Andri Menyebalkan Canggung Terlupakan

50 1 0
                                    

Rania terbangun pagi-pagi sekali berkat suara alarm yang ia pasang waktu itu, saat sedang ujian, ketika itu ia bangun untuk belajar.

Cewek itu melirik sekilas jam dilayar handphonenya, pukul 2 malam. Rania membangunkan tubuhnya, terduduk menguap sembari mengucek kedua mata, kepalanya sedikit pening akibat tidur terlalu larut.

Semalam ia memikirkan soal Andri, rasa bersalahnya itu semakin menjadi-jadi saat laki-laki itu mengatakan "Nggak papa," entah apa yang harus Rania lakukan untuk menebus semuanya.

Rania turun dari kasur, ia merasa tenggorokannya sedikit kering, perempuan itu berjalan kearah dapur, tanpa menyalakan lampu, dengan cahaya remang-remang terkena sinar dari ruangan lain. Rania menarik kursi meja makan, mendudukan dirinya sembari menuangkan segelas air bening ke gelas yang barusan ia ambil, menyeruputnya perlahan.

Clek. Lampu menyala seketika.

"Ya ampun!" teriak Perempuan paruh baya yang baru saja menyalakan lampu, Rania juga terkejut ia terbatuk. "Hya! Rania kau membuat ibu kaget." kata Ibu Andri sembari mengusap dada.

"Maaf Tante, aku juga terkejut." Rania meringis ia mengisi gelasnya lagi.

"Ibu habis dari belakang," perempuan paruh baya itu menarik kursi didepannya. "Ada apa? Kamu bermimpi lagi?" tanyanya lirih.

Rania menggeleng pelan. "Enggak Tante,"

Dulu Rania sering mengalami mimpi buruk, ia punya trauma masa kecil sejak kejadian mengerikan menimpa keluarganya, yang menjadi awal mula ia bisa hidup bersama dengan keluarga Andri.

Ibu Andri memegang sebelah tangan Rania, tersenyum menghela nafas lega.
"Syukurlah Rania. Ibu bersyukur punya puteri yang hebat sepertimu, selama ini kamu melaluinya dengan sangat baik, Terimakasih Rania sudah bertahan."

Rania menggeleng pelan."Aku yang bersyukur, karena punya Tante, punya Andri yang selalu ada buatku, mungkin ucapan terimakasih nggak bisa buat balas semua itu, tapi Rania cuma bisa bilang itu Tante... Terimakasih," tak bisa dibohongi, seketika Rania ingin menangis.

"Kamu bisa melewatinya karena kamu punya ini, Rania," ia menunjuk letak hati Rania. "Kamu punya dirimu sendiri, kamu punya hati yang teguh."

Rania tersenyum, ia meyakinkan diri tidak akan menangis. "Rania selalu ingat perkataan Tante waktu Rania nangis, Ayah Ibu juga nangis kalau liat kamu nangis' itu yang buat Rania kuat Tante."

"Kamu memang kuat Rania," Ibu Andri mengulurkan sebelah tangannya mengelus pelan kepala Rania. "Lalu ada apa kamu bangun sepagi ini?" tanyanya lembut.

Rania bimbang, apakah ia akan mengatakan yang sebenarnya atau tidak, Ia menghembuskan nafasnya, membuat Ibu Andri bertanya sekali lagi, "Ada apa hmm?"

"Rania udah bohongin, Tante." Ujar Rania lirih menatap perempuan paruh baya didepannya itu.

"Rania nggak pergi sama Andri tadi malam, Tante." Sambung Rania seraya mengalihkan tatapannya kebawah, ia takut Tantenya itu kecewa.

"Ibu senang kamu jujur Rania. Ibu sudah tahu kok," Sahut Ibu Andri.

Rania terdiam kebingungan, ia kembali menatap Ibu Andri .

Memory and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang