Siang ini cukup terik, cukup panas menurut Alysa yang saat itu berencana membawa Sinji duduk di depan, depan taman yang memiliki atap lebar dan panjang. Alysa tersenyum saat Sinji menatapnya lurus, mungkin bingung karena wajah Alysa sangat berbeda dengan wajah Hyojin. Ya—tentu saja, memang seperti itu. Alysa bahkan sempat berpikir kalau selama ini, mungkin—mungkin saja Sinji tidak pernah diperhatikan, itu sebabnya Sinji merasa bingung, mengapa Alysa harus repot-repot berencana membawanua berjalan-jalan, sementara ibunya saja tidak pernah berencana menyentuhnya, bahkan memberikan sebuah nama.“Hei..” Sinji mengerjap saat napas Alysa mengenai bulu matanya, bayi itu tidak menampilkan ekspresi, hanya mengerjap dan jika memerlukan sesuatu, hanya akan menangis kecil tapi singkat. Mungkin takut—takut malah ditinggalkan karena rewel.
Alysa menggeleng, ia terlalu berlebihan. Tidak mungkin bayi sekecil Sinji bisa berpikir seperti itu.
Mendengar nada dering ponselnya, Alysa menaruh kembali Sinji di dalam box, mengelus pelan wajah bayi cantik itu lalu mengambil ponsel yang terletak asal di atas tempat tidur.
Panggilan dari Rose.“Hai, apa kabar?”
“Aku baik, bagaimana denganmu, Rose?”
“Baik, Puji Tuhan. Aku penasaran dengan pekerjaanmu, kau merasa nyaman?”
“Ahmm..ya…”
Terdengar suara angin dan suara-suara tidak jelas. Suara itu perlahan hilang ketika Rose menetap di suatu tempat, duduk dan mendesah lega.
“Pekerjaanku sulit, aku harap kau tidak,” ucap wanita itu. “Bayi itu merepotkanmu?”
“Tidak, Sinji bukan bayi yang rewel. Aku menyukainya.”
“Sinji? Hyojin sudah memberinya nama?”
“Aku—aku yang memberinya nama.”
“Huh?”
“Aku pikir—orang tuanya akan selalu sibuk, aku khawatir seterusnya dia tidak akan memiliki nama.”
“Ahh, baiklah. Sepertinya menjadi nanny menyenangkan, bagaimana dengan suami Hyojin, kau pernah melihatnya.”
Oh, tentu. Semua hal dari pria itu, semua sisi, semua titik, Alysa sudah melihatnya.
“Ya, kami bertemu.”
“Serius? Lalu bagaimana? Dia tampan? Dia mau bicara? Dia memuji pekerjaanmu? Dia—jelaskan padaku.”
Alysa mendesah pelan, ia tidak mungkin mengatakan kalau selain menjadi pengasuh Sinji, ia juga harus mengasuh ayahnya.
“Kami tidak bicara banyak, hanya sapaan singkat, seperti itu.”
”Sepertinya dia pria yang dingin, mungkin itu sebabnya Hyojin menceraikannya.”
Lalisa mengernyit, mengangguk setuju, seolah Rose sedang bicara empat mata dengannya, melihat gerakannya.
“I guess so.”
“Dan kau harus berhati-hati. Biasanya pria dingin seperti itu punya sisi gelap.”
Alysa tersenyum, sebab tahu sisi gelap itu. “Aku mengerti.”
“Jaga kesehatanmu, jangan lupa makan, kalau merasa tidak nyaman, beritahu aku, aku carikan pekerjaan baru.”
“Ya.”
“Oke. Aku hanya ingin menanyakan itu, aku tutup.”
Alysa menaruh ponsel di nakas, lalu kembali pada Sinji yang menggeliat di dalam box. Merasa lucu, Alysa memindah bayi itu ke atas tempat tidur miliknya, ikut berbaring di sana, menatapi wajah cantik Sinji. Sinji punya bulu mata yang panjang juga lentik, mungkin menurun dari Hyojin, hidung bayi itu tidak terlalu tinggi, tidak seperti ibunya, tidak juga seperti ayahnya. Alysa membuka mulut sangat mengingat sesuatu—fakta bahwa struktur wajah seorang bayi bisa saja berubah.

KAMU SEDANG MEMBACA
AROUND HIS WAIST✔
Fiksi Penggemar[M] I will always remember this moment in my entire life.