SEMESTA punya rahasia, lho. misalnya, rangkaian doa dan untaian asa dari asma-asma yang terukir di cakrawala. diam-diam, lengkungan dirgantara seperti membawa besi sembrani kepada insan semesta untuk terus bermimpi.
mungkin ini juga kenapa berbagai bentuk kemauan tidak jarang berlalu-lalang di pikiran. kadang membawa kritikan, celaan, hingga dukungan.
masih di tempat yang sama, pantai sanur. detik-detik matahari terbenam, kali ini bukan athar yang mengusulkan tempat ini, melainkan nana.
"tumben ngajak kakak ke pantai? biasanya kamu paling nggak suka," celetuk athar seraya menatap bena yang berderu, walau kedamaiannya agak tertutup dengan kebisingan turis yang datang.
pantai sanur itu ... sudah menjadi lokawisata yang wajib dikunjungi turis lokal maupun internasional. mau main di pinggir pantai, ah atau bisa surfing juga. tapi hati-hati, jangan sampai terbawa arus ombak loh, ya! anginnya kadang terlalu kencang sehingga ombaknya sangat besar di hari tertentu.
"nana— bingung," ujar nana, sedikit merendahkan nada bicaranya sehingga terdengar serius.
athar menelengkan hulu, "bingung kenapa lagi?" pasalnya, nana ini sering sekali bingung akan sesuatu. hal besar maupun kecil, bahkan hampir seluruh isi dunia bisa dia permasalahkan semua.
tiba-tiba nana merengut, memperhatikan ombak yang dengan santainya membasahi pesisir pantai. kenapa bisa dia tetap terlihat anggun?
"kak!" nana tiba-tiba beranjak dan berseru, membuat athar merengutkan dahinya.
"ke pinggir pantai, yuk!"
"ini kamu sudah di pinggir pantai, na."
bibir nana merucut, sudah seperti donal bebek saja sampai athar yang melihatnya gemas sendiri. "ya udah nana sendiri!" kesalnya, lalu memutar badan.
ah, gadis kecil itu seperti tidak tahu athar saja. bagaimana bisa athar meninggalkan nana sendiri? berkelana ke pinggir pantai seorang diri? haha, bisa-bisa gadis itu tersesat. jalan pulang ke rumah dari sekolah saja belum hafal tepat.
"na, jangan keluyuran sendiri kamu!" athar beranjak dari silanya, lalu mengejar nana yang jaraknya bisa dibilang belum terlalu jauh.
kardia nana hampir saja loncat dari kediamannya saat sebuah tangan menggenggam telapak tangannya erat.
oknum aelius atharwa, lagi-lagi menjadi tersangkanya. durja itu tersenyum jahil seraya mengeratkan jari jemarinya ditautan tangan bersama nana. "jangan pergi sendiri, nanti kalau kamu hilang, yang cari siapa?"
"kak athar, lah!" jawab nana yakin.
"emang aku sempat bilang mau cari kamu?"
nana tampak berpikir, "ya sudah. aku hilang beneran aja kalau kak athar gak mau nyari." nana menggembungkan sebelah pipinya.
athar malah tertawa kecil, menusukkan jari telunjuknya ke pipi kembung nana. membuat nana kesal, lalu menepis jari athar. "kak! kesel, nih!"
"kenapa? sini cerita sama kakak,"
meninggalkan jejak kaki di antara miliaran pasir tidak pernah nana sangka akan semenyenangkan ini. seumur-umur nana selalu diajak athar ke pantai, biasanya ya hanya duduk-duduk saja.
kedua belia itu semakin dekat dengan tepi pantai. menjauh dari pohon kelapa di belakang sana yang sedang melambai. raut wajah nana semakin kesal saat telinganya semakin jelas mendengar deru ombak.
"kak athar!" panggil nana sedikit berteriak, karena sadar suaranya terhalang suara angin yang melawan mereka.
"apa?!"
"kok kakak galak?!"
"kamu, sih, teriak-teriak!"
"ck! nana mau nanya, nih!
athar diam, bukannya tidak mau menjawab. hanya menunggu pertanyaan yang akan dilontarkan si gadis yang sedang penuh emosi di sebelahnya.
"ombak tuh, sebenarnya punya mimpi nggak, sih?!" tanya nana, masih dengan nada suara yang sama. sarayu petang ini sangat mendukung suasana, penuh dengan kekesalan yang membara.
athar menoleh, mencoba mencerna sebentar apa maksud pertanyaan nana. lalu dia mengerti, "punya, na." jawabnya santai.
wajah nana menjadi datar, seperti ditarik ke alam lain. "apa?!" tanya nana.
"ombak itu punya cita-cita, ingin membuat sekelilingnya bahagia, dan nyaman sama di—"
belum selesai athar menyelesaikan kalimatnya, nana menyela. "emangnya kenapa?!"
athar mendengus kesal. "denger dulu!" ketusnya membuat nana membeku.
"kamu coba tukar posisi sama ombak. kalau ada ombak besar datang, sebagian orang yang ada di tepi pantai ini pasti menyingkir. kesannya tidak mau dekat-dekat. bayangkan, jadi ombak yang dijauhi banyak orang, na."
nana mendongak menatap athar tidak mengerti. "terus?"
"ombak pernah bilang, suatu saat dia akan buat orang-orang bahagia. dan kamu lihat? satu persatu insan semesta mulai rujuk dengan si ombak. tuh, lihat, anak itu." athar memeta ke seorang anak laki-laki yang sedang bermain dengan ombak, dia tertawa, nampak terhibur.
"ah, masa?"
"nana, semua pemimpi itu bisa kalau mereka mau." athar mendekat, menepuk kecil pucuk kepala nana sebelum membelainya pelan.
"apapun mimpi kamu, jalani satu persatu. kalau putri kecilku ini butuh sesuatu, jangan lupa ya, kan ada aku?"
나나::
itu pesan dari kak athar! jangan pernah takut bermimpi, ya, sayangg <33 ayo kita usaha sama-sama, kalian pasti bisaa 🙆✊👍
KAMU SEDANG MEMBACA
ceritera rasa.
Fanfic🌊 mari, kuajak terbang naik pesawat kertas atau pilau emas. kemudian kita mengawang angkasa di atas samudera. // ft. 나재민 // ON-GOING © skiesilents, 2020