"I will erase you, i'll take my time, and follow through...oh i will subtract you. I'll take you off my list"-Green Lizard-
Jisung masih menguap panjang ketika bel pintu berbunyi untuk kesekian kali. Ia menuruni undakan tangga, sudah memegang kacamata Mark yang tertinggal dan mungkin pria itu yang sedang membuat gaduh di depan sana. Pintu ia tarik ke belakang, hampir-hampir akan mengumpati Mark yang nyatanya adalah Alysa—kakaknya sendiri.
“Ka—kakak?” Bola matanya memindai wanita itu. Alysa seperti baru saja menjadi korban kekerasan. Matanya memerah—sayu. Helaian rambut milk brown-nya hancur berantakan. Kemudian jatuh pada koper yang pernah wanita itu bawa dengan senang hati, digeret bersama Rose ketika ia akhirnya mendapatkan sesuatu yang lebih menarik—pria itu. Kemudian malam ini, menjadi sedikit membingungkan ketika Jisung bahkan mendapati bekas kemerahan di leher wanita itu.
“Hai.” Garis senyum yang kemudian tidak pernah lagi sama, Jisung dapati dengan tubuh gamang.
“Sudah akan tidur?” sambung Alysa, mengalihkan tatapannya pada kaus Jisung yang mengusut.
“Apa yang terjadi?”
“Aku rasa, aku memang tidak cocok menjadi Nanny.” Alysa terkekeh. Dan Jisung baru saja tahu, bahwa semuanya sedang tidak baik-baik saja.
Pemikirannya memburuk saat wanita itu melangkah bersama kopernya. Langkah itu terseret berat, ada beban. Seolah terlilit tali yang diikatkan pada batu, dan itu tidak akan pernah seringan kaki kosong yang bisa berlari ke mana saja.
“Katakan apa yang terjadi, Kakak.”
“Yahh—seperti yang aku katakan, aku tidak cocok menjadi Nanny, dan aku berhenti.” Alysa berhenti di depan tangga, menimbang-nimbang apakah kakinya sanggup beranjak ke atas.
“Kita berdua tau bahwa itu bukan kebenarannya.”
“Well, I’m okay, Jisung.”
“You’re not okay! Do you think I’m dumb?”
Alysa menghela napas, tangan kiri ia tumpukan pada pembatas tangga, tangan yang lain ia gunakan untuk menarik koper, dan kakinya sudah menggantung saat tiba-tiba Jisung menendang kakinya dan ia nyaris terjatuh.
“Jisung!”
Laki-laki itu menatapnya datar sambil bersedekap. Sementara Alysa masih bersikeras akan berpura-pura baik saja, menaiki tangga dengan menahan ringisan. Di anak tangga ke tiga, Jisung mendengkus.
“See? Kau bahkan lebih menyedihkan dari nenek-nenek peyot.”
“Berhenti mengejekku.”
“You deserve that.”
Jisung kemudian berjongkok di depan wanita itu dengan posisi membelakangi, menepuk punggungnya agar Alysa naik. Ia mengantuk, dan menunggu wanita itu menyeret-nyeret kakinya seperti wanita lansia akan merepotkannya juga.
“Kau serius?” Alysa melirik sepuluh anak tangga lagi, tidak yakin Jisung yang bertubuh kecil dan kurus bisa membawanya naik.
“Ya. Cepat, aku mengantuk.” Alysa mendecih, pelan-pelan memeluk Jisung dari belakang dan laki-laki itu segera menahan tubuhnya sembari membawa koper di tangan kanan.
Jisung melangkah, mengeluh di tangga ke tujuh. Tapi tidak ingin membahas berat badan Alysa, takut malamnya akan akan berakhir dengan gerutuan wanita itu.
Begitu sampai di depan kamar Alysa, Jisung membuka pintu. Membawa Alysa masuk ke dalam dan dengan hati-hati mendudukkannya di ranjang. Laki-laki itu menaruh koper di samping ranjang, memperbaiki gorden yang sedikit terbuka.

KAMU SEDANG MEMBACA
AROUND HIS WAIST✔
Fanfiction[M] I will always remember this moment in my entire life.