Happy reading all🌷
.
.
.
.Masa-masa sma adalah masanya untuk mencari banyak pengalaman. Entah pengalaman berteman, berpacaran atau yang lainnya. Semua itu bisa kita dapatkan dimasa-masa sma. Walaupun kita juga bisa saja mendapatkan itu dilain masa namun masa sma adalah masa yang tepat dan kalau bisa jangan sampai dilewatkan.
Seperti yang Bobby dan The Cogan lakukan. Berteman, melakukan kejahilan yang masih dibatas wajar, bahkan berpacaran. Mereka tak mau jika masa sma mereka datar-datar saja atau monoton tak berwarna. Bukannya bagus jika mempunyai pengalaman sma yang dapat diceritakan kepada anak cucu kita nanti.
Lagi dan lagi The Cogan melakukan kejahilan terhadap guru. Ralat bukan The Cogan lebih tepatnya hanya Bobby dan Ozan yang memiliki kadar kewarasan yang sudah diambang batas. Sedangkan Nevan dan Gabri hanya diam melihat aksi mereka -Bobby dan Ozan- kejahilan yang kali ini mereka lakukan itu kepada Pak Raden, guru Bahasa Inggris tetapi mempunyai gaya bahasa atau logat jawa yang sangat kental lebih tepatnya logat medhok yang sering dikatakan orang jawa.
"Tos dulu dong Bob, ye gak," ucap Ozan sembari mengangkat tangannya untuk mengajak bertos ria ala mereka berdua.
"Yoi bor. Ngakak gue ngebayanginnya sat,"
"Emang gak ada akhlak kalian," komentar Gabri sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Iri bilang bosss!" sahut Bobby cepat mengomentari balik ucapan Gabri.
"Jangan keseringan gitu lo Bob, Zan. Gak baik, point kalian tuh udah banyak. Lo kira nabung dibank, nabung yang dapet bunga nantinya? Kaga cuy," ucap Nevan kalem. Jiwa ketua osisnya yang budiman dalam dirinya bergetar saat lagi-lagi melihat kelakuan para sahabatnya ini.
"Iye bos. Siap,"
"Hm iya dah,"
"Eh si Cello mana? Kok kita cuma berempat?" tanya Bobby kepada keempat temannya itu. Kini mereka sedang duduk di bangku panjang di koridor sekolah.
"Ck! Lo kaya ngga tau aja kelakuan tuh bocah si Bob," sahut Ozan, "ya lagi ngecengin degem lah. Noh diatas sama degem-degem," sambung Ozan lalu menunjuk keatas dengan dagunya.
"Lah kaga ajak-ajak tuh bocah ya. Kampret emang,"
"Lo suka banget ngegombalin tapi gak ada tuh yang lo jadiin pacar. Kenapa dah?" tanya Ozan.
"Bentar. Eh lo berdua, diem mulu kalian. Bisu lo pada? Sariawan? Ngomong napa ngomong etdah bocah," komentar Bobby karena bosan melihat keterdiaman Gabri dan Nevan, mereka hanya sibuk pada ponsel masing-masing.
"Sorry bro, ada rapat dadakan nih di grup OSIS. Gue dengerin kali daritadi lo berdua ngoceh," sahut Nevan memberikan penjelasan lalu kembali fokus pada handphone bercase hitam itu.
"Lo kenap-"
"Bacot. Males,"
"Bujug. Santuy mas bro. Iye udah fokus dah tuh sama game lo," ujar Ozan yang mentolerir salah satu sahabatnya itu. Gabri itu memang seorang gamers selain hobinya memanah.
"Jadi kenapa lo gak mau pacaran tapi hobi lo ngegombalin cewek, waras lo bikin cewek baper?" sambung Ozan kembali bertanya karena pertanyaan nya tadi belum dijawab oleh Bobby.
"Ck! Ya elah lagian tujuan gue baik kok. Kan bikin orang senang lalu tersenyum kakak," sahut Bobby santai sambil sesekali menebar senyum mematikan untuk para kaum hawa yang berjalan melewati mereka.
"Sarap lo! Tujuan baik apa bambang yang budiman,"
"Dih, ya itu doang. Dan males pacaran juga," jawab Bobby sekenanya. Ngapajn pacaran, orang udah punya istri juga sah lagi, sambung Bobby dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Badboy Husband
Roman pour AdolescentsBenar kata orang, 'takdir memang selucu itu'. Gerana Lila Abraham dan Bobby Rafta Alderil, mereka dua anak manusia yang masih duduk dibangku SMA namun harus terikat oleh suatu hubungan yang sakral. Pernikahan, ya pernikahan, satu kata yang merubah...