RELAWAN--12

163 21 0
                                    


Kelas Zura baru saja bubar jalan setelah 2 jam duduk mendengarkan celotehan dosen yang menyampaikan materi kelas hari ini. Tidak lupa, diakhir penjelasannya pasti ada susulan tugas yang menanti disebar dalam bentuk digital di grup email, dan kemudian dikumpulkan sesuai deadline yang ditentukan . Zura sudah hapal, dosen muda bernama pak Siwon ini tidak pernah tidak memberikan tugas disetiap akhir kelasnya. Selalu saja meninggalkan jejak.

Untung Zura bukan tipe mahasiswa seperti Haechan ataupun Jeno-yang kadang suka keberatan sampai pernah mengirim menfess ke base kampus Cuma untuk menyampaikan keluh kesah menghadiri kelas pak Siwon doang. Ia tidak protes ataupun merasa keberatan jika dibebani tugas di setiap pertemuan dengan dosen muda itu. Bukannya sudah tugas sebagai mahasiswa kan mengerjakan tugas tugas dari dosen? Tujuan kuliah apalagi selain begitu dan meminum banyak pengalaman.

By the way, Pak Siwon ini adalah dosen bahasa, jadi Haechan yang beda jurusan pun pernah diajarnya di kelas matkul umum.
"Zur!" Seperti biasa, jika Zura sudah selesai kelas, pasti ada Jeno yang menghampiri Zura ke kelas gadis mungil itu berada. Jeno dan Zura jarang satu kelas, SKS yang mereka ambil banyak yang berbeda, jadi jarang bertemu. Paling kalau harinya bersamaan saja mereka baru barengan.

"Oy, masuk Jen!" Zura menyuruh Jeno masuk, kelas sudah sepi hanya tinggal Zura doang di mejanya sambil membereskan buku. Seperti biasa.

"Tumben jam setengah 2 udah kelar?" Tanya Jeno sembari duduk di kursi depan Zura.

"Udah, pelajaran pak Siwon, dia mau jenguk anaknya sakit. Makanya materinya Cuma satu setengah jam plus tugas yang seperti biasa." Ujar Zura menjabarkan.

"Materi merepet 2 jam lo bilang Cuma? Otak lo emang didedikasikan buat belajar kali ya?" Heran Jeno sambil menggeleng kecil dan menatap Zura terpana.

"Ya enggaklah! Gue biasa aja sebenernya. Cuma emang ada ketertarikan lebih aja sama akademik."

"Yi inggiklih, gii biisi iji sibinirnyi, cimi iming idi kitirtirikin libih iji simi ikidimik, alah daki lho Zur!" cibir Jeno "Ketertarikan lebih versi lo tuh yang masuk kuliah sini pake snmptn plus beasiswa, rangking 1 paralel di SMA, sama jadi juara olimpiade kebumian se-jakarta. Gue ampas kopi kapal api mah Cuma bisa nonton aja." Jeno membuang wajahnya ke kiri, membetulkan posisi kacamata minusnya lalu menggebrah jaket kulit yang ia pakai karna hawa udara cukup panas dikelas.

Zura tertawa ringan "Lo gausah gitu Jen, lo juga sama tanpa lo sadari! Juara debat, basket, futsal, semua olahraga udah lo cicip semua piala-nya. Apa itu yang namanya nontonin doang?" Zura memajukan badannya, membetulkan masker yang dipakai Jeno agar dipakai sebagaimana mestinya. Biasa, style make masker di dagu itu gak luput juga dari seorang Jeno sang pangeran kampus.

"Gemes gue ngeliat orang yang make masker setengah setengah gitu." Kata Zura mengomentari.

"Kan namanya fashion Zur, kita mah orang biasa ngapain make masker bener bener. Dokter juga bukan.." Kilah Jeno sambil melepas masker yang dipakai. Engap juga lama lama pake masker, lihat saja mulut bagian atas dan dagunya sekarang berkeringat.

"Adanya masker di kehidupan buat mencegah penyakit, bukan buat gaya!"

"Selama lagi gak sakit, masker punya kegunaan juga untuk dipakai bergaya. Mayan nih gue jadi kayak oppa oppa korea. Tsaah!" Jeno menyisir rambut depannya sok keren sambil memasang wajah tengilnya dan menaik turunkan alis plus jari yang membentuk lambang nike di dagu.

"Yiren liat lo gini langsung menjauh radius 500 km sama lo jen." Gedig Zura.

"Emang gue gunung merapi segala dijauhin pake radius."

"Lo lebih berbahaya lagi dari gunung merapi."

"Bahaya versi gue yang bisa bikin ancur hati gadis ama pacar orang kan? Iyakan??"

RELAWAN [Na Jaemin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang