Sisi Lain

88 2 0
                                    


Pagi ini berbeda dengan kemarin.
Rania bangun tanpa perlu dibangunkan lagi, seolah nalurinya hapal tentang kebiasaannya bangun untuk sekolah, ia bergegas menyiapkan keperluannya.

Pukul 06: 05. Dengan seragam yang melekat di tubuhnya, ransel yang ia tenteng, perempuan itu keluar dari kamar, menuju ruang makan sesekali membenarkan letak rambut yang sedikit menutupi dahi, senyum hangat perempuan paruh baya didepan sana menyambutnya. "Cantiknya Rania...."

"Tante lebih cantik kok." Sahut Rania tersenyum lebar, kemudian ia duduk di salah satu kursi, sesekali membantu Ibu Andri menata sarapan di meja.

"Andri datang...." Suara Andri bergema di ruangan ini, ia datang dari arah kamarnya, sama seperti Rania dengan seragam yang sama, jas sekolah yang ia selampirkan dibahu, Ia manarik kursi disebelah Rania.

"Ibu mau ngangkat cucian dulu, kalian sarapan ya." Ucap ibu Andri, ia lekas beranjak.

"Tenang bu, nasi gorengnya akan habis sama Andri dan Rania." sahut Andri, ibunya membalas dengan jempol yang beliau angkat keudara.

Rania memilih untuk mengesampingkan perasaannya, ia sebenarnya ingin sekali bertanya pada Andri tentang tulisan di buku itu, tapi sekarang bukan waktu yang tepat, pikirnya.

Beberapa menit kemudian, karena mereka tidak suka bicara ketika sedang makan, sarapan berlalu dengan tenang. Rania menilik pergelangan tangannya, sudah menunjukan pukul 06.30, ia beranjak.

"Dri, aku duluan." ucap Rania, ia sudah menyelesaikan sarapannya, terakhir ia minum segelas susu hangat.

"Nggak berangkat sama aku?" Tanya Andri ikut memperhatikan jam dipergelangan tangan.

"Tumben buru-buru? Sekolah kita kan dekat nggak perlu naik kereta api, "

Rania yang mendengar kalimat ngawur Andri, mendengus. "Aku mau berangkat, sekarang juga!" Ia pergi menuju dapur di susul Andri untuk berpamitan dengan Ibunya yang sudah selesai mengangkat baju dari mesin cuci.

***

Langit cerah, Rania tersenyum menyambut sinar matahari pagi yang sesekali membuat matanya mengerjap-ngerjap silau, kakinya melangkah ringan menuju sekolah yang tak jauh dari rumahnya. Rania berjalan disisi depan, sedangkan Andri, laki-laki yang menyumpal telinganya dengan earphone itu dibelakangnya.

Andri mempercepat laju kaki, menjajari posisi Rania. Rania menoleh keningnya berkerut, "Kenapa?" tanyanya melihat Andri yang tiba-tiba disebelahnya.

"Kenapa?" ia bertanya balik.

"Kamu yang kenapa?"

Ia mendekatkan kepalanya kearah Rania,
"Riza...." bisiknya. Rania melihat kedepan, matanya menangkap laki-laki memakai seragam sekolah sepertinya yang sedang melihat kearahnya juga. Rania menjauhkan kepala Andri dengan tangannya. "Dia nungguin aku?"

Rania teringat pesan yang kemarin malam, ia pikir laki-laki itu tidak akan benar-benar menunggunya didepan sekolah.

"Aneh kalau dia nungguin aku, Ran." jawab Andri. "Masih pagi juga, cengar cengir begitu." lanjutnya dengan nada meledek.

"Andri!"

Andri berdehem menyahuti.

"Kenapa sih nggak suka dengannya? dia kan baik." Rania tersenyum simpul di akhir kalimatnya.

"Siapa yang bilang nggak suka."

"Terus?"

"Rania." sapa Riza mendekat.

Sepatah kata yang akan keluar dari mulut Andri tidak jadi dikatakan, langkahnya semakin dekat dengan gerbang sekolah.

Rania balas mengangguk, melebarkan tersenyum kearah Riza, "Ada Andri juga, Za."

Memory and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang