PAGI-PAGI sudah disuguhi ribut. padahal pikiran saja sudah karut marut. larut dalam pikiran, dibawa terbang bersama imajinasi yang datang berturut-turut.
cuaca hari ini bagus. tidak terlalu panas tidak terlalu dingin, tapi perasaan nadera hari ini yang tandus. bak dibakar habis-habisan hutan perasaannya, samudera dan cakrawala rasanya ingin dia tembus.
naura sedang sibuk di aula sekolah, para osis sedang berkumpul di sana, secara naura juga salah satu anggotanya. alhasil nadera yang bukan siapa-siapa dan tidak berguna ini duduk diam di bangku, menunggu keajaiban memberi sekotak es krim jatuh dari angkasa.
"nih,"
nana terkejut saat sebuah kepala menyundul dari samping, menghalau pandangannya. tidak sekadar sirah yang ditunjukkan, sebuah tangan terulur sambil menggenggan sesuatu.
"panas-panas begini kata nana biasanya enaknya makan es krim, 'kan?"
astaga, sagara, ada-ada saja.
perlakuan kecil itu malah dibalas sebuah toyoran di kepala. "kamu tuh kalau mau ngagetin ya jangan bikin orang kaget, sa!" nana berseru, kemudian tanpa malu menyambar es krim yang tadinya ada di tangan sagara kini tinggal angin lalu.
"gimana deh, kaget tapi nggak kaget?"
nana mengedikkan bahu. "ya begitulah. kamu nggak akan ngerti jalan pikirku, diam saja deh."
sagara mendelik, daksanya yang sejak tadi berdiri di samping meja nadera kini bergerak. memutar barisan bangku bagian tengah lalu berhenti di tempat duduk naura.
kalau tidak diteriaki, sagara mungkin sudah duduk sejak tadi. namun bukan waktunya kini saat sebuah suara menginterupsi.
"sagara ih, siapa yang nyuruh duduk di situ?!"
nadera itu selain sagara beri julukan nona pelik dia juga pelit. sama teman sendiri saja perhitungan minta ampun, ingin duduk saja tidak boleh. masa dia mau ngobrol sama teman, satunya duduk di kursi macam ratu dan singgasananya lalu satunya goleran di lantai? bercanda, ya?
"ya terus aku duduk di mana, na?"
"di tempat kamu aja. nanti naura dateng dia marah kamu dipentung pakai sapu, mau?!" bukannya memberi solusi, nana malah menakut-nakuti.
sagara yang tidak peduli, menghiraukan saja dan duduk kembali seenak hati. "nggak bakal marah dia, kalau dia ngajak perang sapu aku maju paling depan. kamu nggak tahu aku dulu pemimpin perang?"
mulai sudah melanturnya.
nana pura-pura terkejut. "oh, ya? wah ... hebat sekali. dulu aku juga pemimpin perang, kalau kamu ingin tahu." namanya nadera, suka berhalusinasi jadi dia memilih mengikuti arus pembicaraan tidak jelas ini.
"ah masa? perang melawan siapa?" sagara bertanya.
"melawan realita. dulu katanya pemimpin pasukan itu orang yang bodoh, sekarang aku percaya kalau pemimpinnya namanya sagara." nana nyengir, tanpa rasa bersalah sedikitpun meledek secara tidak langsung yang mengundang amarah sagara melonjak, tapi untung saja yang meledek nadera bukan naura.
KAMU SEDANG MEMBACA
ceritera rasa.
Fanfiction🌊 mari, kuajak terbang naik pesawat kertas atau pilau emas. kemudian kita mengawang angkasa di atas samudera. // ft. 나재민 // ON-GOING © skiesilents, 2020