Senang dan Kecewa Datang Berdua

65 1 0
                                    

Rania sudah merapikan tempat tidurnya, ia mulai menggerakkan badan, melakukan peregangan sederhana selama beberapa menit. Lalu ia berdiri didepan kaca, perlahan mengikat rambutnya.

Ia berencana akan membantu Ibu Andri di dapur pagi ini, urusan mandinya bisa belakangan. Rania melangkahkan kakinya keluar kamar menuju dapur yang samar-samar terdengar bunyi seseorang sedang menyalakan kompor.

"Pagi, Tan...." Sapanya hangat mendekat kearah perempuan paruh baya yang sedang memutar-mutar, menyesuaikan besar api di kompor.


"Pagi Rania...." Jawabnya menoleh tersenyum tak kalah hangatnya.

"Mandilah Ran sembari nunggu sarapannya matang." Lanjutnya melihat Rania masih menggunakan piyama tidur.

Ia menggeleng. "Sekarang kan nggak sekolah, Rania mau bantu Tante bikin sarapan, boleh ya?" Tanyanya sembari mengambil pisau, mengupas bawang merah.

"Boleh dong, Rania." Ibu Andri tersenyum melihat Rania sudah berkutat dengan objek didepannya.

Rania membantu cukup banyak pekerjaan dapur pagi ini, dari mengupas lalu memotong bawang, kemudian sekarang ia menggoreng telur dadar meski beberapakali sempat bertanya tentang takaran bumbu kepada perempuan paruh baya yang sedang membuat sup disebelahnya. Rania merasa senang bisa membantu menyiapkan sarapan pagi ini.

Andri menampakan dirinya di pintu dapur, ia menggosok-gosokan handuk kecil dikepalanya, menunjukan laki-laki itu habis keramas pagi ini.

"Heummm, masak apa si Bu? Enak banget kelihatannya." Kata Andri sembari mengendus-enduskan indera penciumannya.

"Sup ayam. Tunggulah dimeja makan ini sudah matang, Dri." Ibunya memberitahu.

Andri mengangguk sembari mengamati Rania yang berdiri disebelah Ibunya, perempuan itu sedang mengangkat telur dadar dari wajan. "Ibu, wajannya tidak gosong kan itu?" Tanya Andri seketika menunjuk wajan didepan Rania, Rania pun refleks jadi ikut mengamati wajannya.

"Enggak. Kenapa?"

"Syukurlah, aku kira gosong, kan Rania habis memakainya." Ujar Andri, membuat Rania mendelik kearahnya.

"Mending gosong, kalau kamu yang makai bisa-bisa wajannya peot-peot!" Timpal Rania. Si ibu tertawa melihat tingkah kedua anaknya itu.

Rania, Andri dan Ibu sudah duduk manis dimeja makan, menikmati sarapan pagi. Dua puluj menit berlalu menyisakan piring kosong dimeja, mereka menyelesaikan sarapan paginya dengan lancar tanpa kegaduhan yang biasanya Andri timbulkan.  Ibunya lekas bangkit seperti kebiasaannya mengecek cucian di mesin cuci, meninggalkan Rania dan Andri dimeja makan.

"Tumben mandi, biasanya kalo libur mandimu cuma sore hari doang." Ucap Rania melirik Andri.

"Memang kamu?" Respon Andri. "Jorok." Sambungnya pura-pura bergidik sembari tertawa.

"Sekali mandi pagi aja sombong." Rania berkomentar sinis, ia menatap Andri di kursi yang ada didepannya, "Iyalah sombong. Kan tiap pagi kalau sekolah kamu cuma cuci muka. Wajar aja si." Cibirnya sembari bangun merapikan piring di meja.

Andri lekas membantunya, ia mendekat disebelah Rania sambil menatap kesal mendengar perkataan Rania. "Kamu kali! Contohnya sekarang. Belum cuci muka sama sekali kan?" Andri menyenggol bahu Rania, "Ngaku? tuh masih ada kotoran dimatamu," .

Memory and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang