Written by Iniinem
Geng Slepet, satu perkumpulan yang menghuni kelas XI IPA 1. Terdiri dari empat cowok nakal incaran para guru. Apalagi, kelakuannya selain jahil, jarang mengerjakan tugas, dan membolos.
Padahal penghuni kelas XI IPA 1 ini sebenarnya merupakan anak-anak yang berprestasi. Dari yang juara Olimpiade Sains, Olimpiade Matematika, sampai atlet-atlet yang menjuarai bidang olahraga lainnya.
Kepala sekolah sengaja menempatkan Geng Slepet di kelas Einstein ini dengan tujuan awal agar mereka berempat dapat mengubah sikap. Tapi, apa yang terjadi? Mereka malah menebarkan virus gilanya di kelas. Alhasil, kelas XI IPA 1 menjadi kelas yang dikutuk oleh para guru.
"Hahaha, lucu banget sih ini." Remaja laki-laki dengan rambut keriting seperti brokoli tertawa terbahak-bahak sambil menonton video yang terputar di ponselnya, panggil saja Adit. Tingkah Adit mengundang rasa penasaran Aldi yang duduk tepat di sebelahnya.
Sehabis pulang sekolah tadi, mereka berempat langsung menyambangi kediaman Ekal. Kebetulan Ekal ditinggal sendirian di rumah, kedua orangtuanya sedang pergi menghadiri sebuah undangan.
"Ulang dong, Dit! Gue masih belum ngerti," pinta Aldi.
"Nonton apa sih kalian?" tanya Mola, yang paling tampan dari keempatnya, ketika melihat Aldi ikut tertawa kencang.
"Paling nonton video yang lagi viral itu," sahut Ekal cuek.
"Video apa?" Mola bertanya lagi.
"Bisa enggak sih lo lihat sendiri? Kalau cuma diam dan nanya-nanya aja, sampai tuyul berambut juga enggak akan pernah tahu itu video apa!" Ekal menyembur Mola dengan kata-kata sarkas, bisa-bisanya lelaki tampan itu menganggu waktunya untuk mengadu domba. Ralat, bermain game adu domba maksudnya.
Mola menatap Ekal dengan tatapan sinis dan mata menyipit. "Ngegas terus hidup lo," ledek Mola dengan menirukan suara motor berknalpot racing.
"OH, KALIAN LAGI NONTON VIDEO PERMAINAN PEMANGGIL ARWAH ITU, YA? GUE UDAH PERNAH NONTON, EMANG SIH NGAKAK BANGET. HAHAHA, APALAGI DI BAGIAN YANG CELANANYA MELOROT." Mola berteriak antusias setelah melihat video yang menjadi topik pembicaraan sore ini.
Adit, Aldi, dan Ekal menatap Mola dengan pandangan malas.
"Stop, Mol, jangan sampai gendang telinga gue jadi sakit mendengar suara teriakan lo yang sebelas dua belas sama suara ayam keselek karet." Adit mengusap kedua telinga yang terasa mendengung, jelas saja Mola berteriak tepat di telinganya.
Mola hanya cengengesan melihat Adit yang protes atas aksinya barusan. Kedua lekukan di sudut bibirnya tercetak jelas, terlihat semakin tampan saja.
"Gimana kalau kita ikut main juga?" Aldi menyuarakan pendapatnya.
"Gaya banget lo! Nyali aja masih patungan berdua sama Mola," cibir Ekal tak berperasaan.
"Wah, Mol, Ekal meremehkan kejantanan kita." Aldi menggulung lengan baju sampai terlihat otot tangannya yang lumayan kekar.
Mola mengusap dadanya seolah sakit hati atas cibiran yang Ekal lontarkan. "Enggak apa-apa, Di. Kita jantan, kalau Ekal betina."
"Ayolah kita main juga, demi konten. Kalian enggak lihat channel Youtube kita sepi banget kayak Whatsappnya Ekal?" Adit menyetujui ide Aldi tadi, kalau dipikir-pikir ada keuntungannya juga jika mereka berempat mengikuti video yang sedang trend ini.
Ekal mengumpat dalam hati. Whatsappnya memang sepi, tapi siapa yang tahu bahwa hatinya lebih sepi?
Mola mengangguk menyetujui. "Gue sih ikut aja. Toh, gue enggak takut setan," ucapnya angkuh.
"Jangan sembarangan, Mol, kalau ngomong. Ditempelin tante kunti tahu rasa, lo!" Aldi mencoba menakut-nakuti Mola.
"Tante kunti itu kuntilanak jenis apa, woi?" tanya Adit heran.
"Cimoy-nya dunia gaib, Dit," celetuk Ekal yang mengundang tawa keempatnya. "Gue enggak mau ikutan," ucap Ekal lagi.
Mola menaikkan sebelah alisnya. "Cupu! Buktiin dong kalau nyali lo sebesar badan lo," ejek Mola dengan tujuan membuat Ekal kesal dan merasa tertantang supaya mau ikut bermain.
"Gue aduin Kak Seto lo lama-lama, ini namanya body lotion. Pembullyan terhadap anak remaja yang cute macam gue!" Ingin sekali rasanya Ekal menjahit mulut Mola yang terkadang sering mengeluarkan kalimat-kalimat laknat.
"Body shaming, Kal. Ya Allah, kapan sih mutilasi teman sendiri itu diwajibkan dalam Islam?" Aldi menatap Ekal dengan jengah.
"Mola itu berkata jujur, Kal, udah kenyataannya kalau badan lo segede gentong minyak," timpal Adit.
Ekal berdecak. "Enggak boleh gitu, nanti gue berubah jadi Joker. Ingat, orang jahat adalah orang baik yang tersakiti." Ekal mengubah ekspresinya menjadi ala-ala wajah Joker yang viral di aplikasi Toktok.
Lay ... Lay ... Lay ... Lay ....
Aldi bertepuk tangan seolah bangga atas pencapaian Ekal. "Ternyata lo punya bakat terpendam jadi Joker, ya, Kal. Tapi saran gue lebih baik dipendam aja."
"Sialan, lo! Kalau emang kalian enggak bisa tanpa gue, tolong kasih alasan kenapa gue harus ikut permainan konyol ini?" tanya Ekal lagi.
Mola berdeham. "Alasan pertama, supaya channel kita terkenal. Alasan kedua, membuktikan permainan ini real atau bullshit karena gue cukup penasaran juga sama hal mistis kayak gini." Ekal mendengarkan secara seksama.
"Alasan terakhir, menambah kepopuleran gue lah. Gila aja, Kal, gue ganteng gini enggak punya fans." Mola menjadi sewot sendiri.
Ekal berusaha sekuat mungkin untuk menahan mual ketika mendengar alasan terakhir. Tiba-tiba saja lagu 'hareudang' yang berasal dari ringtone ponsel Ekal mengalun dengan merdunya. Ada sebuah panggilan masuk, Ekal segera menggeser tombol answer dan pergi ke luar rumah untuk menjawab panggilan itu.
"Malu-maluin Geng Slepet aja sih dia. Masa ringtone handphone-nya pakai lagu itu," ucap Aldi sedih.
Adit dan Mola menoyor kepala Aldi secara bersamaan. "LEBIH MALU-MALUIN MANA, DIA ATAU LO YANG PASANG ALARM PAKAI LAGU TERONG DICABEIN?"
Aldi berdesis. "Jangan buka kartu di sini dong."
Ekal kembali masuk ke dalam rumah dengan napas yang memburu dan wajah memerah menahan kesal. "Okay, gue ikutan," putusnya secara tiba-tiba.
Siapa yang menyangka bahwa dibalik kekonyolan ini akan ada sebuah peristiwa kelam yang harus dihadapi dan selesaikan demi kedamaian hidup masing-masing.
Sanggupkah mereka dalam memecahkan misteri untuk melawan sosok makhluk yang bahkan lebih seram dan kejam dari hantu berbungkus kain putih macam lemper basi?
Siapkah kalian menjadi saksi?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Game [COMPLETE]
HorrorHoror - Komedi "Charlie, Charlie, apakah kau di sana?" Siapa yang tak tahu dengan mantra permainan pemanggil arwah satu ini? Apa yang kalian rasa dan pikirkan ketika mengucapkannya di atas selembar kertas bertuliskan 'yes' dan 'no'? Mungkin sebagian...