"You should know, you can go where. You wanna go, i can take you there"-Bazzi-
-------
Alysa mendecak saat Rose adalah orang yang pertama kali menjemputnya di pub setelah panggilan Tommy. Wanita itu berkacak pinggang lalu menatapi Alysa dengan raut wajah kesal. Tommy sendiri masih duduk di sofa setelah membantu Alysa melepas wig kuning dan kalung ketat di lehernya.
“Ada yang ingin kau jelaskan, Nina?” Rose memutar bola mata saat ia harus memanggil Alysa dengan nama liar itu. Tommy menyilangkan kaki lalu berfokus pada Alysa yang masih berbaring di tempat tidur.
“Aku hanya ingin beristirahat, Rose. Berhenti mengintimidasiku!”
“Aku tidak mengintimidasimu! Ini karena kau selalu tidak bisa menjaga diri sendiri!”
“Rose, berhenti berceloteh. Nina-ku perlu beristirahat,” ucap Tommy bangkit dan mengibas-ngibaskan tangan agar Rose menjauh.
“Aku perlu berbicara dengannya, Tommy sialan! Kau yang harus keluar dari sini!” sergah Rose tidak terima. Tommy mendengkus, akhirnya keluar setelah mengusap kening Alysa dengan lembut.
Melihat Rose masih berkacak pinggang, Alysa mendesah.
“Lalu bagaimana sekarang, aku tidak yakin tubuhmu baik-baik saja. Kau terjatuh dari tiang tinggi itu hanya karena seorang pria menatapmu? Ke mana Nina yang percaya diri?”
“Kakiku terkilir, Rose.”
“Oh, terserah! Aku hanya ingin mengatakan kalau kau harus memulihkan diri sebelum kembali menjadi penari.”
“Aku masih bisa menari.” Rose melotot.
“Ya benar dan kau akan terjatuh lagi. Tolol!”
Alysa mendecak malas. Rose selalu protektif, selalu bersikap seperti seorang ibu.
“Maksudku, aku akan menari lagi. Bukan di tiang. Mungkin—bisa melakukan tarian ringan.” Rose masih mendengar dengan mata mendelik.
“Atau—mungkin sebagai pengantar minuman,” cicit Alysa ketika tatapan Rose menjadi menyeramkan.
“Pengantar minuman. Okay? Hanya pengantar minuman.” Alysa mengangguk cepat.
“Aku akan segera mencari pekerjaan baru untukmu, kau bisa—”
“Pekerjaan baru? Aku suka pekerjaan ini, Rose.”
“Tidak. Kau hanya aku beri waktu selama seminggu di tempat ini. Kau tidak boleh selamanya menjadi penari. Setelah mendengarmu terluka, aku tidak bisa tenang sedikitpun.”
Alysa mendesak kasar, melipat kedua tangan di depan dada dengan wajah muram.
“Istirahatlah. Aku akan mengabarimu jika pekerjaannya sudah aku dapatkan. Kalau perlu sesuatu, kau bisa telepon aku. Mengerti?”
“Ya, Mommy.” Rose mendelik tidak suka, tapi akhirnya mengangkat tasnya untuk pergi.
Alysa memejamkan mata. Rose adalah sahabatnya sejak sekolah menengah pertama, sifat protektifnya sudah muncul sejak itu. Alysa kadang jengah. Tapi setelah mengerti kalau semua itu demi kebaikannya, Alysa hanya bisa diam dan menurut. Sebab, siapa lagi yang akan peduli seperti wanita cerewet itu? Orang tuanya menghilang entah ke mana. Ia hanya punya adiknya, Rose dan Tommy.
🌷🌷
Sebenarnya, menjadi penari tiang atau pengantar minuman sama saja bagi Alysa. Pengantar minuman harus memiliki sisi nakal juga. Memakai seragam kurang bahan, kostum terbuka, bando kelinci lalu stocking. Bedanya seorang pengantar minuman tidak perlu menguasai tarian, mereka hanya perlu menggoda satu pria tua lalu berakhir dengan sentuhan-sentuhan panas demi mendapat dollar.
![](https://img.wattpad.com/cover/226472559-288-k783471.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AROUND HIS WAIST✔
Fanfic[M] I will always remember this moment in my entire life.