13. Di Rumah Bulan

97 17 16
                                    

Setelah sekian lama menanti, waktu yang di tunggu datang juga. Mereka bertiga duduk bersama di ruang makan. Bulan sedikit was-was, akan kah Bintang masih hidup setelah memakan masakannya? Ah, tak mungkin juga seburuk itu, aku sudah mengikuti instruksi dari Mama dengan benar dan Mama ada di sampingku saat memasak.

"Ayo nak Bintang silahkan."

"Iya tan, jadi repot gini."

"Ah, jangan sungkan-sungkan gitu. Anggap saja rumah sendiri."

'Hah? Rumah sendiri? Cih, rumah seperti neraka harus di samakan dengan surga seperti ini? Mana mungkin. Huh...' Batin Bintang mengingat keadaan di rumahnya yang bak seperti neraka itu. Tanpa perhatian dari keluarga.

Mereka menikmati hidangan malam itu, walaupun terlihat sederhana tapi cukup terasa nikmat bila di nikmati dengan bersama. Nampak di raut wajah Bintang yang dengan santai dan lahap menikmati hidangan tersebut. Padahal hanyalah nasi, ayam goreng dan sambel goreng balado bisa membuatnya ketagihan.

"Gimana nak Bintang masakan anak Tante?"

"Emm, ini enak banget Tan. Ngga nyangka anak Tante jago masak juga."

"Kak Bintang makannya jangan banyak-banyak!"

"Lah kenapa?" Sekejap Bintang menghentikan makannya.

"Loh kenapa Bulan? Kalau nak Bintang suka biar lah makan banyak." Sahut Mama Bulan.

"Bukan gitu Ma, nanti kalo keracunan gimana?" Jawab Bulan dengan polosnya.

"Gua sentil ginjal lu tau rasa ntar." Candaan Bintang kesal melihat kelakuan Bulan yang sangat polos.

"Ya ampun anak Mama, kapan besarnya? Ampunilah hamba Tuhan." Tukas Mama Bulan.

"Kok Mama berdoa? Bulan salah yha?"

"Hmm, udah lanjutin makannya nak Bintang. Jangan dengerin anak Tante."

"Iya Tante, siap. Hehehehe."

'Ternyata ini Kak Bintang. Selalu terlihat kesepian, selalu cuek dan dingin kepada setiap orang. Ternyata kalau sedang bahagia, dia juga orang yang ramah dan baik kepada semua orang.' Batin Bulan kemudian melanjutkan menyantap makanannya.

Bintang menghentikan makannya, tersadar sekejap ia tengah di perhatikan oleh Bulan. Kini Bintang memandang balik Bulan yang sedang menikmati makanannya.

'Kehidupanku tak seberuntung mu Bulan. Kau memiliki segala yang aku harapkan dari dulu. Kasih sayang, hanya itu yang dari dulu aku ingin tapi tak bisa ku dapatkan lagi. Aku akan segera mendapatkan mu dan kau akan melengkapi kehidupanku yang kosong ini.' Batin Bintang.

.

.

.

.

.

Selesai makan malam, Bintang segera berpamitan kepada Tante Silviana, Mama dari Bulan. Setelah itu Bulan mengantarkan Bintang ke depan. Kini Mereka berada di depan gerbang rumah Bulan dan mereka saling berhadapan satu sama lain.

"Makasih." Ucap Bulan sambil menunduk kepalanya.

"Buat?" Tanya Bintang.

Bulan kini mulai menghadap ke arah wajah Bintang.

"Makasih buat semuanya."

"Hah? Maksud Lo?" Bingung si Bintang.

"Ya makasih udah rawat Bulan, jaga Bulan dan sudah anterin Bulan. Pokoknya semuanya."

Bintang dan BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang