipakai neduhi kepala kakak aja."
"siapa bilang kakak pusing? enggak kok,"
"kak athar itu udah paling bodoh perkara bohong sama nana."
KAMU SEDANG MEMBACA
ceritera rasa.
Fanfiction🌊 mari, kuajak terbang naik pesawat kertas atau pilau emas. kemudian kita mengawang angkasa di atas samudera. // ft. 나재민 // ON-GOING © skiesilents, 2020