Hasrat lelaki Ilyas tergelitik melihat paha putih mulus milik seorang gadis remaja yang tengah terbaring pingsan di sofa, lalu hati-hati ditarik roknya yang tersingkap sehingga menutupi bagian yang menggoda itu. Meski begitu, matanya ternyata sulit dikendalikan, dan berkali-kali melirik betis si gadis. Padahal, tubuh yang tengah terbaring itu tidaklah seksi sama sekali, malah terlihat seperti bocah bau kencur. Namun, entah kenapa birahi Ilyas seperti diolok-olok, hingga sulit sekali dikendalikan.“Kapan bangunnya, sih, lu?” Ilyas mendesah lemah. “Kalo kelamaan bisa-bisa gue gak tahan, nih.” Ia kemudian berdiri dan melangkah menuju kaca bening besar, tempat di mana dirinya biasa memperhatikan para pegawai tengah sibuk bekerja. Begitu juga hari ini, bengkel sangat ramai sehingga tidak ada pegawai yang sudi membantunya mengurusi si gadis pingsan. Lagi pula, memang dirinyalah yang bertanggung jawab.
Sekitar lima belas menit lalu, ia melihat gadis remaja berseragam putih abu itu celingukan ke dalam bengkel, kemudian memutuskan menyapa demi bertanya apa kepentingannya. keputusan yang menyebabkan ia terjebak dalam situasi rumit sekarang ini.
Di ruangannya tergolek tak sadarkan diri seorang gadis tanpa identitas. Ilyas sempat berpikir gadis itu hanya orang gila atau mungkin gelandangan, karena seragamnya sangat lusuh. Selain kemeja kotor dan sedikit robekan di bagian bawah rok, ia juga hanya mengenakan sebelah sepatu. Namun, wajah cantik, kulit putih bersih, dan rambut panjangnya yang terlihat terawat dengan baik segera menepis sangkaan itu.
Ragu-ragu Ilyas kembali mendekat dan menelisik wajah si gadis. Mungil seperti boneka; alis lebat berwarna hitam kecoklatan, bulu mata panjang nan lentik, hidung pesek tapi pantas berada di wajah cantik itu, dan bibir kemerahan yang kecil berisi--tidak tipis atau pun tebal.
Dalam keadaan terpejam wajah itu tampak tenang, damai, akan tetapi menghipnotis pria berkulit hitam di sana. Hingga tanpa sadar ia menelan ludah berat, jakunnya naik turun merasakan geliat hasrat yang kian menjadi. Napasnya menderu seiring debaran jantung yang berpacu tak karu-karuan. Perlahan ia duduk di samping si gadis, kemudian membungkuk hingga wajah mereka berhadapan sangat dekat. Aroma apel tercium begitu saja, entah datang dari mana, mungkin rambut, bisa juga tubuhnya. Persetan! Yang jelas pria bernama lengkap Ilyasa Haidar Ramli itu sangat menikmati, hingga hanyut dan tanpa ragu lagi mengecup bibir mungil si gadis. Kecupan yang kemudian berubah menjadi lumatan lembut, sangat lembut.
Dalam keheningan terdengar suara kenop pintu ditekan, dan seketika membuyarkan kekhidmatan Ilyas. Pria berusia empat puluh empat tahun itu tersentak, langsung menegakkan tubuh seraya mengusap bibir.
“Misi, Bo—”
“Ketok pintu dulu kalo masuk!” sembur Ilyas pada Cici, pegawainya. Rasa takut menyelimuti benak pria berhidung mancung dan berwajah kearab-araban itu. Pikirannya terus meyakinkan bahwa wanita yang baru memasuki ruangan itu tidak melihat cumbu sepihak tadi.
“Ma-af, Bos … bia—”
“Ah, udah! Ada apa?” pungkas Ilyas cepat.
“Ini, Bos, Cipaganti Rent Car minta servis rutinnya dimajuin besok. Mau minta acc,” terang Cici seraya menyerahkan map.
Beberapa menit Ilyas habiskan membaca berkas yang Cici berikan, sebelum akhirnya membubuhkan tanda tangan. “Suruh DP dulu,” katanya seraya menyerahkan berkas kembali pada Cici.
“Sip, Bos!” Cici mengacungkan jempol tangan kanannya, lalu tersenyum-senyum melirik si gadis yang tengah pingsan. “Cantik, ya, Bos? Belum sadar juga, ya?”
“Belom, makanya dia masih merem.”
“Gak panggil dokter aja, Bos? Takut kenapa-napa.” Cici menyarankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanna Tidak Gila
RomanceHidup Ilyas menjadi kacau sejak kedatangan seorang gadis di bengkelnua pada suatu sore. Entah kenapa ia terjebak ke dalam masalah hidup gadis yang lebih muda 25 tahun darinya itu. Belum lagi, Ilyas selalu dibuat bingung setiap kali si gadis berbica...