"Bang tiwaaiii.""Baaaaang"
TOK TOK TOK
"BANG BELI BAWANG~."
"BANG BANGUN OY!"
TOK TOK TOK TOKKKKK
"BANG LU DIDALEM SIMULASI KOMA HAH?!"
"BANGUN EY LU KULIAH KAPAN?!"
"HEH TIWAI ANAK BAPAK JAEJONG! BUKA PINTUNYA, AYO BANGUN JAN MATI!"
"Gila ini pintu kedap suara apa gimana si??" sudah 10 menit Zura berkoar koar plus kebas tangan gara gara gegendangan didepan kamar Taeyong untuk membangunkan lelaki itu, pun berujung tak ada hasil. Pintu kamar Taeyong tetap tak menunjukkan hilal kalau akan segera dibuka, masih rapet gak bercelah.
Tadinya Zura mau nyelonong masuk aja, tapi ternyata pintu itu dikunci Taeyong dari dalem. Mau ngambil duplikat, Zura mageeer banget buat turun kebawah nyari tu kunci.
Secara dirinya juga baru bangun,sekali kali gak dosa bangun siang. Jadwal kuliahnya juga dimulai jam 10.
Emang gak shalat shubuh?
Shalat kok, malah pas abis adzan acan Zura langsung ngambil wudhu terus shalat. Nah, yang gak bisa ditahan tuh pas abis shalat itu. Dia ngerasa kalau kasurnya tengah melambai lambai seakan mengajak dia untuk terlelap lagi.
Yaudah, mengingat kelasnya masih lama Zura tertidur lagi akhirnya.
Namun setelah merasakan pules 1 jam, Zura teringat akan abangnya yang belum ia ketahui kapan kuliahnya dan diurus sarapannya.
Dengan terpaksa Zura bangun, pas ketika jam menunjukkan pukul 07.00.
Karena abangnya tipe pemilih dalam sarapan, Zura gak langsung inisiatif berlari ke dapur. Dia ingin menanyai Taeyong dulu ingin dibuati sarapan apa.
Tapi sampai sekarang, boro boro nerima requestan Taeyong mau apa, pintunya pun bahkan belum terbuka. Jadilah ia nangkring disini sambil gedor gedor udah kayak rentenir nagih utang di serial pintu taubat. Itu lho yang protagonisnya orang miskin minjem uang buat biaya operasi anaknya yang sakit ginjal. Apasi.
"Bang, bangun napa bang." Kata Zura dengan suara yang mulai serak. Ya gimana gak serek kalo abis bangun tidur langsung kemari buat latihan high note.
"Bang-AAAAAAA!"
Grep
"Lo ngapain nyender di pintu???" Tanpa aba aba, Pintu Taeyong yang sedang disenderi Zura tiba tiba terbuka sampai tubuh Zura ikut terhuyung mengikuti gerak mundur pintu. Untung Taeyong memiliki refleks yang baik, ia segera bersigap untuk menangkap badan kecil adiknya agar tidak silahturahmi dengan lantai.
"Lo yang gak bangun bangun! Udah gue teriakin daritadi, tetep aja kamar lo sepi, kek WA jomblo!" misuh Zura sambil melepas dari rengkuhan Taeyong.
"Berspekulasi fakta diri sendiri?" Taeyong tersenyum meledek.
"Tau ah! Gue kesini mau nanyain lo mau sarapan apa! Kalo lo-nya tuman begini, ogah gue ampe nyia nyiain pita suara emas gue!" Zura berbalik, siap siap ingin beranjak ke dapur tanpa Taeyong. Namun Taeyong segera menahan pergerakkan adiknya, masih dengan senyuman jahil plus bareface yang mengiringi ekspresinya.
"Jangan marah dong."
"Bodo." Zura bersidekap dengan wajah yang dilengoskan enggan menatap wajah melas kakaknya.
"Maap ye Ra." Zura melirik dan akhirnya ia luluh ditatap oleh puppy eyes seorang Taeyong yang biasanya beraut tegas dan galak.
Ia seperti itu hanya didepan Zura, dan pacarnya
KAMU SEDANG MEMBACA
RELAWAN [Na Jaemin]
Fanfiction"Gausah dibuktiin pake pemikiran, dengan mengandalkan perasaan, Lo bakal ngerti artinya pembuktian Nyaman" -Dari Jaemin, si Relawan wajah rupawan tapi kelakuan bikin sawan . Hanya Zura yang bisa tahan