Buku Milik Andri

88 2 0
                                    

Hidup berjalan seiring bergantinya pagi hingga petang, pun berputar layaknya jarum jam yang terus melaju tanpa henti, berjalan penuh pertanyaan yang kita sebagai manusia tidak bisa menebaknya.

Belajar melalui episode hidup yang lalu,  menemukan arti dari sebuah pisah dan temu yang telak tidak bisa dihindari, layaknya menaiki sebuah kapal yang bertujuan namun entah dimana. Ada yang turun ditengah laut menyerah memilih tenggelam tanpa tau tujuannya, ada juga yang bertahan entah sampai kapan terombang-ambing menuju tempat tuju belum bernama, yang ia harap suatu hari ia akan tiba disana dengan raut bahagia.

Mungkin alasan adanya sebuah harap adalah supaya kehidupan lebih terasa hidup, dengan menjadi manusia yang selalu punya raut bahagia ketika memiliki harapan yang baik terjadi di hari-hari berikutnya.

Adalah pagi ini, ketika suara seseorang membuka jendela kamar secara paksa. Rania, perempuan itu masih bergelung dengan selimutnya, matanya mengerjap berkali-kali saat cahaya masuk kedalam kamar, bayangan seseorang terlihat kabur didepannya. "Ap-paa!" Sentaknya dengan suara khas bangun tidur.

"Dasar males!"

Rania mengucek matanya berkali-kali, berusaha mengusir kantuknya yang masih saja ingin ia teruskan. Padahal tadi malam ia berharap ingin bangun siang hari, karena kemarin malam begadang sampai larut.

"Pergilaaah, Dri! hari ini libur!" Rania bersungut kesal.

Andri selalu saja mengganggu waktu damainya disaat-saat libur. Ia ingin sekali tidur sepuas mungkin, biasanya kan kalau sekolah tidurnya hanya sebentar. Aish! Andri!! batinnya merutuk.

"Ayo keliling komplek, mumpung libur, besok udah Ujian." Andri menghela nafas saat Rani tidak mendengarnya bicara malah menutup seluruh badannya dengan selimut. "Bangunn Raniaa!"

"Sa...na...." Gumam perempuan itu.

Andri menarik paksa selimut Rania. "Ran!"

"Aku mau tid-" Perkataannya terhenti saat Andri menarik tangannya keluar kamar, Rania kaget sekaligus ingin berteriak, sungguh menyebalkan manusia bernama Andri.

"Andriiii!" Teriak Rania kesal, ia memaksakan kakinya menuju kamar mandi, cuci muka.

Ibu yang sedang memasak didapur menoleh seketika, tingkah anaknya memang selalu begitu, ia menggelengkan kepala. "Usil sekali Andri, kasihan Rania." Ujar Ibunya tertawa pelan.

Andri yang mendengarnya nyengir lebar. "Maaf ibu, habis Rania pemalas banget, dia nggak pernah olahraga semenjak libur," 

Andri mengambil segelas air putih, meminumnya sambil menunggu Rania cuci muka sebentar.

***

Mereka berjalan menuju kedepan rumah, Rania tiba-tiba berpikir sesuatu, ia lari menuju garasi samping rumah, Andri yang ada didepan tidak sadar kalau Rania tidak ada dibelakangnya lagi.

"Tali sepatumu jangan lu-" Andri tiba-tiba menghentikan kalimatnya saat menoleh kebelakang.

"Kemana lagi dia!" Andri menggerutu sambil menoleh kesana kemari.

Kriing kriing... kriing....

Bunyi lonceng sepeda mengalihkan perhatian Andri, perempuan yang sedang ia cari-cari duduk tersenyum lebar mengayuh sepeda kearahnya. Ia berhenti tepat didepan Andri, sekali lagi membunyikan lonceng sepedanya.

"Dri, aku naik ini!" Katanya semangat.

Andri menggeleng tidak setuju. "Kita mau lari, Rania."

"Sejak kapan aku bilang begitu? Kamu kan yang bilang mau lari." Sahut Rania tak perduli.

Memory and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang