Written by Iniinem
Semenjak pulang dari pemakaman sore tadi, Ekal langsung mengunci dirinya di kamar. Ia butuh waktu sendiri, perasaannya masih begitu terpukul setelah tahu semua kenyataan ini.
Remaja laki-laki itu juga merasa heran, mengapa Sukma tak pernah memberitahunya dan malah membiarkan dia untuk memecahkan semua ini sendirian?
Tenggorokannya terasa kering, ia memutuskan untuk keluar kamar setelah hampir lima jam berada di dalam sana. Pergi ke dapur untuk menuntaskan dahaga.
Lampu rumahnya remang-remang, beberapa bagian lampu sudah dimatikan. Mungkin mama dan adiknya sudah tertidur mengingat saat ini sudah jam dua dini hari.
Kaki jenjang itu melangkah pelan tanpa menimbulkan suara, berjalan sesuai rute untuk sampai di dapur. Di penerangan yang minim ini, dari jauh ia melihat sesuatu yang berserak di lantai dapur.
Karena rasa penasaran yang amat tinggi, ia berjalan semakin cepat untuk menghampiri benda itu. "Bunga?" tanyanya pada diri sendiri.
Ingatan Ekal kembali tertuju pada kejadian beberapa hari lalu di jam yang sama, tepat saat dirinya dan sang mama bertabrakan di depan pintu dapur. Ia juga memergoki mamanya yang membawa satu wadah penuh berisi bunga untuk ziarah.
Angin yang cukup kencang berhembus seolah menabrak tubuhnya hingga mundur beberapa langkah. Tiba-tiba saja lampu kecil yang tadi menerangi dapur padam. Entah siapa yang mematikan.
Beberapa detik kemudian, lampu itu menyala lagi. Mati lagi dan terus berulang sampai berkali-kali. Kepala Ekal terasa pening melihat lampu yang terus saja berkedap-kedip.
Lalu, ia merasakan ada sesuatu yang menyentuh kepalanya dari langit-langit. Tangannya ia gerakkan untuk memegang sesuatu yang telah menyentuh kepalanya itu.
"Rambut?"
Begitu katanya sambil terus memegangi sesuatu yang ia duga sebagai untaian rambut. Ekal menoleh ke belakang kala merasa bahunya dipegang, padahal jelas-jelas hanya ia sendiri yang ada di ruangan ini.
Saat wajahnya berusaha untuk menoleh kembali ke depan, penglihatannya disambut sosok wajah perempuan yang menyeramkan dengan posisi menggantung di langit-langit.
Wajah itu hancur tak berbentuk, bahkan darah dari wajah jelek itu menetes mengenai kaki Ekal. Ekal mencoba untuk menoleh ke arah langit-langit, teriakannya tertahan ketika tahu siapa yang ada di atas sana.
Ya, Sukma. Dia sedang merangkak di atas langit-langit dengan rambutnya yang menyentuh kepala Ekal. Ekal memejamkan mata erat, merasa tak mampu melihatnya lagi.
"Kakak?" panggil Ekal lemah sambil menatap mata Sukma yang terlihat sudah membusuk, satu dua belatung gemuk keluar dari lubangnya.
Sosok Sukma terdiam mendengar panggilan Ekal, hingga beberapa saat kemudian sebuah tangisan amat pilu pecah di ruangan ini. Ekal sampai menutup telinga saking tak kuatnya mendengarkan tangisan Sukma.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Game [COMPLETE]
HorrorHoror - Komedi "Charlie, Charlie, apakah kau di sana?" Siapa yang tak tahu dengan mantra permainan pemanggil arwah satu ini? Apa yang kalian rasa dan pikirkan ketika mengucapkannya di atas selembar kertas bertuliskan 'yes' dan 'no'? Mungkin sebagian...