RELAWAN--7

172 28 0
                                    


"Jaemin!" Zura memanggil seorang lelaki berkaos putih yang sedang menunggunya di dekat pohon mangga sekret FH. Lelaki yang dipanggil Zura tersebut lantas berpaling dari handphone-nya, dengan senyum manis semengembang gulali, Jaemin menyambut saat Zura mulai mendekat.

"Gausah lari lari, capek!" Kata Jaemin dengan gesture tangan melambai seraya berkata jangan. Tapi terlambat, Zura udah keburu sampai ke hadapannya dengan usaha lari lari tadi. "Dibilangin gausah lari."

Zura menarik bibirnya terpaksa "Udah..terlanjur. lo telat!" kata Zura dengan nafas yang masih belum teratur.

"Mau beli minum dulu gak? Gue gak bawa apa apa, gak tau kalo kejadiannya lo bakal maen lari larian." Tawar Jaemin.

Zura menggeleng "Gausah lah, yuk lanjut. Kata Jeno 15 menit lagi mulai!"

"Jeno gak bareng lo?"

"Kalo Jeno bareng gue, lo gak berguna gue hubungin!" cetus Zura.

Jaemin tertawa ringan "Yaudah lah, yok jalan. Kuat kan?"

"Ya kuat lah! Gini gini gue sering ikut marathon tau."

"Palamu mpret, lari larian gitu aja capek." Jaemin mencibir.

"Beda situasi, ini kan gue abis capek kuliah, nyamperin dosen sana sini, jadi wajar aja gue udah capek duluan!" Kata Zura membela diri.

"Napa jadi debat? Ayuk lah lanjut."

Jaemin dan Zura segera berjalan menuju kantor sekre FE, sesuai permintaan sang ketua kemarin. Selama di jalan, mereka semua dapat membuka suasana, dengan Jaemin sebagai pelaku pembukanya. Jaemin bercerita singkat tentang pengalaman dia selama jadi pengajar di beberapa tempat. Semua cerita yang Jaemin tumpahkan mengundang berbagai respon dari Zura. Mulai dari sedih, terharu, senang bahkan tertawa.

"Gila sih itu, ngajar di sumba enam bulanan lalu itu emang banyak banget kenangan sama nguras emosi! Mulai dari senang, sedih, terharu , gue rasain semua disitu." Kata Jaemin bercerita. Zura hanya fokus jalan sambil pasang kuping mendengarkan ocehan Jaemin. Gak jarang juga sesekali Zura menyela dengan kekehan atau pertanyaan tentang suatu istilah yang tak dimengertinya.

"Dan dari semua pengalaman itu, ada yang bikin gue terharu banget. Lokasinya masih di Sumba. Saat itu waktu gue sama tim IRAMA mau pulang ke Jakarta, dihari terakhir mendadak semua anak anak disitu pada gak pada mau belajar, maunya main sama gue dan temen temen ngajar yang lain. Pas ditanya alasannya, mereka mau bikin gue sama tim gue lupa waktu dengan main sama mereka, ntar ujung ujungnya gak jadi pulang, dan masih disitu buat ngajarin mereka terus. Gemes banget gak sih?" Zura memanggut sambil tersenyum gemas ke arah Jaemin.

Jaemin melanjutkan dongengannya "Sehari sebelumnya gue inisiatif tuh beliin mereka semua barang kenang kenangan persembahan gue pribadi. Eh diluar ekspetasi, ternyata mereka juga sama ngasihin gue barang barang milik mereka pake alasan 'Biar kak Jaemin inget sama aku'. Gue disitu ngerasa terharuuu banget Zur, gue juga jadi ngerasa gak mau lepas sama mereka."

Zura masih tertarik "Terus, barang barang dari mereka itu apa aja?"

"Banyak, dan kalo lo liat, itu gak istimewa, Cuma kalo bagi gue, ngelebihin harga berlian sekilo!" Ucap Jaemin melebihkan.

"Ada yang ngasih gue buku tulis yang didalemnya ada tulisan 'AKU SAYANG KAK/PAK JAEMIN', Surat kasih sayang, kertas origami yang digunting bentuk love, bahkan ada yang ngasih gue pensil yang ukurannya udah segini! Haha gue ngakak abis!" Jaemin mengeluarkan jari kelingkingnya dan menunjuk setengah kelingking sebagai gambaran ukuran pensil yang ia ceritakan. Tawa Zura pun juga ikutan pecah, membayangkan sekecil apa pensil yang dideskripsikan oleh Jaemin.

RELAWAN [Na Jaemin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang