"Call out my name when i kiss you gently. I want you stay even though you don't want me"-The weeknd-
Alysa jelas-jelas membeku ketika Hyojin yang ia inginkan untuk memberi keringanan atau setidaknya penjelasan terhadap suaminya, bahkan tidak mengaktifkan telepon. Setiap panggilannya dialihkan pada pesan suara sementara pria itu—yang sampai saat ini belum Alysa ketahui namanya, duduk dengan tenang di sofa, membolak-balik kertas kontrak seolah itu santapan yang manis untuknya.
“Kau sudah memutuskan?”
Menjadi Nina di pub dan menjadi Nina bagi pria itu adalah sesuatu yang berbeda. Alysa bisa menjamin menjadi Nina di rumah itu tidak lebih baik daripada Nina di pub. Pria itu—Alysa baru sadar bahwa senyumnya menjadi lebih sering muncul di bibir.
Ketukan jari di meja adalah pertanda waktu semakin cepat.
“Aku tidak suka menunggu, aku memerlukan istirahat Alysa.”
Alysa sibuk mencengkeram ujung baju saat pria itu akhirnya bangkit, memutarinya hingga berdiri tepat di belakang Alysa.
“Kau akan menyukainya, Nina. Menjadi Nina-ku setiap malam adalah keinginan jutaan Nina-Nina yang lain.”
Dan Alysa ada di antara mereka, sebab ketika sebuah ciuman yang mungkin sengaja dibuat basah oleh pria itu di tengkuknya hanya memaku Alysa di tempat. Ia tidak bergerak, hanya menggeser kepalanya agar ciuman itu semakin leluasa, semakin dalam, semakin menari-nari di setiap titik lehernya.
You’ll like it, Nina. You’ll like it.
Penekanan disertai sentuhan bibir pria itu pada lehernya membuat Alysa mendesis. Ia memekik saat pria itu mendorongnya ke sofa, membuat posisi berpangkuan mereka terlihat intim.
“Apakah terdengar kurang bagus untukmu, Nina? Jika kita sepakat, kau tidak akan membayar apa pun. Sebaliknya, aku yang akan membayarmu. Memberimu apa pun yang kau mau. Interesting right?”
Alysa bahkan hanya membisu ketika tangan pria itu telah masuk ke dalam pakaiannya, mengusap sangat perlahan dadanya serta ciuman singkat di atas kain yang menutupi bulatan kenyal tersebut.
“A—aku tidak bisa!”
Pria itu mendongak, menyorot Alysa tajam.
Tetapi, Alysa sudah telalu terlambat untuk mengajukan tolakan. Tubuhnya bahkan hanya bergeming saat tangan itu selalu meremas gemas di dadanya.
Pria itu sempat mendengkus geli sebelum menambahkan. “Oh, ya? Then I’ll call police.”
“I’ll pay you. One week, I promise—I’ll pay you.”
“Berhenti, Alysa. Kau tidak akan bisa melakukannya. Kau miskin.”
Ya, benar. Alysa miskin. Setiap lembaran uang yang ia terima dari pengunjung akan berakhir di tangan Tommy. Mereka yang bekerja di sana akan dibayar sebulan sekali dengan uang yang dipotong dua kali lipat. Tapi, apa lagi yang bisa Alysa lakukan? Ia tidak diterima di setiap tempat yang ia datangi untuk bekerja. Sejak Ayahnya meninggal karena terlibat pembunuhan, citra dirinya telah rusak.
“Rose akan—heugh—” Alysa menahan jeritan saat entah sejak kapan jemari itu masuk dan menekan kelembutannya.
Pelecehan? Alysa tidak menganggapnya seperti itu. Sebab ia memang telah lama menginginkan ini. Mengenal lebih banyak pria itu, menjadi miliknya serta membuat nyata segala fantasinya terhadap pria itu.
Alysa memang munafik, pura-pura mengulur waktu, pura-pura menolak. Nyatanya ini yang ia sukai.
“I know Nina, I know you like this, I know.” Bisikan parau serta tekanan yang lebih cepat membuat Alysa memejamkan mata. Menikmati.
Pria itu sengaja mempercepat tekanannya, memberi Alysa siksaan dengan menciumi lehernya.
Akan tetapi, semuanya berakhir saat dengan cepat pria itu melepas jari dan memberi jarak dari Alysa.
“Aku tidak suka melakukan sesuatu tanpa sebuah kesepakatan, Alysa.”
Alysa mengerjap, napasnya memburu sementara kakinya masih terbuka.
“Do we have a deal?”
“Please..”
“Do we have a deal, Nina?”
“Yes!”
Senyum miring bermain di bibir pria itu, ia membuat Alysa menggeram saat pria itu tepat memberi jarak alih-alih mengulang yang sudah ia lakukan. Bahkan kini pria itu telah mengambil kembali kertas putih itu untuk ditunjukkan pada Alysa.
Tenryata kertas baru, kontrak untuk mereka berdua. Ada beberapa poin yang menyatakan bahwa Alysa sedang tidak diberi pilihan selain patuh. Alysa menerka-nerka sejak kapan semua ini telah siap? Apakah sebenarnya pria itu telah merencanakan ini? Apa memang Hyojin juga mengetahui ini hingga tidak mengaktifkan ponsel? Atau selama ini memang ia sudah masuk perangkap?
“Jungkook?” gumam Alysa, alis pria itu naik saat mendengar namanya sendiri.
Saudari Alysa harus meninggalkan pekerjaan selain pekerjaan untuk saudara Jungkook.
Saudari Alysa tidak diberi hak untuk membantah.
Saudari Alysa akan menjadi Nina selama batas waktu yang ditentukan.
Saudara Jungkook berhak memberi hukuman jikalau saudari Alysa melanggar poin yang tertera dalam kontrak.
“Tanda tangani, Alysa.” Alysa mendongak, menatap mata hitam Jungkook.
“Bagaimana kalau aku tidak sengaja melakukan kesalahan?”
“Tidak ada kata tidak sengaja, Alysa. Setiap kesalahan akan mendapat hukuman.”
Alysa meneguk ludah, ia menggenggam pena dari Jungkook lalu dengan ragu-ragu akhirnya menanda tanganinya.
“Bagus, Alysa. Inilah hal yang harus kau lakukan sejak tadi. Menjadi Nina-ku.”
Jungkook menatap Alysa dengan saksama, helaian rambut milk brown yang selama ini ditutupi dengan wig ia mainkan dengan lembut. Menariknya pelan agar wanita itu mendongak.
Alysa melenguh saat jilatan panas membasahi lehernya. “Make me proud of you, Nina. You’ll get your gift. A big gift.” Setelah mengatakan itu, Jungkook merangkak turun untuk menyingkap gaun Alysa, menarik cepat celana dalam itu.
“You’re so pink in there,” ucap Jungkook kemudian mengecup kelembutan Alysa dengan menyengajakan memberi tekanan di sana.
“Jungkook..”
“Ya, Nina, ya..”
Mulut Alysa terbuka saat menemukan dirinya akhirnya terbang menuju nirwana.
“I’m proud, Nina. So proud of you.”
Dada Alysa masih naik turun saat Jungkook kemudian menatapnya dengan mencondongkan tubuh. Alysa bahkan ingin bertanya, mengapa raut wajah bisa berubah secepat itu? pria itu menatapnya tegas dan menekankan kalimat yang membuat Alysa buntu.
“You’ll love me, but just don’t tell me.”
Bagaimana? Alysa bahkan sudah mencintai pria itu sejak pertama melihatnya.
“How—how if –”
“Just don’t.”

KAMU SEDANG MEMBACA
AROUND HIS WAIST✔
Fanfiction[M] I will always remember this moment in my entire life.