Toni I'm Coming

33 1 0
                                    

"Terimakasih,"

Andri memicingkan mata memandang Rania yang baru saja mengucapkan terimakasih kepada pelayan. Yap. Cewek itu memesan makanan lagi. Padahal, ia sudah menghabiskan satu piring nasi goreng.

Saat ditanya olehnya, Rania dengan nyengir kuda menjawab. 'Belum puas lah aku, masa jauh-jauh kesini cuman makan nasi goreng. Gimana sih kamu mesennya? Mumpung promo jangan nyianyiain kesempatan dong, kalo mau tinggal mesen lagi nggak usah banyak komen.'

"Wooh, ini keliatan enak banget," Bicara Rania mengaduk-aduk spaghetinya dengan khusyuk.

Andri menatap heran, ia mengeluarkan pertanyaan. "Yakin mau dihabisin? Itu perut apa karung goni, semuanya masuk."

"Sirik aja, Masnya. Kepengin ya?"

Rania memang makannya banyak dan dia pemakan segalanya. Catatan, segalanya dalam bentuk makanan ya, dia nggak makan batu, kayu apalagi manusia kok, yang sedikit aneh, badannya tetap saja kurus. Entah ada yang salah dengan tubuhnya atau memang sudah takdirnya begitu.

Andri hanya merespon Rania dengan tertawa geli.

Rania tidak perduli lagi dengan balasan cowok didepannya itu. Ia sudah sibuk menikmati hidangannya.

Suara laki-laki yang sepertinya MC pada acara Oppening day 1 ini menginterupsi. Iya, Andri mengetahui judulnya, karena memang diawal pembukaan acara, si MC itu wara-wara memberitahu.

Banyak pelanggan yang berkerumun didepannya, ikut serta. Sedangkan Andri, masih tetap anteng mengamati dari posisinya sekarang. Jangan tanya Rania, dibilang cewek itu lagi menelan spaghetinya dengan khusyuk. Andri no ganggu, kalau tidak mau keluar dari zona amannya.

Dilihat dari kejauhan agak-agaknya keramaian didepan sana mirip permainan yang sering ia lihat di pasar malem, siapa berhasil merobohkan kaleng ia bisa dapat hadiah. Permainan klasik.

Lima belas menit berlalu dengan damai tanpa gangguan dari Andri, Rania berhasil menghabiskan spaghetinya. Cewek itu menyeruput jus jeruk dimeja. Untuk kesekian kali, pendengarannya kembali menangkap teriakan histeris  seorang yang kiranya menggunakan microphone, bersaut sautan dengan sorak ramai. Dan Andri si laki-laki rewel itu juga sedang melihat kearah sana.

"Ternyata bener dugaanku, bakal ada acara. Lagi ngapain sih mereka? Asik banget kayaknya ketawa ketiwi gitu,"

Andri menengok sesaat."Emang nggak kedengeran gemlegar gitu suaranya dari tadi?"

"Denger sih, tapi nggak tahu ngomongin apaan,"

"Nggak heran. Kalau urusan makanan, dunia serasa milikmu sendiri, apapun teralihkan."

Rania mendengus geli, penuturan Andri memang benar sekali. "Kamu emang paling ngerti aku deh, Dri. Love you," candanya tersenyum manis, membentuk love sign dengan jari-jarinya.

Sejurus kemudian, Andri tertawa jumawa menyahut. "Aku nggak love you masalahnya, gimana?"

"Bodo amat deh. Nggak butuh balesan kok, karena aku lebih dari ngerti kalo kamu sayang sama aku kan? Aku paham malu-malu kambingmu itu," Rania mengedipkan sebelah matanya, mengejek.

Andri tidak berkomentar apa-apa, tawanya sudah mewakili kebenaran yang Rania yakini. Its enough.

"Sebagai sahabat paling baik, aku kasih kamu nih, meski nggak ada balasan, ikhlas kok aku...." kini Rania membentuk love besar menggunakan tangannya yang ia letakan diatas kepala. "Bersyukur kamu, dapet kayak gini dari cewek cakep kaya aku."

Memory and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang