⸙ ketiga yang hampir sama

122 26 53
                                    

    SEPERTINYA memang sedang musim hujan, pagi ini lagi-lagi kelabu menghiasi cakrawala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    SEPERTINYA memang sedang musim hujan, pagi ini lagi-lagi kelabu menghiasi cakrawala. tidak ada mentari yang kini bersembunyi di balik awan tanpa suara. rintik tempias menghiasi ranah tidak bersalah di pusat sekolah.

akibat hujan yang kian melebat, upacara hari senin dibatalkan. hampir setengah sekolah berteriak riang, termasuk nadera dan athar yang kini mengelus dada karena mereka dekat dengan kata terlambat.

"na, aku duluan ya. nanti pulang tunggu di sini juga, jangan hilang lagi kayak waktu itu. dasar bocah," athar melambaikan tangannya cepat sebelum nana kunjung membalas. taruna itu sepertinya tahu nana akan memukulnya, jadi dia cepat-cepat melarikan diri.

nana menoleh ke kanan dan ke kiri, persis seperti ayam yang ingin menyeberang di jalan besar. gadis itu tersentak menoleh ke belakang saat seseorang menepuk pundaknya. "eh,"

taruna yang menepuk bahu nana menyengir tidak bersalah telah membuat orang asing terkejut. dia mengusap tengkuknya, "em, mau tanya. ruang kelas 2-4 di mana, ya? hehe."

nana memejamkan matanya, menetralkan jantungnya yang tadi sudah takut tidak keruan. astaga, ternyata dia ingin bertanya ruang kelas. kenapa wajahnya seram sekali? nana 'kan jadi bergidik ngeri.

nana nampak berpikir sekejap.

"engg, itu kelasku juga, bareng aja ya. mau nggak?" tawar nana, dia mengangguk seraya tersenyum manis.

mereka berdua berjalan beriringan, berpasang-pasang mata pula memperhatikan. jarak kelasnya tidak terlalu jauh jadi mereka bisa sampai lebih cepat.

nana dan taruna-tanpa-nama itu memasuki ruang kelas yang pintunya tidak ditutup, ah kebiasaan. anak kelas 2-4 itu terkenal pelitnya, juga ketidakramahannya. contohnya kalau ada anak kelas lain ingin berkunjung, malah mereka berakhir dengan diusir.

menyedihkan.

sama seperti perjalanan di koridor tadi, mata anak-anak kelas langsung tertuju pada mereka berdua. "nanaaa, cieee! bawa siapa, tuh?"

bola mata nana berputar mendengar pertanyaan itu, kepalanya menoleh pada naura- gadis yang melontarkan pertanyaan tersebut. "naura coba mulutnya dilem dulu!" nana berseru dan naura langsung terdiam menggerutu.

berbeda dengan menungsa di sebelah nana yang kebingungan sendiri mereka saling meneriaki pasal apa.

"bangku belakangku kosong, kamu mau duduk di sini?" nana bertanya, mengarahkan pandangannya ke bangku kosong dibelakang.

dia membentuk kurva di wajah seadanya, "iya boleh boleh. makasih ya," ujarnya pelan, lalu meletakkan ranselnya di punggung kursi.

nana mengangguk, selesai sudah urusannya dengan dia. gadis itu kemudian kembali beradu tatap dengan naura di sebelahnya. iya, mereka teman sebangku.

"ih, kamu mah ngapain bilang kayak gitu? malu-maluin tau!" seru nana, namun sedikit berbisik. naura menggidikkan bahunya, seperti mengatakan "apa peduliku?"

ceritera rasa.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang