Bulan kini mulai merasakan rasa sakit di lututnya. Bulan menahan rasa sakitnya dan terus berjalan menuju ke klinik kampus. Bintang hanya bisa diam dan ia juga merasa bersalah. Belum sempat ia mendekatinya malah ia sudah membuatnya celaka seperti ini.
Kini tibalah mereka di depan pintu lobi klinik. Pada saat mereka masuk ke dalam klinik, teman Bulan yang piket jaga hari ini sudah berdiri di samping resepsionis untuk menunggu pasien datang.
"Bulan? Lu kenapa? Apa yang terjadi!" Tanya khawatir teman Bulan.
"Ngga papa kok, tadi Bulan ada sedikit problem di jalan. Arka ngga usah kuatir gitu."
Teman Bulan itu langsung merangkul dan membawa Bulan untuk menuju ke ruang rawat mahasiswa. Iya, siapa lagi kalo teman Bulan kalo bukan Arka. Di sisi lain Bintang hanya bisa pasrah ketika Bulan di rebut dari rangkulannya. Hari ini ia merasa tidak pantas untuk mendekatinya, padahal hari ini ia sudah ada niatan untuk mulai mendekati Bulan seperti yang telah di katakan Alan kemarin malam di Club.
Bintang langsung pergi dari klinik untuk mengikuti pelajaran di kampusnya. Sedangkan Bulan kini tengah bersama Arka, teman sekelas Bulan di kampus.
"Lu kenapa bisa kayak gini?" Tanya Arka saat mulai mengoleskan alkohol di lutut Bulan yang terluka.
"Tadi ada insiden di jalan, Bulan di tabrak mobil."
"Hah, kok bisa?"
"Ngga tau, itu salah Bulan kayaknya yang kurang hati hati di jalan."
"Orang tadi? Si anak Teknik itu yang nabrak lu?"
Bulan membersihkan kedua telapak tanganya yang terluka tanpa menghiraukan pertanyaan dari Arka yang nampak serius padanya.
"Bulan jawab Arka!"
"Iya. Tapi itu bukan salahnya, itu salah Bulan sendiri."
"Sudah ku duga, sebaiknya lu hati-hati sama tuh orang. Sekampus udah tau kalau dia itu anak yang ngga bener. Asal lu tau aja, banyak rumor juga yang udah nyebar kalo dia itu gay."
"Hah? Anak teknik itu? Dia seorang gay?" Bulan terperangah seketika mendengar ucapan temannya tersebut.
"Hmm, lu hati-hati aja sama dia."
Bulan hanya terdiam dan mulai membayangkan hal-hal yang menurutnya aneh baginya. Kata-kata itu terus berputar-putar di pikirannya. Pasalnya ia tidak menyangka bahwa kehidupan gay itu memang benar adanya. Tapi ia tidak bisa mengambil kesimpulan sendiri, itu kan hanyalah rumor. Yang ia tau Bintang adalah orang yang baik dan Bulan tidak percaya pada omongan Arka.
"Lu paham kan?"
"Hah? i iya, Bulan paham kok." Jawab Bulan kebingungan karena tidak tau apa yang di katakan Arka dari tadi. Pasalnya ia tidak mendengarkan perkataannya, karena ia tersesat dalam bayang-bayang pikirannya.
"Ya udah, nanti lu ngga usah ikut pelajaran kampus dulu. Gw yang ajarin lu kalo lu nanti ngga paham materi hari ini."
"Iya, makasih Arka."
"Nanti lu istirahat di sini aja, ngga usah kemana mana dulu."
"Iya Arka."
"Ya udah, gw tinggal dulu ya?"
"Hmm, sekali lagi makasih yha."
Dengan keadaan celana yang kini terlipat ke atas dan lutut terbalut perban, Bulan segera meluruskan kakinya dan mulai menidurkan tubuhnya di atas ranjang ruang rawat itu. Rasa sakitnya perlahan mulai menghilang karena mendapat perawatan dengan baik. Bulan sangat bersyukur telah mendapat teman yang sangat baik seperti Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang dan Bulan
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA] Maaf ini bukan cerita pasangan pria dan wanita yang akhirnya hidup bahagia. Ini adalah sebuah cerita tentang kedua pria yang saling jatuh cinta karena perbedaan sifat diantara mereka. Cerita dimana Bintang Aldi Pratama yang ber...